Kali ini aku menulis tentang salah satu pengalaman pribadi dan keherananku terhadap perilaku manusia di ibukota negara ini. Mungkin gambar yang aku unggah ebrsama tulisan ini tidak terlalu merefleksikan judul dari tulisanku kali ini. Tapi pada pokoknya aku ingin menceritakan betapa memaksanya kehendak orang di Jakarta ini. Bagaimana tidak, memang sih di beberapa tempat Jakarta memiliki jalan yang agak lebar (aku menggunakan kata agak ya, karena jujur aku sendiri susah untuk menemukan jalan yang dapat dikatakan lebar), namun mayoritas jalanan di Jakarta itu kecil, sesak dan tidak dapat diragukan lagi tentang prestasi kemacetan kota Jakarta ini. Kota sentra bisnis, roda perekonomian sekaligus para birokrat pemerintahan menggunakan jalan pikiran untuk mengatur negeri ini.
Dengan kondisi jalanan yang kecil tersebut, terdapat beberapa perilaku yang sangat membingungkanku. Yakni penggunaan mobil berukuran jumbo, dumbo, giant alias raksasa bin besar. Masih bingung sekali dalam benak pikiranku hal apakah yang mendasari para si empunya mobil itu menggunakan mobil yang ekstra memakan jalan. Tidak jarang bahkan sangat sering aku menjumpai para si mobil mobil giant ini kerepotan sendiri tatkala melaju di jalan sempit sekaaaaaliiiiii dan harus berpapasan dengan kendaraan lain. Masih untung jika yang berpapasan adalah tukang gerobak pembawa gas bumi alias elpiji, coba kalau mereka sama-sama berpapasan dengan mobil giant pula. Yakin aku urat urat di kepala mereka akan bermunculan dan saling ngotot untuk siapa yang berhak berjalan lebih dahulu. Atau memang ini ya maksud dan kehendak mereka menggunakan mobil raksasa itu. Hmmm... tapi aku rasa mereka juga masih mikir kalau mereka berpapasan dengan mobil yang satu ini:
Pasti mereka akan kelabakan dengan mata melotot bagaimana bisa mobil segede ini ada di jalan seperti ini.
Nah pertanyaan yang sama kan pada akhirnya, banyak pemilik kendaraan bermotor atau mobil dengan tipe kecil yang biasa disebut dengan jabatan atau status city car bertanya keheran-heranan. Bagaimana bisa mobil family segede ini berjalan di gang-gang sempit. Kegores dikit aja, pasti langsung marah-marah. Perilaku orang kaya yang aneh. Mustinya ketika orang semakin kaya dan banyak memiliki harta, maka seharusnya tergores dikit ataupun banyak bukanlah sebuah permasalahan. oh kan dia masih punya banyak duit buat ngeganti tuh kerusakan. hmmhh... tapi entahlah, mungkin emang semakin kaya orang semakin tinggi rasa kekhawatirannya.
Kembali kemudian kepada perilaku kepemilikan mobil besar tadi, sampai saat ini aku masih bingung..kalau kemudian ada beberapa orang yang beralasan dengan memiliki mobil ekstra besar maka semua anggota keluarga bisa keangkut dalam satu mobil. Tapi pada kenyataannya, orang yang memiliki mobil besar masih memiliki mobil dengan ukuran medium. Lalu, apakah mobil besar besar itu hanya digunakan untuk pamer, sok mewah gagah dan menjajah?
Tulisan ini sebenarnya tidak mencapai titik dimana aku menemukan konklusi dari hal yang membuatku terheran-heran tersebut. Tapi pada intinya aku menarik kesimpulan bahwa sebenarnya dengan alasan apapun mobil gede-gede tidak cocok untuk digunakan di tengah kota. Mungkin memang benar atau layak apabila mobil giant tersebut digunakan untuk melakukan perjalanan jauh sesuai tradisi yaitu mudik. Mengingat perjalanan jauh kita membutuhkan ruang yang lega untuk sekedar bergerak, ngeluk boyok atau beristirahat dengan nyaman.
Dan heran lagi dengan orang ibukota ini, sudah mobilnya besar, otomatis kapasitas mesinnya juga besar dengan cc besar. Tentu saja otomatis konsumsi bahan bakar pun menjadi lebih besar. Yang lebih aneh lagi ketika kemarin minyak dunia mengalami kenaikan harga yang berimbas pada kenaikan harga bensin, merekalah yang mengeluh. Mobil mahal gede yang katanya yang punya adalah orang kaya kok pake premium bukan pertamax. Sungguh sebuah ironi kisah orang kaya di Jakarta ini.
Hmmhh... ya sudahlah, mungkin ini hanyalah sebuah cerita yang mungkin sangat bisa dibantah oleh orang-orang kaya pemilik mobil giant tadi..