Setiap yang terjadi terkadang menimbulkan multitafsir. your reality is not same with my conclusion
Terkadang menjadikan kesalahpahaman
Ketidak saling mengerti
Hal itu karena keduanya saling menerka
Menerka apa yang ada dalam pikirannya
Menerka dari setiap makna yang dilakukan, diucapkan
Bahkan yang lebih parah lagi menerka dari apa yang didengar
Lalu mengapa aku harus menerka?
Menerka yang sering kali bersifat prematur
Menerka yang cenderung bersifat konotatif
Mengapa aku tak bisa diam saja membayangkan semua berakhir indah
Berakhir sesuai rencana Alloh SWT
Atau paling tidak aku bisa bertanya padamu?
Menerka...
Lagi-lagi menerka
Meski telah kau jawab atau kamu diamkan dengan seribu bahasa
Aku masih saja menerka
Apakah itu benar adanya atau tidak?
Apakah masih ada yang kamu sembunyikan atau tidak?
Mengapa aku tidak menjadi begitu saja percaya padamu
Mengapa aku tidak membiarkan dengan kerelaan kalau pada akhirnya kamu bohong
Kenapa aku tidak bisa membiarkan hal itu?
Sebuah ketakutan?
Tapi ketakutan akan apa?
Kehilangan?penghianatan?atau penilaian negatif atas aku?
Bukankah aku memang negatif
Kenapa kemudian aku masih harus takut dinilai menjadi negatif?
Aku tau sebenarnya
Menerka ini dipupuskan saja
Dengan saling percaya dan saling jujur adanya
Dan aku harus berhenti menerka!!