Saturday, 28 April 2018

Trading Saham atau Nabung Saham

Saham...Ya saham...sebenarnya kata ini sudah lama terdengar di telingaku. Tapi gak tau kenapa baru di usiaku yang menginjak kepala 3 ini baru aku benar benar tertarik dengan saham. Dulu dulunya sih pernah sih belajar tentang saham, dan mencoba simulasinya, mmm forex juga pernah, dan dari simulasi itu dalam waktu 5 menit aku rugi Rp5.000.000.000,00, . Selain itu aku juga pernah bekerja di salah satu agen atau sekuritas di Jogja, ini pas masa labil habis lulus kuliah daripada tidak ada pekerjaan. Waktu itu tugasku adalah tukang telepon, dikasih berbaris baris nomor telepon yang gak tahu darimana asalnya, trus diminta untuk mencari nasabah yang mau menanamkan modalnya di sekuritas tersebut. Alhasil karena aku merasa gak bisa meyakinkan orang untuk menanamkan modal atau menjadi nasabah perusahaan tersebut, akhirnya aku berhenti di dua minggu aku bekerja, gaji? mmmm cuma dapat makan siang sama uang transport saja. hahahaha

Nah lalu, kenapa sekarang tertarik dengan saham? Sebenarnya diawali dari keinginan untuk meningkatkan pendapatan, yah karena sudah tau sendiri kalau di kantorku mungkin kalau sudah pernah baca tulisanku sebelumnya yang dahulu sudah sangat sulit meningkatkan pendapatan atau mendapatkan additional income. Dan aku sendiri sering bertanya kepada aku sendiri, sampai kapan aku jadi pegawai. Pengen banget untuk berwirausaha, berdagang istilahnya, tapi pertanyaan berikutnya adalah mau berdagang apa. Di tengah agresifnya sektor jual beli online aku juga turut mencicipinya dengan berjualan beberapa barang di situs jual beli online seperti Tokopedia, Bukalapak, Instagram. Apa yang dijual? ya apa saja, mulai dari sparepart sepeda, barang elektronik, baju anak-anak dan mainan anak-anak. Tapi dari situ ternyata aku masih kurang puas dengan kinerjaku, kinerja lapakku, karena memang toko online itu jumlahnya sangat banyak. Bahkan aku sempat iseng mengamati rasio antara pengunjung suatu toko online dengan barang yang dibeli adalah 100:1, artinya dari 100 orang yang mengunjungi toko online kita hanya 1 orang yang membeli. Belum lagi karena kelakuanku yang memang suka mengambil margin yang tipis, berkisar antara 1-5% dari masing-masing barang, so masih belum cukup memuaskan. Meskipun aku tetap punya keinginan untuk berdagang, karena dalam agamaku dijelaskan bahwa 9 dari 10 pintu rizki adalah berdagang.

Lalu dari situ, di tengah getolnya pemerintah mempublikasikan gerakan Yuk Nabung Saham, aku mulai tertarik untuk mendalami ilmu menabung saham. Ya, awalnya memang aku niatkan untuk menabung saham, karena memang di agamaku pula dikatakan bisnis saham terutama trading saham itu dekat dengan perjudian, untung-untungan, gambling, dan sebagainya. Bermodal niat tersebut akhirnya aku apply di salah satu sekuritas di Jakarta yang memang terkenal sebagai sekuritas ritel alias recehan dimana kita bisa memulai berinvestasi saham (lho kok berubah lagi menjadi investasi saham, tadi kan nabung saham) hehehehe.....yaitu Indopremier, karena dengan modal Rp100.000 kita bisa memulai berinvestasi saham.

Oke setelah melalui beberapa proses, akhirnya aku mulai bisa berinvestasi saham, live di meja kantor ku. Kebetulan pula saat itu ada teman kantor yang memulai investasi saham juga (gak tau ya, mungkin kronologi awal mereka berinvestasi saham adalah tentang additional income tadi). Jadilah kita bikin forum bersama, yang saling tukar informasi tentang saham apa yang dibeli saham apa yang dijual dan beberapa aktifitas investasi saham lainnya. Bedaanya adalah, caps (maksudnya modal) mereka lebih tinggi dari aku. Yah, bisa barangkali 10 kali lipat dari modalku. hehehehe....maklum kaum sudra.

Lalu akitifitas trading saham (lho kok jadi trading saham sekarang) dimulai. Iya, karena memang saham yang volatil alias loncat-loncat itu sangat menarik dan profitabilitasnya tinggi, aku sendiri bahkan pernah profit 40% dari modal yang aku tradingnya dalam waktu hanya 30 menit. Loss alias resiko? ya jangan ditanya, high risk high return, itu istilahnya, duit ilang Rp200.000 dapat sekejapan mata juga bisa, atau nyangkut dalem juga bisa. Nah memang mungkin itu awalnya proses pembelajaran investasi saham ya. Aku gak tau saham apa yang dibeli, kapan waktu yang tepat suatu saham dibeli, dan kapan aksi jual yang tepat, misal untuk melindungi kerugian atau mendapatkan keuntungan. Nah, dari peristiwa itu kemudian aku pelan pelan belajar untuk tidak menjadi pencopet saham yang hanya mengandalkan tren harga naik dan volume saham yang diperjual belikan. Perlahan-lahan aku mulai mempelajari analisis fundamental dan analisis teknikal. Dari pembelajaran itu memang akhirnya aku menemukan ritme yang santai, tidak grusa grusu karena kita sudah yakin (tentu berdasar ya) akan suatu pergerakan harga saham.

So, apa berikutnya? ya aku akan selalu belajar dan beajar berinvestasi saham (saat ini portofolioku alhamdulillah berisi saham yang notabene merupakan saham saham dari perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus) dengan ritme jangka panjang, yak...mungkin akhirnya kembali kepada program yuk nabung saham, hehehe.... Tapi tetep, keinginan untuk berdagang secara harfiah baik dilakukan melalui offline atau online tetap ingin aku wujudkan.

Thursday, 12 April 2018

Tulisan Apa Ini?

Perjalanan dinas kali ini aku mengambil inisiatif untuk menggunakan moda transportasi darat yaitu kereta api. Dan gak tanggung-tanggung, aku naik kereta kelas ekonomi, Menoreh, PSE-SMG alias Stasiun Pasar Senen – Semarang Tawang. Perjalanan dinas kali ini adalah dalam rangka pelatihan strategi perusahaan dan penyusunan laporan keuangan yang memiliki relevansi dengan aksi korporasi merger dan akuisisi. Dan di sini hanya aku sendiri yang memilih menggunakan moda transportasi kereta khususnya kereta ekonomi. Rekan-rekanku yang lain menggunakan moda transortasi pesawat terbang, ada pula yang menggunakan moda transportasi kereta api namun dengan kelas eksekutif. Hehehehe...menyiksa diri? Enggak juga, karena selain hemat, aku ingin mengenang masa-masa dulu sering berpergian menggunakan kereta api kelas ekonomi.
Kali ini aku tidak bermaksud untuk melakukan review atas perjalananku menggunakan kereta api Menoreh ya, soalnya ya standar-standar begitu dan barangkali sudah banyak yang melakukan review atas perjalanan kereta api Menoreh ini. Wis wis, tar keterusan malah jadi review naik kereta api Menoreh.

Awalnya aku ingin menulis tentang, tentang apa ya, kok malah jadi lupa. Jadi intinya malam ini, eh pagi ini, galau-galau gitu, ealah tiap hari kok galau, terus daripada galau gak produktif mending aku ambil laptop ku yang sore tadi baru saja aku inject dengan OS Ubuntu, setelah sebelumnya aku pasang Mint, dari yang sebelumnya menggunakan Windows 10. Kenapa aku ganti dari Windows 10, karena laptopku ini sudah cukup berumur, dengan spesifikasi yang ala kadarnya, bahkan menurutku ini adalah netbook tapi layarnya 14 inch, so membawa program Windows 10 itu menjadi terasa berat, apalagi dengan update rutin yang dilakukan, sangat berat man, bahkan mungkin seberat Dilan menanggung beban rindunya..hhahaha...Nah lalu kemarin aku instal Linux Mint, kenapa Mint? Karena beberapa kali melihat review Mint merupakan salah satu distro Linux yang sangat familiar bagi pengguna atau eks pengguna Windows. Iya sih, menunya mirip banget sama Windows. Selain itu, tingkat popularitasnya nomor satu, ya itu tadi, karena memang tampilannya Windows deh, Linux yang ke Windows Windows an. Selain itu performanya memang ringan. Nah, lalu apa permasalahannya? Gak tahu kenapa, koneksi internet menggunakan Mint terasa lambat, sinyal wifi di rumah yang biasanya bisa empat bar, hanya terbaca sangat lemah 2 bar bahkan sering 1 bar bahkan hilang sama sekali. Padahal sebelumnya sinyal minimal 3 bar sampai maksimal 5 bar. Lalu tadi siang, eh kemarin siang aku coba koneksi atau menjalankan aplikasi trading Ipot (oh iya, baru keinget kalau aku mau nulis tentang trading Ipot yang sekarang aku lakukan, oke nanti aku tulis deh) nah karena koneksi yang sangat lambat tersebut Ipot tidak bisa berjalan, grendet grendet dan sinyalnya putus tus. Selain itu, kemarin-kemarin aku juga nyoba instal aplikasi, eh tepatnya game windows menggunakan Wine dan PlayonLinux, hasilnya gak bisa, suara keluar tapi ganbarnya g ada. Oke baiklah, kalau masalah game bisa kutolerir karena memang dari awalnya ketika pindah ke Linux sudah tahu resiko tentang game game Windows, bajakan...xixixixi. Sempat kepikiran juga sih balik lagi ke Windows, tapi kalau keinget beratnya lepiku menanggung beban Windows kok kayaknya gak tega, pernah lho buat booting awal sampai memakan waktu 15 menit. Hehehehe…

Nah lalu apakah Ubuntu sudah terbukti? Belum sih..kan baru kuinject tadi sore, eh tapi gak tahu benar atau salah, sebelum aku inject Ubuntu tadi sempat cek jaringan internet kantor pakai Mint, dan gak stabilnya juga keliatan. Dengan koneksi internet kantor yang cukup kencang, sinyal wifi hanya terbaca 3 bar saja, bahkan beberapa kali sampai 1 bar saja. Nah ketika tadi kuinject Ubuntu, sinyal stabil di 4 bar, nah dari sini kemudian aku berharap, bukan atau belum menyimpulkan ya, kalau internet atau koneksi internet Ubuntu lebih stabil daripada Mint. Lalu bagaimana kalau performanya, mmmm...iya sih Mint lebih enteng daripada Ubuntu, tapi semoga saja semua itu bisa tertutupi dengan kestabilan Ubuntu. Belum sempat instal aplikasi-aplikasi yang lain sih, soalnya keburu berangkat ke Stasiun. So besok lanjut saja instal instal nya di tempat acara pelatihan.

Pelatihan ku kali ini dilakukan di salah satu hotel di Kota Semarang, Hotel Grand Dhika Semarang. Kalau tidak salah letaknya di Jalan Pemuda Semarang dengan menggandeng partner atau rekanan dari Universitas Diponegoro. Kalau dari layout tempat pelatihan yang rapat, mmm maksudnya ruangannya kecil, mungkin menyesuaikan dari budget APBN yang terbatas atau faktor yang lainnya, kayaknya pelatihan kali ini bakalan berlangsung secara intensif, serius, dan formal, ya iyalah ini kan acara kantor, bukan acara kongkow atau reuni an atau acara bergaulnya anak-anak muda. So, kita lihat saja apakah aku nanti masih bisa utek utek laptop pada saat pelatihan, utek utek ini meliputi utek utek Ubuntu dan instal beberapa aplikasi serta mungkin mengetik yang tidak ada kaitannya dengan pelatihan ini, misal nulis blog, browsing atau searching hal gak penting, atau malah bersosial media..hehehehe, tapi yang paling direncanakan adalah trading Ipot, lagi-lagi Ipot, apaan sih itu? Tar deh aku jelasin hobi baru ku itu. So liat saja nanti.

Nah sudah berapa kata ni, baca kembali tulisanku kok malah aku bingung, aku tuh sedang nulis apa sih, hahahaha….ngayawara kalau bahasa jawanya, ya yang namanya lagi galau, apa saja yan ada dipikiran dituangkan di tulisan. Hasilnya, bingung deh mau dikasih judul apa. Yowis, karena perjalanan kereta sudah hampir sampai di Stasiun Semarang Tawang, maka aku sudahi juga ketikan tulisanku ini. Besok, eh nanti siang (karena tulisan ini diketik pada pukul 03.12) tinggal nunggu koneksi internet lalu posting deh, di blog tentu saja bukan di sosial media, maklum tulisan gak jelas gini gak pantes kalau di share di sosial media.


Tuesday, 10 April 2018

Lion Air Raja Delay?? "tresno jalaran seko kulina"

Lion Air

Tentu semua sudah tau, maskapai penerbangan yang satu ini. Maskapai penerbangan dengan lambang singa warna merah yang memiliki sayap. Seolah dengan gagah dengan moto "we make people fly" memamerkan kalau dia adalah raja penerbangan di Indonesia. Maklum saja, singa kan dijuluki raja hutan, ini kalau di darat. Lalu bagaimana dengan "Singa Terbang" ini?

Jangan salah, untuk penerbangan domestik dengan kelas penerbangan Low Cost Carrier, Lion Air ini bisa dikatakan sebagai market leader dibandingkan dengan para rivalnya seperti second layer nya Garuda Indonesia (Citilink), atau second layer nya Sriwijaya (NAM Air), wah jauh deh si Lion ini, jauh di depan maksudnya.

Lalu bagaimana dengan julukan raja delay itu? mmmmm...awal awal naik pesawat (urusan kantor dan dibayari oleh kantor) tentu selalu menggunakan Garuda Indonesia, di nina bobok kan dengan fasilitas Full Service (termasuk makanan dan film yang diputar selama perjalanan), kenyamanan membership nya (dengan milleage point yang dapat ditukarkan dengan penerbangan lainnya atau merchandise), dan kenyamanan ruang tunggu khusus pemegang kartu membership dengan kelas Gold ke atas. Dulu dulu pas nyobain pakai Lion Air sih ya sempat sebel juga sih, dengan delay nya, dengan kesemrawutan para calon penumpangnya di ruang tunggu, semrawut karena delay..wwkwkwk. 30 menit, 45 menit, sejam, dua jam, sampai 4 jam, bahkan sampai pembatalan itu kadang, atau bisa disebut bisa saja terjadi atau bisa saja sering, duh gimana ya bilangnya, yang jelas itu terjadi di penerbangan Lion Air. Pas waktu itu pun, aku menilai cara pilot Lion Air bawa pesawatnya sedikit kasar pada saat take off , flight descent, dan landing

Lalu bagaimana sekarang?
Mmmm.... mungkin ada pepatah jawa yang bilang kalau tresno iku jalaran seka kulina, alias kalau dibahasakan Indonesia menjadi, cinta itu disebabkan oleh sering, hayo lho gimana...maksudnya karena sering pakai Lion Air untuk penerbangan menengok keluarga kecilku di Jambi akhirnya aku suka bahkan cinta sama Lion Air. So sekarang delay nya g masalah ya? mmmmm...jadi biasa sih, delay sejam sampai dua jam itu biasa kalau Lion Air, bahkan aku sempat delay empat jam. Bahkan aku mengaggap Lion Air delay itu??biasa aja kaleeeee'....hehehehe...sampai membenarkan ungkapan pak Menteri Perhubungan, lebih baik delay daripada g selamat. Ada pula informasi yang mengatakan (tapi ini g ada jaminan validitas kebenarannya ya) bahwa si Lion Air ini memang sengaja mendelaykan penerbangannya agar saat pesawat tiba penumpang semua sudah siap untuk naik pesawat, jadi pesawat tidak mengeluarkan biaya yang banyak untuk parkir di bandara.

Itu delay nya, lalu bagaimana cara bawa pesawatnya? nah ini lagi, gak tahu karena udah sering naik Lion Air atau bagaimana, aku merasa naik pesawat Lion Air itu lebih nyaman, take off dan landing nya lebih nyaman, ya meskipun kadang bumping bumping, tapi konon katanya landing yang bener itu memang harus di bumping in. Yang paling kerasa adalah flight descent nya, gak bikin mual, kemarin nyoba bandingin sama naik pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Surabaya..wuuuhhhh flight descent nya bikin mual.....oh iya, sama keberanian pilotnya, saat itu aku sedang perjalanan dinas ke Semarang menggunakan Garuda Indonesia, pas itu memang sedang hujan lebat, dan kru dari Garuda Indonesia mengatakan pesawat tidak berani mendarat atau lepas landas di bandara Ahmad Yani. Lalu bagaimana dengan Lion Air, beberapa kali kami melihat para penumpang Lion Air masuk ke dalam pesawat dan mereka terbang....wushhh wushhh...gak tahu itu berani apa nekat ya...wkwkwkwk....nah pas itu ngerasain Garuda Indonesia delay itu rasanya dongkol banget, sudah mahal delay, sudah gitu g dapat penggantian uang, padahal delay nya dari jam 09.30 sampai jam 16.30, dengan alasan delay nya disebabkan karena gangguan cuaca, jadi tidak ada ganti rugi, mmmm dapat makang siang aja sih waktu itu.

Ya itu, Lion Air delay itu biasa, Garuda Indonesia delay itu rasanya nyeseg banget.

Terakhir, masalah tarif...wuuuhhhh Lion Air mah pioneer dalam hal ini, dibandingkan dengan Garuda Indonesia yang full service itu doi harganya setengahnya, dibandingkan dengan penerbangan low cost carrier lainnya si Lion bisa selisih 25% lebih murah dbandingkan dengan maskapai lainnya. Air Asia juga pernah sih lebih murah, masih ingat Jakarta-Bali harganya cuma 99 ribu. Dulu sih, Lion Air sempat lebih murah lagi, tapi sayang pemerintah mengenakan aturan batas bawah untuk pesawat, dengan alasan keselamatan, meskipun menurutku??mmm...gak tau deh....

So gak tau karena tresno jalaran seko kulina tadi atau memang Lion Air ini sebenarnya nyaman dan ramah bagi kantong, aku jadi suka terbang dengan Lion Air...Oh iya, untuk investasi pesawat, Lion Air ini lebih wow dibandingkan Garuda Indonesia lho....jumlah pesawat yang Hak Milik lebih banyak Lion Air dibandingkan dengan Garuda Indonesia yang konon katanya banyak sewa (ini saya juga cuma katanya lho, g tau validitasnya)

So, thank you Lion Air...semoga ke depannya kau bisa jadi raja di udara, sesuai dengan logo mu. Singa Bersayap.