Monday, 10 January 2011

Balada Abdi Negara (Bagian Kedua)

HARI PERTAMA MENJADI ABDI NEGARA

Setelah menerima surat pemberitahuan tanda lulus tes CPNS, mereka yang lulus dikumpulkan di ruang rapat Bagian Kepegawaian untuk diberikan arahan oleh Kabag Kepegawaian. Bapak Kabag berbicara berbagai hal, namun ada beberapa catatan penting yang paling mudah diingat, bahwa menjadi pegawai negeri harus siap ditempatkan dimanapun di seluruh Indonesia, tidak boleh menolak perintah, dan harus menjaga loyalitas kepada pimpinan. Kepandaian bukan lagi hal mutlak dalam bekerja, namun kepercayaan pimpinan yang akan menentukan karir seorang pegawai. Ada satu lagi pesan bahwa di era reformasi ini, pegawai harus lebih hati-hati lagi mengingat semakin banyak mata yang melihat kinerja para abdi negara, bila tampak negatif, langsung mencuat di media. Awalnya memang belum sepenuhnya mudeng dengan arahan beliau, namun dalam perjalanan nanti, akan nampak satu persatu pesan dari beliau tersebut. Kemudian setelah rapat ditutup, setiap CPNS memeroleh surat penugasan di instansi masing-masing di lingkungan Pemda.

Keluar dari ruang rapat Bagian Kepegawaian, Rangga dan Andi langsung melapor ke instansi dimana mereka ditempatkan. Setelah menemui Sekretaris dan menyerahkan berkas-berkas yang diperlukan, mereka menghadap Kepala Dinas dan lagi-lagi memeroleh arahan yang isinya hampir seragam dengan yang pernah disampaikan Kabag Kepegawaian. Hanya ada sedikit yang membedakan, bila ada hal-hal aneh ditemui, tidak usah heran atau bingung. Anggap saja itu hal biasa dan tidak perlu dibicarakan. Lebih baik diam daripada jadi korban, apalagi anak baru biasanya gampang dipengaruhi. Selesai menghadap, mereka langsung diarahkan ke Bidang masing-masing sesuai dengan arahan Bapak Kepala Dinas.

* * * *

"Selamat Siang Pak, ini bidang Prasarana?" tanya Rangga pada seseorang di ruangan itu.

"Betul, Anda siapa?" jawab orang tersebut sambil tetap sibuk membereskan berkas-berkas yang berserakan.

"Saya Rangga Pak, pegawai baru di sini".

"Oooo. Ya ya. Saya sudah dengar dari Pak Sekretaris kalau ada orang baru di sini. Mari silakan", Bapak itu memersilakan Rangga masuk ruangan dan duduk di depan mejanya.

"Saya Rahmat, Kepala Seksi Tata Ruang. Menurut arahan Pak Kabid (Kepala Bidang-pen), Anda ditempatkan di bawah saya", Pak Rahmat mulai memerkenalkan diri.

"Hmm, mereka sudah tahu rupanya", gumam Rangga dalam hati.

"Baiklah, coba perkenalkan dirimu, dari mana asalnya, terus nanti saya perkenalkan dengan teman-teman di sini. Kebetulan Pak Kabid sedang rapat, jadi nanti saja menghadap beliaunya".

* * * *

Singkat cerita, setelah perkenalan dengan Pak Rahmat dan teman-teman, Rangga diberikan satu meja usang yang tampak tak terawat, seperti bekas meja belajar. Maklum, Pemda ini merupakan pemekaran dari Kabupaten induk, jadi segalanya masih mengandalkan barang-barang sisa dari induknya. Berhubung belum ada tugas mendesak, Rangga hanya diberikan tugas membaca sendiri tugas pokok Bidang Prasarana dan beberapa dokumen penting lainnya untuk dipelajari. Sementara teman-teman lainnya sibuk di depan komputer, entah apa yang dikerjakan. Rangga coba-coba mengintip sambil membaca, dan ternyata mereka malah asyik main Solitaire, Digger, bahkan ada yang main catur di sudut ruangan, karena mereka tidak mengerti komputer.

* * * *

"Hmmm, ternyata nikmat juga ya jadi pegawai negeri. Banyak waktu luang, sudah itu digaji negara lagi", gumam Rangga.

"Apa? Enak saja kamu ngomong begitu!!" sergah Ahmad, pegawai senior di ruangan itu.

"Oh, maaf Pak. Lagi ngelamun", Rangga kaget gumamannya terdengar ke bangku sebelah.

"Di sini itu, kita harus siap setiap saat bila bos memberi perintah. Kalau tidak ada perintah, ya sudah jangan macam-macam. Diam saja sambil nunggu perintah, gak usah nyari-nyari kerjaan. Biarin aja pada main game, daripada bengong", Pak Rahmat masih terlihat agak gusar.

"Ooo gitu. Saya kira kita ikut mikirin apa yang mau dikerjakan", Rangga masih agak bingung melihat situasi ini.

"Sudahlah, kamu diam aja. Duduk manis di sini. Nanti kalau ada perintah, baru kerjakan", Pak Rahmat coba mengingatkan lagi.

* * * *

Sewaktu di swasta dulu, rasanya jarang sekali pegawai bisa main game sebebas ini. Tanpa ada perintah pimpinanpun, pekerjaan sudah pasti ada dan harus ada target waktu, jadi tak ada waktu buat berleha-leha. Di sini rasanya seperti robot, tinggal menunggu remote pimpinan, baru semua bekerja.

Disalin dari tulisan Marshall Romme pada situs Politikana 16 Januari 2011