Masih ingat kisah bagaimana aku dan keluargaku (istri dan anak-anakku) dipisahkan oleh jarak Jakarta - Jambi. Kisah dimana sebulan sekali atau dua kali aku terbang ke Jambi menggunakan maskapai Singa Terbang alias Lion Air untuk menemui keluargaku di sana. Bagaimana perjuangan istriku menghadapi segalanya di sana sendirian. Mulai dari pekerjaan dia di sana, urusan rumah tangga, dan anak-anak. Yaps....itu semua sudah dijalani. Capek? Lelah? iya sih tapi ada hikmah nya di balik semua itu kok..istriku jadi lebih penyabar dalam menghadapi anak-anak (ya mau gimana lagi sabar gak sabar kan dia sendiri yang menghadapi semua itu, sendiri). Menjadi salah satu panglima (hmmmm...apa ya istilahnya, garda terdepan saja) di salah satu institusi pemerintah memang menjadi gadang-gadang atau pengarep-arep (hayo loh bahasanya nyampur-nyampur) istriku. Ya, alhamdulillah harapan itu sudah dijalani istriku, dan meskipun konsekuensinya harus di tempuh (salah satunya musti berjauhan dengan keluarga). Setelah beberapa saat menjalani kehidupan di Jambi, akhirnya istriku menyadari bahwa terdapat beberapa konsekuensi dari status garda terdepannya itu tadi (selain berjauhan dengan suami tentunya). Ada aspek sentimentil dan emosional di sana, yang akhirnya membuat istriku memutuskan untuk ya sudah, sudah cukup merasakan ini semua (meskipun mungkin alasan utamanya adalah ingin berkumpul lagi dengan keluarga).
Itu prolognya. Nah dari kisah itu kemudian ditempuh lah cara-cara untuk bisa berkumpul kembali dengan keluarga (sepertinya aku sudah pernah menuliskan kalau ada dua cara untuk bisa berkumpul kembali dengan keluarga di Jakarta). Nah salah satu jalan yang ditempuh kali ini adalah dengan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah menjalani beberapa tahapan seleksi (karena memang tidak hanya istriku sendiri yang ingin kembali ke tanah Jawa atau ingin memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi) akhirnya istriku dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa dari instansi dimana istriku bekerja. Apakah ini layak dan sesuai? apakah ada konsekuensi lanjutannya?Ya, tentunya ada, tapi aku rasa tidak patut aku bahas di tulisanku kali ini mengingat ini adalah memperingati momen bahagia satu langkah istri dan anak-anakku bisa berkumpul kembali dengan aku tentunya.
Nah lalu, dengan lulusnya istriku tersebut, kemudian beberapa persiapan dilakukan seperti melakukan pengepakan barang-barang yang nantinya akan dibawa ke Jakarta. Banyak gak barang yang dibawa kembali ke Jakarta? hmmmm....lumayan banyak sih, padahal aku ingat saat dulu kami pindahan ke Jambi kami hanya membawa satu buah koper dan empat atau lima kardus isi pakaian dan mainan Aidan. Nah seiring waktu ternyata barang-barang kami di Jambi bertambah, hal ini salah satunya disebabkan karena kami mengontrak rumah dalam kondisi kosongan alias tanpa perabotan. Walhasil kami pun harus mengisi beberapa perabot di rumah tersebut seperti kasur springbed, sepeda motor, lemari, kulkas, freezer ASIP, TV, mesin cuci, kompor gas dan perlengkapan dapur, serta beberapa mainan yang Aidan beli di Jambi. Nah banyak bukan?kemudian kami mulai berpikir apakah semua barang ini diangkut ke Jakarta atau dijual saja di Jambi.
Opsi pertama, diangkut ke Jakarta. Lalu kami mulai berburu jasa ekspedisi atau logistik untuk mengangkut barang-barang kami itu dari Jambi ke Jakarta. Dari hasil penelusuran baik melalui internet atau tanya ke temen-temen di sana akhirnya menemukan dua jasa ekspedisi yang populer di Jambi. Dakota dan Indah Cargo. Setelah bertanya-tanya akhirnya aku memperoleh informasi tentang sewa kendaraan/carter truk dari Jambi ke Jawa. Pada waktu itu diinformasikan truk yang disewakan adalah truk Fuso. Ukuran Jumbo. Karena kami itung-itung sewa truk Fuso tidak ekonomis maka akhirnya kami batalkan rencana sewa truk Fuso itu. Dan akhirnya kami pun berencana untuk mengirimkan beberapa barang kami (yang bisa di packing dalam kardus, karena akhirnya apabila kami mengirimkan barang-barang yang dimensi/volumenya besar harganya mahal amir) sementara beberapa barang yang volumenya besar harus kami jual di Jambi. Jual cepat, so harganya juga pasti jatuh apabila dibandingkan dengan harga awal saat kami membelinya. Yah, namanya juga buru-buru mau pindah so jual secepatnya.
Nah, rencana mengirimkan barang-barang kardus melalui jasa ekspedisi darat pun akhirnya gagal. Kenapa? ya karena momen pindahan kami bertepatan dengan hari raya Idul Fitri dimana kendaraan seperti truk akan dilarang melintas di jalur mudik dan dilarang naik kapal. Sementara ekspedisi tersebut baru bisa melayani kembali jauh hari setelah hari raya Idul Fitri tersebut (hampir sebulan lamanya). Nah lalu bagaimana dengan barang-barang kami? Akhirnya kami memutuskan untuk mengirimkan barang-barang kami menggunakan jasa cargo pesawat dengan jenis layanan port to port. Kenapa kami tidak memilih layanan door to door? karena setelah kepulangan kami (transit di CSB Blok F 1) kami segera meluncur ke Wates untuk mengikuti tradisi mudik, so khawatirnya kalau pakai layanan door to door pada saat kurirnya mengantar barang ke rumah, kami sudah tidak ada di rumah. Selain itu, ada satu jenis barang yang memerlukan perlakuan khusus dalam proses pengiriman. ASIP...satu freezer ASIP harus kami kirimkan ke Jakarta dari Jambi dan harus tetap beku ketika sampai di rumah kami di CSB Blok F 1 (untuk pengiriman ASIP ini akan ku tulis di posting berikutnya). Sebenarnya ada kisah menarik lagi ketika mengambil barang-barang kami di terminal kargo Bandara Soekarno Hatta, tapi mungkin akan aku tulis di postingan yang lain.
Setelah melakukan pengurusan-pengurusan, pengepakan, penjualan barang-barang ke tetangga rumah di sana dan beberapa yang aku titipkan ke pemilik rumah, akhirnya kami terbang ke Jakarta menggunakan maskapai Lion Air dan alhamdulillah karena menggunakan fasilitas web check in akhirnya kami dapat duduk sebaris. Dan akhirnya kami sampai di CSB Blok F1 dengan kondisi cluster yang sepi karena sebagian orang sudah pulang ke kampung halaman masing-masing. Dan dengan kondisi badan capek musti bebenah dan bongkar beberapa barang serta persiapan untuk mudik ke Wates. Wew...alhamdulillah melelahkan dan menyenangkan.
Anyway, apapun yang terjadi dan apapun yang aku ceritakan, aku mengucapkan banyak syukur kepada Alloh SWT yang telah mengabulkan doa-doa kami sehingga keluarga kami dapat berkumpul kembali.