Tuesday, 9 August 2011

Ayah, Rumah Kita Juga Ikut Terbakar


Pada saat itu senja telah menutup lembarannya
Berganti dengan gelitik suara remang-remang malam
Temaram lampu listrik memecahkan pupil
Orang berduyun berbaris rapi meniti jalan menuju masjid

Maklum saja, bulan ini bulan ramadhan
Paling tidak orang punya alasan untuk meramaikan masjid tatkala habis masa maghrib
Lihat saja, bukan sebuha cerita lagi
Kalau masjid lebih sepi tatkala bukan bulan ramadhan

Saat itu aku berbaris dalam deretan shaf terdepan
Di masjid Al Fauz di lingkungan kantor walikota Jakarta Pusat
Sholat Isya sudah selesai dilaksanakan
Tinggal sholat tarawih berjamaah

Di pertengahan sholat tarawih
Di sela sayup-sayup alunan ayat Al Quran
Terdengar sirine mobil pemadam kebakaran
Saat itu masih ruku sehingga tidak banyak yang mempedulikan
Kemudian tiba saat jari telunjuk mengacung dan kemudian merekat kembali
Salam kedua di ucapkan
Dan kemudian dari luar terdengar teriakan terbata-bata
"kabakaran..kebakaran..kebakaran di gang delapan"
Deretan shaf paling belakang akhirnya riuh
Bubar carut marut
Entah mungkin mereka ingin menonton, membantu atau bahkan menjadi korban
Yang jelas, sekitar 20% jamaah sholat tarawih malam itu bubar

Di sampingku, berdiri dengan tenang seorang bapak tua
Yang tetap konsentrasi pada ibadahnya
Meski orang carut marut mempedulikan kebakaran

Hingga akhirnya akhir dari sholat tarawih menjelang
Sang anak dari bapak yangt adinya juga berada di sampingku
Yang ikut lari mengikuti arah sirine mobil pemadam kebakaran
Kembali dengan baju basah keringat
Dengan nafas tersengal-sengal
Sedikit bijak dan mengatakan
"Kebakaran gang delapan sudah padam yah"
Sang bapak hanya menimpali dengan sunggingan senyum saja kepada berita dari anak itu

Dan kemudian sang anak pun menimpali lagi dengan kata- kata
"Ayah, Rumah Kita Juga Ikut Terbakar"