Aidan sekarang sudah belajar berjalan. Sedepa demi sedepa dia mulai melangkah. Modal pegangan tangan orang tuanya dia mencoba untuk menjelajahi dunia. Perlahan pula dia melepaskan pegangan tangan itu.
Senang rasanya liat Aidan gigih belajar jalan. Senyumnya itu lho yang bikin deg deg serrr..hihihihi
Ceritanya saat itu habis sholat subuh. Aidan sudah ngajak keluar rumah untuk jalan-jalan. Maklum rumahnya kecil jadi tidak menarik untuk dijelajahi. Ibarat baru jalan selangkah udah mentok tembok.
Udara masih sejuk, cahaya juga masih redup. Aku dan istri bersama-sama mengajak Aidan latihan jalan. Hingga tiba suatu saat entah bagaimana tapi ...bruuukkkk... Aidan mendarat sempurna di konblok kompleks tepat di depan rumah. Reflek Aidan yang belum lengkap kalau jatuh. Tiada tangan untuk menyangga atau dengkul yang menyangga. Alhasil muka dan jidat Aidan langsung digunakan untuk alas pendaratan itu.
Huaaaaaa....Aidan menangis dan jidat serta pipinya berwarna biru.
Deg..deg...deg... rasa hati deg deg an dan bicara dalam hati semoga tidak ada apa-apa.
Setelah diperiksa dan dialihkan perhatiannya, akhirnya Aidan berangsur diam.
Kejadian ini kemudian terulang lagi beberapa minggu kemudian. Aidan udah lepas tangan dan perlahan berjalan. Saat itu aku baru saja pulang kantor, habis isya kira-kira. Saat itu istri juga lagi main sama Aidan di depan rumah sambil memberikan makan malam buat bos Aidan. Mungkin karena saya kecapekan tapi juga kangen sama Aidan saya kemudian mengawal perjalanan Aidan. Saat itu kalau tidak salah saya belum makan malam karena sedang puasa. Berbuka dengan air putih sudah cukup saat itu.
Kemudian sang istri juga sambil menyuapi saya, eh entah kenapa tiba tiba saat Aidan mencoba berlari dan istri sedang menyuapi saya tiba tiba saya kehilangan konsentrasi dan Aidan lagi lagi mendarat di konblok.
Deg deg deg ...
Aku merasa sangat bersalah, kenapa tadi aku tidak konsentrasi untuk mengawal Aidan.
Akhirnya Aidan diajak istriku masuk ke dalam untuk didamaikan. Kemudian dilihat bekas jatuhnya. Lebam di jidat dan di pipi lagi. Berdoa semoga tidak kenapa-kenapa.
Alhamdulillah Aidan kemudian terdiam dan terlelap dalam tidur. Setelah sebelumnya mimik minuman favoritnya (baca ASI).
Mungkin aku adalah ayah yang lebay yang terkadang terlalu takut dengan jatuhnya Aidan dan kemudian menjadi ayah yang overprotektif. Padahal kata istri jatuh itu biasa selama anak sedang latihan jalan.
Oke baiklah....semoga jatuh bangun Aidan itu memang dalam proses pembelajaran bahwa dalam hidup ini ada siklus dimana kita jatuh dan harus segera bangun kembali.
Luv u Aidan...
Luv U istriku...