Tuesday, 16 May 2017

Tukang Cukur Langganan Pasar Petojo

Mmmmm....kali ini aku akan menceritakan tentang tukang cukur langgananku sejak aku bekerja di Jakarta tahun 2009 sampai sekarang. Sebenarnya sih mungkin bingung juga (dulu aku juga begitu) kenapa sih tukang cukur musti langganan, toh banyak kan tukang cukur di Jakarta, mulai dari yang 10 ribuan sampai yang jutaan (kalau yang jutaan sih otomatis sudah pasti g masuk list ku, ra nyandhak duit e), alat cukurnya toh juga sama, cara cukurnya (motong pakai gunting, sisir pakai sisir rambut alias jungkat) juga sama. Lalu kenapa musti ada preferensi khusus dalam memilih tukang cukur?

Nah, ternyata beda guys, beda tukang cukur beda style cukur nya. Meskipun gambar model yang ditempel di arena cukur sama tapi tetep aja berbeda hasilnya, bahkan dari awal start cukur juga udah beda awalnya. Ada yang selalu setia pakai gunting biasa, ada yang pakai gunting acak, ada yang mulai dengan mesin potong rumput, eh alat potong rambut yang menggunakan mesin maksudnya, ada yang mulai dari memotong bagian atas, ada yang memulai dari bagian samping. Dan itu guys, hasilnya berbeda.

Nah kan mustinya kang cukur (dibaca tukang cukur) mustinya selain memperhatikan keinginan customernya juga bisa memberikan saran atau arahan kepada customer untuk menyesuaikan model cukuran dengan bentuk wajah, bentuk muka dan bentuk kepala, serta jenis rambutnya. Nah inilah yang kadang membuay hasil cukuran rambut berbeda beda. Waton cukur sesuai yang diminta customernya, kalau hasilnya tidak sesuai kan rambut yang sudah dipotong tidak bisa dikembalikan lagi (wah bisa jadi peribahasa pengganti nasi bubur itu deh, rambut terlanjur dipotong).

Nah neh noh, aku sendiri juga di Jakarta udah beberapa kali berganti tukang cukur tapi g tau kenapa kok beberapa gak sreg atau gak cocok dengan model atau bentuk kepalaku. Ya hasilnya kalau jelek banget aku minta gundul sekalian atau ya terima apa adanya dengan catatan tidak kembali ke tukang cukur yang sama. Nah enggak tau kenapa aku justru cocok cukur di tukang cukur dekat kos ku dulu di daerah Petojo Enclek. Tepatnya di Pasar Petojo Enclek. Mmmm....mungkin beberapa orang miris, sedih, atau malah hoek hoek liat tempat tukang cukur ini. Ya maklum ini tempat cukur yang harganya masuk dalam segmen rendah (tarif 10 ribuan), berbekal kios dengan luas 3x2 meter, tiga kursi cukur, kipas ethek ethek ala kadarnya, dan piranti cukur yang semi modern (membahasa aluskan tradisional).

Nah tukang cukur ini biasa dipanggil mamang yana, aku juga gak tau sih siapa nama sebenarnya, tapi itulah sebutannya. Tukang cukur ini dari awalnya merupakan tukang cukur langganan para prajurit pengawal presiden (mungkin karena faktor lokasi yang dekat dan harga yang terjangkau mengingat model potongan prajurit kan standar seperti itu). Enggak tau kenapa kalau habis cukur disini tu aku merasa kok cocok ya hasil potongannya dengan bentuk kepalaku, ya tentunya pas awal aku sebutin modelnya (cuma bilang dirapiin tapi jangan pakai gunting sasak ya, itu lho gunting yang punya gerigi gerigi). Cuma memang ada beberapa kekhawatiran sih cukur di tempat seperti ini, ya melulu tentang kebersihan sarana dan prasarana cukur rambutnya, penularan penyakit dan asap rokok (maklum beberapa customer merokok saat menunggu giliran untuk dicukur rambutnya). Tapi bismillah aja lah, lha udah nyoba kelain tempat hasilnya selalu kecewa je. Entah dari rambut yang gak rata, kerokan yang gak lurus, dan lain sebagainya. So, meskipun sekarang aku udah tinggal di daerah Tangerang Selatan, kalau urusan cukur rambut aku akan menyempatkan diri untuk cukur di Pasar Petojo ini, ya untung saja lokasinya bisa kujangkau dengan berjalan kaki dari kantor. Meskipun nanti sisa sisa rambutnya tidak bersih maksimal, masih ada remah remah, eh masih ada rontokan rambut di baju kerja dan ditanyain temen gak gatel tuh, tapi ya gimana lagi namanya cocok tak bisa berpindah ke lain hati, eh ke lain tukang cukur rambut maksudnya. 

Ups..ngomong ngomong rambut udah grondong nih eh gondrong, saat nya meluncur ke Pasar Petojo ah....