Seperti biasa aku melenggangkan kaki di sela hiruk pikuk ibukota ini
Menyusuri gang dan trotoar
Meski terkadang bahkan sering aku melalui jalur busway
Nah,
Saat itu aku melewati kompleks perkantoran Delta Harmoni
Jam 17.15 saat itu
Seperti biasa aku melihat sosok seorang penjual makanan gerobak
Bakwan Kawi
Umurnya mungkin sekitar 30 tahunan
Dengan perawakan tinggi sedang dan badan tidak gemuk alias kurus
Kulit coklat khas tropis
Dengan sedikit tonjolan tulang rahang di pipi kanan dan kiri
Polahnya tampak tidak begitu aktif
Hanya kemudian menjadi cekatan ketika ada orang yang meminta pesanan
Sore itu tampaknya pelanggan agak sepi
Bakso, tahu dan kripiknya masih banyak terpampang di kaca gerobak
Singgahlah aku di emperan itu
"mas bakwan kawi satu mas"
"campur mas?" begitu tanyanya lalu ku jawab "komplit mas"
Langsung seperti biasa dia meraciknya
Tahu, Keripik, Somay dan bakso dia masukkan ke dalam satu mangkok
Kemudian di tuangi kuah dan dibubuhkan saos serta sambal
Sengaja aku bilang agar memberikan sambal sedikiiiit saja
Setelah semua siap akhirnya diserahkanlah mangkok beserta isinya itu kepadaku
Karena suasana sepi tiada pelanggan lain
Akhirnya aku sibukkan dia dengan obrolan
Mulailah seperti biasa
Hobiku bertanya
Mencairkan suasana
Aku menanyakan apa pahit getir menjadi pedagang bakwan kawi di ibukota ini
Kemudian dia menuturkan bahwa dia sudah berada di jakarta sejak tahun 1990an
Setelah sebelumnya sempat menjadi kuli bangunan
Menjadi pedagang di Jakarta bukanlah sebuah hal yang mudah ataupun gampang
Pernah dia mengalami
Makan tidak di bayar
Mangkok dibuang ke sungai
Di bayar dengan todongan pisau
Bahkan pernah dilarang berjualan dan di keroyok
Tapi satu yang mejadi pegangan
Bahwa dia tidak eprnah mau membalas atau menanggapi
Bukan tidak berani melainkan karena dia di Jakarta adalah untuk mencari makan
Bukan untuk menjadi jagoan
Segalanya dia hadapi begitu saja
Hingga kini dia mampu menghidupi kedua anaknya di Jawa (alias kota kelahiran)
Memiliki sebuah rumah di kampung
Dan sepetak sawah yang digunakan istri dan anaknya untuk menanam padi
Mas supri nama penjual bakwan kawi itu
Sosok pendatang dari tlatahJawa tengah