Thursday, 6 September 2018

Daihatsu Ceria Arus Balik 600km

Nah, setelah kemarin cerita tentang arus mudik Daihatsu Ceria, saatnya bercerita tentang arus baliknya. PAda cerita sebelumnya tidak ada kendala yang berarti, hanya mesin mbrebet sekali saja pada saat di tol Cipali.

Oke, lenjut ke cerita arus balik. Pada cerita mbrebet sebelumnya disarankan untuk mengganti filter bensin kan ya, sayangnya karena lagi lebaran, bengkel bengkel di kampung saya tidak ada yang buka...walhasil dengan kekuatan doa dan keyakinan aku pun memutuskan untuk tetap menggunakan filter bensin yang lama (bahkan saking malasnya, aku gak sempat cek kondisi filternya untuk dilakukan pembersihan). Keyakinan ini muncul karena pada saat di kampung, Ceria tidak ada menunjukkan gejala mbrebet mbrebet lagi, jadi aku ambil kesimpulan mbrebet kemarin karena salah isi bahan bakar (sempat minum premium di spbu yang penampakannya agak kurang meyakinkan).

So perjalanan di mulai pada jam 08.00, lebih siang dari waktu mudik kemarin. Dan aku akhirnya ngerasain dibawain oleh oleh buanyak padahal bagasinya cuilik. Dari beras sekarung, dan beberapa makanan khas daerah, dan alhamdulillah nya muat di bagasi (kecil-kecil cabe rawit). Setelah menyusun barang bawaan dan menata bangku bagian belakang dan berpamitan kami pun meluncur, tetep pada konsep alon-alon waton kelakon kanthi modal bismillah.

Bermodal dengan aplikasi Google Map di HP, kami pun menyusuri jalur jalur arus balik. Just follow it. Hingga akhirnya kami bertemu persimpangan di Purworejo, yang ke kiri ke arah Jakarta via Kebumen, Purwokerto, sedangkan kalau lurus melalui Wonosobo, Temanggung, Batang. Lalu kami manut saja dengan preferensi Google Map, karena melalui Wonosobo diperkirakan lebih cepat daripada melalui Purwokerto. Akhirnya pun kami memilih jalan tersebut, meskipun memang di pikiranku terbayang rute naik turun dan berliku (ya iyalah, Wonosobo melalui kaki bukit gunung Sumbing, Sindoro) tapi dengan berkaca dari pengalaman om-om member Daihatsu Ceria yang bertubuh tambun mampu mengarungi jalanan Jakarta  - Bali dan beberapa bonus rute naik turun maka kami yakin dapat melalui perjalanan ini.

Impresinya, pemandangan wow luar biasa, udara yang suejuk nan dingin, rute naik turun berliku liku serius tidak menjadi aral rintangan bagi si Ceria. Meliuk liuk canggih di jalan yang memang relatif lebih sempit tapi hualusnya g ketulungan. So, lancar saja perjalanan kami sampaiiiiii.........
Akhirnya Si Ceria ngambek mbrebet bahkan sampai mesin mati di daerah Temanggung. Untung saja mesin mati pas turunan, bukan tanjakan. Kami mengalami dua kali mesin mati di sini, dan tetap indikator suhu mesin tidak menunjukkan masalah, masih 1/3. Dan kami pun memutuskan untuk berhenti rehat sejenak di salah satu masjid sekalian menunaikan ibadah sholat Dhuhur dan jamak takdim Ashar plus makan siang dan anak-anak juga melepas lelah dengan berjalan jalan di sekitaran Masjid. Dan di sini agak lama kami beristirahat, hampir 2 jam an lah. Lalu kami pun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan (sebelumnya mobil cuma dibenerin dengan cara di gas gas saja). Sebenarnya aku heran, ada apa ini, secara Ceria tidak minum premium lagi. Apa benar filter bensinnya kotor, apa ada masalah lain.

Tanpa mengindahkan kekhawatiran itu, kami melanjutkan perjalanan, mbrebet lagi? mmmmm...sampai Batang aman, tidak mbrebet...lalu kami pun masuk tol fungsional Batang-Pemalang. Nah..nah,,,nah..di tol ini si ceria ngambek lagi dan lebih parah...mesin mati tiga kali di jalan tol cobak. Dan kami pun minggir di kilometer lupa aku, yang jelas kira-kira masih 300 km an lagi untuk bisa sampai di Jakarta, eh maksudnya Tangerang Selatan. Dan waktu itu sudah memasuki waktu sholat Maghrib. Dan gak tau kenapa, perjalanan arus balik ini lebih melelahkan daripada arus mudik kemarin. Sambil membuka kap mesin untuk mendinginkan mesin (berharap ini merupakan solusi) akhirnya kami menunaikan ibadah sholat Maghrib sekaligus sholat Isya. Penampakan kami pun udah g karuan, karena seperti yang aku bilang tadi, perjalanan bali ini kerasa lebih melelahkan, dan di sini kami baru merasakan bahwa mudik dan bali menggunakan kendaraan sendiri itu seru..dan melelahkan. hahahaha...dari Girinyono jam 08.00, jam 19.00 masih di wilayah Pemalang, dan masih menempuh 300 km lagi, kebayang kan berapa jam lagi waktu yang dibutuhkan agar kami bisa sampai rumah di Tangerang Selatan (asumsi kecepatan kami 80km/h). Memang sih, salah satu faktor penambah waktu tempuh dan jarak tempuh kami kemungkinan karena kami menggunakan jalur lewat Wonosobo tadi, tapi jujur sih memang lebih lancar (mungkin lancar jalan dengan macet waktunya bisa sama, ini terkonfirmasi ketika ketemu sama sopir yang mengaku ada buka tutup jalur di Purwokerto).

So lagi-lagi dengan keyakinan bahwa sampai atau tidaknya keluargaku di Tangerang Selatan salah satunya ada di tanganku, so dengan keyakinan bismillah kami pun melanjutkan perjalanan. Dan alhamdulillah tidak mbrebet lagi selama perjalanan dari Pemalang sampai Tangerang Selatan. Akhirnya pada pukul 23.30 kami sampai di rest area Cikampek (lupa km berapa) karena bener bener aku merasa lelah, aku khawatir kalau aku lanjutkan bisa bisa ketiduran, so aku memutuskan untuk istirahat tidur sejenak, tidur yang efektif barang 15 menit sampai 30 menit. Di sinilah aku ketemu salah satu sopir yang menggunakan jalur Purwokerto dan mengalami tutup jalur selama 6 jam tidak bergerak, di sini trus aku merasa jumawa kalau jalur yang kupilih tidaklah seratus persen salah, hehehehe....

Setelah tidur sebentar dan cuci muka, akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan hingga tiba di rumah pada pukul 02.30. Lebih lambat 2 jam dari waktu mudik kemarin. But, inilah pengalaman mudik dan balik saya menggunakan Daihatsu Ceria. Dan sampai sekarang mbrebet nya itu belum saya cari sumber masalahnya, tapi sempat kepikirann kayaknya bengkel yang sebelumnya ngisi oli kebanyakan sehingga meluap ke karburasi (pas saya cek sih memang g ada oli di filter udara), asumsi saya itu cuma ingat pas liat di struk bengkel service isi oli mesin 3 liter, dan sedihnya sekarang oli mesin rembes...kemungkinan ini karena kebanyakan oli mesin dan tekanan berlebih sehinga jebol deh perpaknya (tapi ini baru asumsi ya, nanti mau dicek langsung saja di bengkel).