Menjelang hari raya Idul Fitri di tahun 2008 yang tepat pada tanggal 1 oktober 2008. Ramadhan yang entah hanya menurutku saja sangat berbeda. Terasa hampa, panas, tanpa pikiran yang jernih. Basuhan air wudhu pun tak sedikitpun mampu dinginkan hatiku.
Ujian demi ujian yang terlalu menggoyahkan segala aspek keimananku. Menumbuhkan rasa keputus asaan yang mendalam. Mencoba bendung semangat yang mengalir deras.
Dari aspek kehidupan sosial masyarakat di lingkunganku sendiri sampai aspek permasalahan keluargaku. Tepi demi tepi menudutkan hatiku. Menggalaukan kalbuku. Semua terasa memojokkanku. Menertawaiku dengan ejekan bahwa aku tak mampu hadapi semua ini.
Bukan maksudku untuk kembali mengagungkan cinta (karena bahkan hingga saat ini aku tak mau jatuh cinta). Tapi hanya seseorang yang ku panggil De’…yang telah mampu menegarkan semua, menambatkan semua penat dalam setiap linangan rahmatnya. Mencoba memahami bahwa different people have different problem. Dan yang namanya masalah pasti tidak lah mudah bagi setiap individu yang mengalaminya. Ujian. Ya, ini adalah ujian.
Rasa bersyukur dan berikhitar tak lupa doa senantiasa ku senandungkan. Sedikit banyak aku berterima kasih De’…
Yah, hobby memancingku akhir-akhir ini merupakan salah satu sarana untuk menenangkan diri ini. Dengan aliran air yang lembut, dengan kadangkala di riuhkan oleh lompatan air-air yang berkecipak memamerkan ukuran tubuhnya.
I had my own way…
Dan akhir-akhir ini pula aku melihat rumah di cat warna hijau daun muda. Hijau. Hijau dan hijau. Hehh…mungkin mencoba untuk menghijaukan negeri ini meski hanya dengan memoleskan kuas-kuas bertintakan cat warna hijau yang tak kan bisa mengeluarkan oksigen atau menyerap karbon dioksia. Tak mampu berfotosintetis.
Atau mungkin sedikit mencoba memamerkan daya-daya mereka dalam menyambut hari raya. Memeriahkan dan memamerkan.
Sedangkan aku di sini tenggelam dalam kebingungan. Where’s my way?where’s my life? How can I find that?when will I find that?