Wednesday, 21 August 2013

Ayah dan Ibu Menyambutmu

Selasa 13 Agustus 2013,
Malam itu kebetulan aku ada rapat sampai jam 20.00 di kantor, sampai rumah waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. Istriku masih setia menungguku dengan wajah sayunya. Ya maklumlah, tadi siang ternyata istriku di ajak ibunya (bundo) untuk berjalan kaki ke pasar. Masih mengenakan mukena setelah menunaikan sholat isya' istriku berkata bahwa makanan ada di dapur, udah disiapkan untuk buka puasa waktu itu sebenarnya.

Setelah aku mandi dan menunaikan sholat isya' aku menuntunkan nasi, sayur dan lauknya ke dalam mulutku. Perlahan hingga akhirnya habis tiada bersisa. Setelah selesai melakukan makan malam tersebut kemudian melakukan ritual sikat gigi, akhirnya aku membaringkan badanku di kasur. Aku pun tidur.

Terbangun kemudian jam 01.00 . Istriku sedang kebingunan. Dengan setengah menangis dan bingung istriku bangun dari kamar tidur dan menuju kamar mandi. Saat itu, karena aku juga baru saja terjaga dari tidur aku sempat ngah ngoh karena bingung ada apa. Tapi langsung terpikir bahwa sesuatu terjadi dengan kehamilan istriku. Bundo pun terbangun dan menanyakan pada istriku.

"Pecah ketuban, cepat pesen taxi", pinta istriku.

Langsung saja kuarahkan perhatianku kepada aplikasi pemesanan Taxi Bluebird di smartphone istriku. Langsung aku klik order now.

Selang 10 menit kemudian, taxi Bluebird pun datang... istriku kemudian masuk di bagian belakang bersama bundo, sementara aku duduk di samping supir setelah sebelumnya aku memasukkan barang di bagasi.

"ke RSAB Harapan Kita Slipi pak", pintaku cepat kepada Pak Supir.

Taxi pun meluncur segera menuju tempat yang aku maksudkan tadi. Alhamdulillah karena waktu masih menunjukkan pukul 02.00 kondisi jalan pun masih lengang, dengan waktu tempuh sekitar 40 menit kami tiba di RSAB Harapan Kita Slipi.

Masuk ke bagian Instalasi Gawat Darurat kami langsung disarankan menuju Ruang Cempaka (yang merupakan ruang bersalin di RSAB Harapan Kita). Kemudian kami disarankan untuk masuk ke kamar 203 oleh suster yang saat itu sedang bertugas. Setelah ditanya-tanya oleh suster kemudian di cek menggunakan alat elektronik, suster tersebut pun meninggalkan kami di ruang itu.

Tak tik tok tak tik tok.. suara detak jam yang terpampang di tembok ruang 203, perlahan dan tiada terasa ternyata matahari udah tinggi. Aku, istriku, dan bundo masih tetap terjaga tiada tertidur. Sesekali istriku merasakan sakit akibat kontraksi. Dari pertama masuk ternyata istriku sudah memasuki tahapan bukaan 2. Kami pun diminta untuk menunggu agar tahapan sampai pada bukaan yang lengkap alias bukaan 10.00

Waktu pun berjalan, tak terasa waktu pun menunjukkan pukul 10.00, suster masuk untuk memeriksan keadaan istriku. Dan hasilnya masih bukaan 2 meskipun kontraksinya sudah lebih teratur.

Dikarenakan kondisi istriku waktu masuk ke RSAB Harapan Kita sudah dalam keadaan pecah ketuban, maka akhirnya pun suster menyarankan untuk dilakukan induksi bantuan. Suster pun menyodorkan lembar persetujuan kepada ku. Aku pun melirik istriku dan bundo terkait persetujuan ini.

"Pertimbangan medis tentu sudah tepat, gak apa apa, insyaAlloh semua akan baik-baik saja", kata bundo kepadaku. Istriku yang sedang terbaring pun mengangguk mengiyakan. Lalu aku pun menandatangani lembar persetujuan tersebut.

Setelah lembar persetujuan tersebut aku tandatangani, suster pun keluar kemudian masuk kembali membawa peralatan infus (obat induksi dimasukkan melalui media infus ini). Benar saja, setelah dilakukan induksi ini, perut istriku makin bergejolak, ritme kontraksinya pun menjadi lebih sering, dan istriku mengerang kesakitan. Aku dan bundo pun hanya bisa memberikan semangat kepada istriku untuk dapat menjalani proses persalinan ini. Suster pun tidak luput kena marah istriku.

"Sakiiiittt susterrrrrrr!!!!!!!", bentak istriku kepada suster yang menunggui kami.

Akhirnya pukul 11.30 pun dokter kandungan kami datang masuk ke ruangan, tentu setelah sebelumnya suster melakukan observasi dan menyatakan bahwa bayi siap untuk lahir. Dokter Sadina pun masih bisa berkelakar di ruang persalinan tersebut, sambil mencandai istriku yang sedang kesakitan.

Dengan penuh perjuangan akhirnya tibalah saatnya mengejan. Posisi istriku yang tadinya tidur kemudian sudah dirubah menjadi duduk setengah tidur. Kontraksi yang tadinya ditahan, akhirnya dilepas juga melalui pengejanan istriku.

"Ayoo buuu... dorong bu.... ayo bu semangat...", sorak suster dan dokter yang menangani proses persalinan istriku.

Akhirnya setelah berjuang, pada pukul 11.45 anak kami lahir dan hadir di muka bumi ini. Melihat duni untuk pertama kalinya. Namun yang membuat heran adalah posisi dedek bayi yang tangannya "ndaplang" ke arah atas, setelah keluar pun dedek langsung pipis.

Sungguh, sangat menakjubkan ketika melihat dedek keluar dari tubuh ibu melalui jalan lahirnya. Setiap tetes keringat istriku, setiap detik ejanannya, darah yang menetes, erangan kesakitan. Sungguh hal yang luar biasa... istriku, aku sangat menyayangimu...

Dikarenakan posisi dedek bayi pada saat lahir tadi, akhirnya dokter pun menjahit sobekan di jalan lahir istriku. Perlahan tapi pasti dokter Sadina memasukkan benang jahit luka melalui jarum jahit yang berbentuk setengah lingkaran. Menembus daging dan akhirnya menciptakan susunan jahitan yang rapi.

Pada saat proses penjahitan tadi, sang dedek pun di telungkupkan di badan istriku (program IMD). Setelah proses penjahitan selesah, dedek pun masih dilengketkan di badan istriku. Harapannya adalah si dedek dapat memperoleh kolustrum dari sang istriku. Setelah hampir 1 jam 15 menit, dedek bayi dibawa ke ruang observasi untuk dilakukan pengecekan terhadap kondisi dedek bayi. Aku pun diminta untuk mendampinginya. Melihat dedek dibersihkan, diberikan suntikan pertama kali yaitu vitamin K lalu dimasukkan ke dalam kotak bayi di ruang observasi tersebut.

Aku kemudian kembali ke ruang persalinan, dimana istriku juga sedang mengalami proses observasi pasca persalinan. Istriku juga mulai merasakan rasa tidak nyaman pasca operasi.

Setelah dinyatakan kondisinya baik, akhirnya istriku dipindah ke bangsal Mawar nomor 209, bangsal yang telah kami pilih setelah kami menyesuaikan dengan budget asuransiku. Kelas VIP B yang lumayanlah fasilitasnya.

Dedek bayi pun menyusul nanti setelah lulus di ruang observasi.

Setelah semua beres di ruang bangsal tersebut, lalu aku berbenah untuk pulang ke rumah dulu untuk menguburkan ari-ari dedek yang sudah dibungkusin ama petugas kebersihan RSAB Harapan Kita.

Dengan menggunakan taxi aku meluncur ke daerah Jombang, Ciputat... dengan kondisi jalanan yang semi lancar akrhinya aku tiba di rumah sekitar saat sholat Maghrib. Langsung setelah meminjam cangkul dari satpam perumahan, aku langsung mengubur ari-ari dedek.

Kemudian aku membersihkan badan dan kemudian kembali lagi ke RSAB Harapan Kita. Kali ini aku menggunakan KRL Commuter Line untuk menempuh perjalanan dari Stasiun Sudimara menuju ke Stasiun Palmerah dan kemudian melanjutkan perjalanan ke RSAB HArapan Kita dengan menggunakan ojek.

Karena sebelumnya aku belum makan, maka setelah sampai di pelataran RSAB Harapan Kita aku memutuskan untuk mencari makan dulu (sebelumnya aku juga sudah dapat sms dari bundo bahwa aku disuruh makan dulu). Namun ketika sedang mencari makan, tiba-tiba mendapat info dari kakak sepupuku yang bernama Mbak Pipit bahwa dedek belum dimasukkan ke ruang rawat tempat istriku menginap. Padahal sudah sejak tadi siang jam 13.00 dedek diobservasi. Karena gusar, aku mengurungkan niat untuk mencari makan, akhirnya aku langsung meluncur menuju ruang perawatan. Namun untuk mengganjal perut, aku mampir ke gerai Dunkin Donnat untuk membeli beberapa potong donat. Kemudian setelah sampai di Ruang Mawar Nomor 209 aku menanyakan, kenapa kok dedek belum diperbolehkan masuk. Setelah bertanya-tanya akhirnya suster pun menjelaskan bahwa dedek perlu melakukan penyesuaian suhu tubuhnya dengan suhu ruang rawat.

Lama menunggu dan aku sering bolak-balik ke ruang penyesuaian suhu, akhirnya pada pukul 01.30 aku diperbolehkan untuk membawa dedek ke pelukan istriku di ruang rawat. Dengan suka cita, dedek disambut istriku dan bundo...

Hari-hari di ruang rawat Mawar 209 kami dilayani dengan sangat baik oleh petugas di RSAB Harapan Kita. Mulai dari petugas kebersihan, suster, dokter, dan petugas administrasi semua melayani dengan baik.

Dari awal masuk RSAB hingga kami akan pulang semua melayani dengan ramah, cepat dan jelas.

Akhirnya pada hari Jumat tanggal 16 Agustus 2013 kami diperbolehkan untuk meninggalkan RSAB Harapan Kita. Setelah pengurusan administrasi selesai, akhirnya kami meluncur ke rumah di daerah Jombang, Ciputat menggunakan taxi.

Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Taxi Bluebird yang telah mengantar kami dari Jombang, Ciputat ke RSAB Harapan Kita, Petugas Administrasi RSAB Harapan Kita yang telah membantu proses pengurusan administrasi kami, Suster di ruang Cempaka yang telah sabar dan setia membantu proses persalinan, Suster di Ruang Mawar yang membantu proses perawatan istri dan anak kami, dr. Sadina yang telah membantu sejak kehamilan hingga proses persalinan, dr. Aditya Suryansyah yang telah menangani anak kami, supir Taxi Taxiku yang telah mengantar kami dari RSAB Harapan Kita ke rumah di daerah Jombang, Ciputat, satpam kompleks yang telah meminjamkan cangkul kepada ku untuk menguburkan ari-ari anak kami, petugas kebersihan yang telah membantu proses pembersihan dan pembungkusan ari-ari ke dalam kendi, Jakarta Fried Chicken yang telah menjadi tempat makan pagi, makan siang, dan makan malam aku dan bundo, dan seluruh pihak yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu.

Selamat datang anak kami... ayah dan ibu menyambutmu... LOVE YOU...
to be continued...