Di tengah gemerlapnya kawasan bisnis di Jakarta, tentu kita sudah mengetahui tentang istilah Sudirman Central Business District (SCBD). Gedung-gedung tinggi nan megah, gaya hidup pekerja kantoran yang parlente dengan outfit yang menawan yang senantiasa menunjukkan bahwa person dibaliknya adalah sosok profesional dengan segudang prestasi dan pencapaian. SCBD diidentikkan dengan pusat kawasan ekonomi yang menawarkan peluang cemerlang bagi setiap orang yang bekerja di kawasan itu.
Pasti pernah terlintas, entah saat kita menatap nanar di balik jendela kaca kendaraan umum yang melaju di kawasan SCBD, atau tatkala kita berpanas-panasan di balik helm yang entah sudah berapa lama terpapar debu metropolitan dan teriknya matahari atau bercak-bercak bekas air hujan. Pasti pernah membayangkan, duh pasti enak ya bisa kerja di gedung pencakar langit itu, sambil melihat siluet cahaya ruang kerja di gedung nan tinggi, mungkin pada saat malam, atau yah mungkin saja waktu larut malam. Ruang ber AC, gaya bahasa yang which is which is litteraly, interaksi sosial kelas tinggi, tidak hanya berinteraksi dengan warga lokal merah putih, tapi dengan para klien-klien asing dengan kilauan gambaran dollarnya, gaya hidup makan makanan internasional, tidak cuma cukup dengan makanan warteg atau ramesan, kopi pun sepertinya jarang kopi sachetan, yah kalau tidak kedai kopi berjaringan internasional minimal kopi dari mesin barista, yang ada art-art nya gitu deh. Pasti wow sekali bukan..hehehe..
Namun (wuih langsung pakai kata namun ini berarti akan ada pertentangan dengan fakta sebelumnya), bekerja di kawasan elit SCB ini tentunya tidak sehalus atau seindah yang dibayangkan. Kalau dilihat pada jam-jam tertentu pasti akan terlihat bagaimana kepadatan lalu lintas. Yah, meskipun kawasan elit tapi sepertinya para budak korporat juga belum bisa naik helikopter tiap hari, atau belum ada sih pintu kemana saja yang cukup buka pintu lalu kita sudah sampai di tujuan kita. Meskipun era pandemi telah mengajarkan bahwa bekerja bisa di mana saja, kapan saja, tanpa ada batasan ruang dan waktu (artinya anda bisa di mana saja, kerja kapan saja, tanpa ada alasan membatasi diri, eksploitasi?). Teknologi juga sudah membawa perubahan bagi era pekerja-pekerja elit, cas-cis-cus di dalam mobil, headset tertanam di telinga, laptop rapi di pangkuan sambil jari-jemari lentik menari di atas barisan keypad. Sent. Setelah melakukan beberapa kali review dan memastikan bahwa dokumen sudah oke, nafas lega setelah dokumen dikirim ke rekan kerja, atau klien, atau entah ke mana. Yah, macet memang mungkin sudah tidak menjadi beban stres bagi para pekerja professional inih, karena toh mereka masih bisa sambil bekerja di dalam kendaraan, cuma oh cuma?benarkah macetnya ibukota tidak berpengaruh terhadap ketenangan jiwa mereka?kalau iya kenapa sampai dibela-belain kita pindah ibukota?apa cuma karena pemisahan aspek pemerintahan dan pusat bisnis?apa karena adanya fakta penurunan tanah tiap tahun karena Jakarta tak mampu menahan beban dari bangunan-bangunan di atasnya dan masif nya penggunaan air tanah dalam?embuh...
Selanjutnya, dengan segala keseharian kehidupan para pekerja di kawasan SCBD juga terdapat biaya hidup yang tinggi. Mulai dari aspek sosial alam interaksi antar makhluk sosial atau aspek gaya hidup penunjang, misal belanja, restoran, atau hal-hal lain yang diharapkan dapat mendorong produktivitas dan kenyamanan para budak korporat di area ekslusif ini. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah persaingan yang ketat di area elit ini. Tekanan yang tinggi untuk tampil dan bersaing, stress dan kelelahan, lingkungan kerja yang padat atau kurangnya ruang untuk beristirahat atau berinteraksi sosial di luar pekerjaan. Work life balance?mmmm...mungkin bisa dibahas di tulisan selanjutnya, apakah para pekerja di area elit ini sudah cukup mendapatkan self reward dari mereka sendiri tatkala terkadang weekend pun mereka merelakan waktu bersama keluarga. Apakah pundi-pundi materi yang diperoleh dapat memberikan kebahagiaan. Meskipun ada yang bilang, "betul bahwa kebahagiaan tak melulu diperoleh dari jumlah uang, tapi tanpa uang kadang menjadikan kita juga tidak bahagia, jadi mending mana tak bahagia meskipun punya uang, atau tak bahagia karena tidak punya uang".
Tapi e tapi, tentu semua memiliki konsekuensi yang sebaiknya dapat diambil sisi positifnya bagi setiap manusia yang ada di alam semesta ini. Kawasan SCBD ini menawarkan kesempatan bagi para profesional untuk bertumbuh dan berkembang. Terlibat dalam proyek strategis baik yang bersifat lokal atau internasional, bekerja dengan klien-klien global yang bergengsi. Selain itu, ekosistem SCBD juga memberikan ruang untuk bertemu dengan ide-ide cemerlang yang dapat membawa para profesional menuju kesuksesan dalam karirnya.
So..?
Welcome to SCBD...