Sunday, 12 November 2017

Mbak Yani, The Best 1St House Assistant We Met

nah, akhirnya kali ini kesempatan buat nulis testimoni asisten rumah tangga kami yang pertama kali kami dapatkan sendiri. Tau kan beberapa lama lalu tulisan tentang kehadiran anak kami yang kedua. Tentunya hal itu juga berdampak ke kehidupan kami mengingat aku dan istriku sama sama bekerja. Aidan yang saat itu Daycare pun mau tidak mau musti pensiun dari Daycare yahud di LIPI. Kami memutuskan dengan usia Aidan yang bertambah Aidan mau gak mau memang harus move on menjadi anak rumahan yang nantinya akan rutin rumah sekolah rumah sekolah. Selain pertimbangan itu, faktor biaya juga mempengaruhi pilihan kami untuk akhirnya menggunakan jasa asisten rumah tangga. Ya ada juga sih faktor g tega kalau nantinya anak kami yang kedua yang masih bayi banget musti terpapat kemacetan ibukota...hehehe...capeknya bro..kasihan...

Akhirnya diputuskan lah bahwa kami akan menggunakan jasa asisten rumah tangga. Bertanya kesana kesini, dari yang penyalur biasa ke penyalur yayasan. Ada beberapa plus minus dari perbandingan dua jasa penyediaan tenaga kerja tersebut. Dari mulai harga, sisi profesionalitas, attitude, dan lain sebagainya. Dalam hal ini kami menekankan pentingnya attitude untuk asisten rumah tangga. Karena beberapa informasi di media sosial menggambarkan kekejaman sosok dari asisten rumah tangga dari mulai perilaku kriminal pencurian sampai ke penganiayaan. Ngobrol sana sini sama temen yang menggunakan jasa penyalur tenaga kerja malah bikin galau karena ternyata ujungnya semua kembali ke attitude individunya, penyalur baik itu resmi atau tidak resmi tidak dapat memberikan garansi 100% terhadap perilaku sang asisten rumah tangga.
Gila kan, selain susahnya mendapatkan asisten rumah tangga ternyata masih ada kendala lagi dari attitude si pengasuhnya. Tetapi kami tidak lantas gegabah dengan istilah yang penting dapat dulu. Dan kebetulan aku punya jiwa yang agak prejudice ketika melihat seseorang, bahkan ketika pertama kali melihat fotonya pun aku sudah bisa menduga duga. Dari beberapa penyalur yang menyodorkan tenaga asisen rumah tangga kami selalu minta fotonya. Dan hampir 100% kami menolak kandidat asisten rumah tangga tersebut. Hahahahaha...sudah kayak macam audisi aja kami ini. Kami tetep yakin bahwa bila tiba saatnya nanti Alloh akan memberikan yang terbaik untuk kami.

Hingga satu waktu, kami mendapatkan rekomendasi dari temen di kampung (Terima kasih ya mas Vuad Arnis Nugroho) beberapa penyalur di daerah Magelang dan sekitarnya yang pernah digunakan oleh Mas Vuad tadi. Dari penyalur yang mas Vuad rekomendasikan akhirnya nyantol satu. Penyalurnya namananya Pak Tur, dari daerah di Kabupaten Magelang. Dan luar biasanya, Pak Tur ini tidak mematok tarif untuk usahanya mencarikan tenaga asisten rumah tangga. Seiklhasnya saja, luar biasa bukan. Dari beberapa komunikasi akhirnya kami diberikan informasi ada tenaga yang mau bekerja. Awalnya ada dua tenaga yang dibundling mau bekerja di tempat kami, tapi karena rumah kami kamarnya kecil akhirnya kami menyampaikan kalau kami butuh satu tenaga saja. Dan akhirnya kami mendapatkan sosok asisten rumah tangga yang ternyata TOP.

Dari awal penampakan foto yang dikirimkan Pak Tur kepada kami, kami sudah yakin ini orang baik, dengan wajah yang lugu dan beberapa testimoni yang disampaikan Pak Tur akhirnya dengan bacaan basmallah kami hire Mbak Yani sebagai anggota keluarga kami. Oh iya, setiap kami hendak menggunakan jasa tenaga asisten rumah tangga kami selalu menekankan bahwa hubungan kami dengan asisten rumah tangga bukan layaknya majikan dengan bawahan, melainkan kami anggap sebagai saudara sendiri. 

Akhirnya Mbak Yani pun berangkat dari Magelang ke rumah kami di daerah Tangerang Selatan menggunakan travel yang drop off door to door, sehingga tidak ada cerita kesasar mencari rumah atau kami kerepotan menjemput di terminal atau di stasiun.

Kami masih ingat ketika pertama kali Mbak Yani menginjakkan kaki di rumah kami, dari mulai uncluk uncluk masuk kamar hingga akhirnya malu malu saat bercakap cakap dengan kami. Sopan banget orangnya, gud point saat pertama jumpa. Meskipun kami juga sebelumnya telah memasang cctv sebagai jaga jaga, ini saran dari tetangga juga. Dan dalam hal pekerjaan rumah Mbak Yani ini ternyata tidak pilih pilih semua dijabanin, kecuali untuk masak karena lidahku sudah biasa dimanjakan sama masakan istri...hehehehe so untuk memasak tetep istri. Ya meskipun Mbak Yani bantu bantu juga, awalnya si cuma ngliatin istriku masak, lalu mulai nanya nanya apa yang bisa dibantu dari iris bumbu, nguleg sampai rajang rajang bahan masakannya. Pokoknya rumah kami yang biasanya berantakan jadi luar biasa rapi deh berkat Mbak Yani, bahkan sampai rumput di depan rumah dia cabutin dengan telaten. Ini sampai istriku terkesan banget deh, sampai kami bilang kalau Mbak Yani is the best House Assistant We Ever Met.

Terima kasih ya Mbak Yani. Dan ternyata di balik keluguan Mbak Yani, dia sudah lama malang melintang bekerja bersama orang di perantauan (mulai dari Jambi, Tangerang, Jogja dan Sleman)
Tapi sayang sungguh sayang, ke Te O Pe an Mbak Yani tadi harus kami akhiri karena istri pindah tugas ke Jambi. Kami harus merelakan Mbak Yani untuk tidak bekerja lagi bersama kami. Bahkan saking nyesegnya aku sendiri pernah jengkel sama Mbak Yani karena dia g mau ikut kami ke Jambi meskipun sudah kami sampaikan insentif lebih yang bisa kami berikan. Tapi keputusan untuk tidak ikut ke Jambi karena memang amanah dari suaminya, ya kami mau gimana lagi. Suaminya yang lebih berkuasa atas Mbak Yani. 

Dan akhirnya kami memutuskan untuk merelakan Mbak Yani untuk pulang ke kampung halamannya di Magelang sana. Hiks hiks hiks....sudah sudah Alloh tau yang terbaik untuk hamba Nya. 

Inilah akhir cerita dari testimoni kami untuk Mbak Yani, kami selalu mendoakan semoga segala urusan Mbak Yani dan keluarga selalu dimudahkan dan diridhoi Alloh SWT. Terima kasih Mbak Yani. Mohon maaf pula kalau selama tinggal bersama kami banyak hal yang kurang berkenan di hati Mbak Yani. 

Monday, 6 November 2017

Perumahan Villa Kenali Permai

Setelah lama tidak menulis karena gempuran media sosial yang lain yang memanjakan dan melenakan serta membuat aku menjadi malas untuk menuliskan cerita atau sekedar merangkai kata-kata. Yah bagaimana tidak sekarang tinggal klik hiburan visual yang gratisan dan dapat menyesuaikan keinginan kita, ingin nonton apa, bisa customize iklannya....meskipun banyak yang memanfaatkan momen ini untuk mendapatkan pundi pundi dengan kreatifitas membuat video blogging....hehehe aku pernah mencoba, dan belum berhasil...ingat belum ya, bukan tidak...
Lalu media sosial laiinnya yang melenakan kita dengan hingar bingar keakraban semu di dunia maya. 

Yah, begitulah, entah kenapa malam ini aku bisa muncul hasrat untuk menulis...mungkin juga efek LDM juga kali ya..galau man...

Oke, kembali ke judulnya (bukan kembali ke laptop ya, khawatirnya nanti digugat hak cipta..wkwkwkwk). Tulisan ini sebenarnya harusnya segera dirilis setelah tulisanku sebelumnya tentang mutasi istri dan anak-anakku ke Jambi kemarin. Ya, karena judul dari tulisanku kali ini merupakan tempat yang terpilih untuk menjadi tempat tinggal istri dan anak-anakku di Jambi.

Perumahan Villa Kenali Permai, setelah beberapa waktu sebelumnya istriku sendiri survei ke Jambi untuk mencari rumah kontrakan (hebat kan istriku, hehehe soalnya karena kondisi anak-anakku yang gak mungkin diajak untuk survey ke Jambi. Berbekal iklan di salah satu portal jual beli (baca OLX) akhirnya istriku menelusuri Kota Jambi dengan berjalan kaki antara satu perumahan ke perumahan, kalau agak jauhan sih memanfaatkan layanan aplikasi transportasi online. Pas ke Jambi ya luar biasa sih, ternyata jarak antara satu perumahan dengan perumahan yang lain (yang ditelusuri menggunakan moda jalan kaki) jauh, hebat memang istriku itu. Padahal waktu itu cuaca lagi panas dan banyak debu, sampai istriku bilang kalau kakinya sampai belang terbakar matahari dan jadi bersisik karena debu.

Pilih dipilih akhirnya ketemua sama salah satu rumah di Perumahan Villa Kenali Permai. Yah lumayan besar si (apalagi kalau dibandingkan dengan rumah di Cluster Sudimara Bintaro Blok F1, jauh brooo) dengan kamar tiga buah (2 kamar ukuran 3x3, satu kamar ukuran 6x3) ruang tengah dan ruang tamu yang besar, satu kamar mandi dengan bak mandi ukuran besar, dapur yang relatif standar ukurannya serta lantai atas untuk jemuran pakaian. Menariknya di Jambi ini adalah ketersediaan air PAM yang hanya mengalir tatkala matahari sudah tenggelam. Biasanya sih air mulai mengalir pada pukul 20.00, dan tidak ada sumber air cadangan (misalkan air sumur, karena konon katanya kondisi air sumur mengandung minyak, meskipun sudah dilakukan pengeboran hingga mencapai kedalaman 80 meter). Jadinya standar rumah di Jambi, khususnya di Perumahan Villa Kenali Permai pasti memiliki tandon air (kalau di Jakarta sering disebut toren, kalau di Jambi disebut Tedmon). Dan pertama kali ke Jambi ini kaget banget sama air nya, lumpur bro...ini air pam aja kayak gini apalagi air sumurnya, so kami musti pasang filter air ala ala yang ditancapkan di keran kamar mandi, itupun tidak menjamin air dalam bak kamar mandi akan bersih selamanya, paling tidak minimal dua minggu sekali kami musti kuras bak mandinya untuk membuang lumpur yang mendendap di dasar bak kamar mandi.Oh iya satu lagi kisah tentang air ini, karena waktu mengisi air itu hanya bisa dilakukan saat malam hari, maka sudah menjadi cerita umum kalau kami musti mengalami tragedi air melimpah limpah saat pukul 03.00 dini hari, karena kami kan kalau malam tidur so air penuh g ketahuan. Yah begitulah tentang air.

Kemudian cerita lain lagi ketika kami harus mengisi perabotan rumah ini, kan kami dapat rumah ini kondisi kosongan alias bukan full furnished, so kami musti mengisi perabotan rumah. Saat itu yang menjadi prioritas adalah kulkas (untuk keperluan ASI perah dari istriku), kompor plus tabung gas nya, dan kasur. Dengan itung-itungan budget, akhirnya kami (tepatnya istriku) menitipkan sejumlah uang ke pemilik rumah untuk membelikan barang barang tersebut. Setelah tinggal di sana kemudian kami mulai perlahan lahan menambahh kebutuhan perabotan seperti freezer untuk menyimpan ASIP, kemudian satu kasur lagi untuk calon pengasuh Ahza, Televisi, dan layanan internet (maklum mantan orang Jakarta yang tidak terlalu bisa lepas dari koneksi internet, apalagi jaringan sinyal televisi free to airtidak terlalu bagus). Mungkin aku kedepannya aku akan menulis tentang jaringan internet di Jambi dan testimoni atau cerita bagaimana kami mendapatkan pengasuh Ahza (padahal rencanaku untuk menulis tentang pengasuh Ahza sebelumnya belum terlaksana). Oh iya ada satu lagi, karena kami belum memiliki kendaraan pribadi kami mengandalkan aplikasi transportasi online untuk menjangkau ke beberapa tempat di Kota Jambi. Saat itu baru ada Gojek, kalau sekarang sih Grab dan Uber juga udah masuk baik untuk kendaraan roda empat maupun roda dua nya. Tapi karena lama-lama karena dirasakan repot dan berat diongkos akhirnya kami memutuskan untuk membeli kendaraan pribadi (baca motor matic, oh iya bahan tulisan lagi kayaknya ke depan tentang motor ini mengingat istriku udah lama banget gak naik motor, terakhir kalau tidak salah pas waktu SMP) dan lagi lagi berbekal aplikasi jual beli OLX kami melakukan pencarian kendaraan bermotor roda dua matik yang kelengkapan surat surat dan pajaknya beres, apa itu motornya? kayaknya nanti bakal aku tulis lagi deh..hehehehe...

So kali ini sepertinya cukup ulasanku tentang Perunahan Villa Kenali Permai, tempat tinggal sementara keluargaku (smoga saja tahun depan sudah balik ke Cluster Sudimara Bintaro Blok F No. 1, Aaaaaamiiiin), di mana sih tepatnya perumahan itu, hehehehe anakku Aidan aja udah tahu jalannya, pokoknya lewat penjual gorengan belok kiri ya (menirukan saat kami sedang mengarahkan driver gocar, hehehehe)....