Setelah lama tidak menulis karena gempuran media sosial yang lain yang memanjakan dan melenakan serta membuat aku menjadi malas untuk menuliskan cerita atau sekedar merangkai kata-kata. Yah bagaimana tidak sekarang tinggal klik hiburan visual yang gratisan dan dapat menyesuaikan keinginan kita, ingin nonton apa, bisa customize iklannya....meskipun banyak yang memanfaatkan momen ini untuk mendapatkan pundi pundi dengan kreatifitas membuat video blogging....hehehe aku pernah mencoba, dan belum berhasil...ingat belum ya, bukan tidak...
Lalu media sosial laiinnya yang melenakan kita dengan hingar bingar keakraban semu di dunia maya.
Yah, begitulah, entah kenapa malam ini aku bisa muncul hasrat untuk menulis...mungkin juga efek LDM juga kali ya..galau man...
Oke, kembali ke judulnya (bukan kembali ke laptop ya, khawatirnya nanti digugat hak cipta..wkwkwkwk). Tulisan ini sebenarnya harusnya segera dirilis setelah tulisanku sebelumnya tentang mutasi istri dan anak-anakku ke Jambi kemarin. Ya, karena judul dari tulisanku kali ini merupakan tempat yang terpilih untuk menjadi tempat tinggal istri dan anak-anakku di Jambi.
Perumahan Villa Kenali Permai, setelah beberapa waktu sebelumnya istriku sendiri survei ke Jambi untuk mencari rumah kontrakan (hebat kan istriku, hehehe soalnya karena kondisi anak-anakku yang gak mungkin diajak untuk survey ke Jambi. Berbekal iklan di salah satu portal jual beli (baca OLX) akhirnya istriku menelusuri Kota Jambi dengan berjalan kaki antara satu perumahan ke perumahan, kalau agak jauhan sih memanfaatkan layanan aplikasi transportasi online. Pas ke Jambi ya luar biasa sih, ternyata jarak antara satu perumahan dengan perumahan yang lain (yang ditelusuri menggunakan moda jalan kaki) jauh, hebat memang istriku itu. Padahal waktu itu cuaca lagi panas dan banyak debu, sampai istriku bilang kalau kakinya sampai belang terbakar matahari dan jadi bersisik karena debu.
Pilih dipilih akhirnya ketemua sama salah satu rumah di Perumahan Villa Kenali Permai. Yah lumayan besar si (apalagi kalau dibandingkan dengan rumah di Cluster Sudimara Bintaro Blok F1, jauh brooo) dengan kamar tiga buah (2 kamar ukuran 3x3, satu kamar ukuran 6x3) ruang tengah dan ruang tamu yang besar, satu kamar mandi dengan bak mandi ukuran besar, dapur yang relatif standar ukurannya serta lantai atas untuk jemuran pakaian. Menariknya di Jambi ini adalah ketersediaan air PAM yang hanya mengalir tatkala matahari sudah tenggelam. Biasanya sih air mulai mengalir pada pukul 20.00, dan tidak ada sumber air cadangan (misalkan air sumur, karena konon katanya kondisi air sumur mengandung minyak, meskipun sudah dilakukan pengeboran hingga mencapai kedalaman 80 meter). Jadinya standar rumah di Jambi, khususnya di Perumahan Villa Kenali Permai pasti memiliki tandon air (kalau di Jakarta sering disebut toren, kalau di Jambi disebut Tedmon). Dan pertama kali ke Jambi ini kaget banget sama air nya, lumpur bro...ini air pam aja kayak gini apalagi air sumurnya, so kami musti pasang filter air ala ala yang ditancapkan di keran kamar mandi, itupun tidak menjamin air dalam bak kamar mandi akan bersih selamanya, paling tidak minimal dua minggu sekali kami musti kuras bak mandinya untuk membuang lumpur yang mendendap di dasar bak kamar mandi.Oh iya satu lagi kisah tentang air ini, karena waktu mengisi air itu hanya bisa dilakukan saat malam hari, maka sudah menjadi cerita umum kalau kami musti mengalami tragedi air melimpah limpah saat pukul 03.00 dini hari, karena kami kan kalau malam tidur so air penuh g ketahuan. Yah begitulah tentang air.
Kemudian cerita lain lagi ketika kami harus mengisi perabotan rumah ini, kan kami dapat rumah ini kondisi kosongan alias bukan full furnished, so kami musti mengisi perabotan rumah. Saat itu yang menjadi prioritas adalah kulkas (untuk keperluan ASI perah dari istriku), kompor plus tabung gas nya, dan kasur. Dengan itung-itungan budget, akhirnya kami (tepatnya istriku) menitipkan sejumlah uang ke pemilik rumah untuk membelikan barang barang tersebut. Setelah tinggal di sana kemudian kami mulai perlahan lahan menambahh kebutuhan perabotan seperti freezer untuk menyimpan ASIP, kemudian satu kasur lagi untuk calon pengasuh Ahza, Televisi, dan layanan internet (maklum mantan orang Jakarta yang tidak terlalu bisa lepas dari koneksi internet, apalagi jaringan sinyal televisi free to airtidak terlalu bagus). Mungkin aku kedepannya aku akan menulis tentang jaringan internet di Jambi dan testimoni atau cerita bagaimana kami mendapatkan pengasuh Ahza (padahal rencanaku untuk menulis tentang pengasuh Ahza sebelumnya belum terlaksana). Oh iya ada satu lagi, karena kami belum memiliki kendaraan pribadi kami mengandalkan aplikasi transportasi online untuk menjangkau ke beberapa tempat di Kota Jambi. Saat itu baru ada Gojek, kalau sekarang sih Grab dan Uber juga udah masuk baik untuk kendaraan roda empat maupun roda dua nya. Tapi karena lama-lama karena dirasakan repot dan berat diongkos akhirnya kami memutuskan untuk membeli kendaraan pribadi (baca motor matic, oh iya bahan tulisan lagi kayaknya ke depan tentang motor ini mengingat istriku udah lama banget gak naik motor, terakhir kalau tidak salah pas waktu SMP) dan lagi lagi berbekal aplikasi jual beli OLX kami melakukan pencarian kendaraan bermotor roda dua matik yang kelengkapan surat surat dan pajaknya beres, apa itu motornya? kayaknya nanti bakal aku tulis lagi deh..hehehehe...
So kali ini sepertinya cukup ulasanku tentang Perunahan Villa Kenali Permai, tempat tinggal sementara keluargaku (smoga saja tahun depan sudah balik ke Cluster Sudimara Bintaro Blok F No. 1, Aaaaaamiiiin), di mana sih tepatnya perumahan itu, hehehehe anakku Aidan aja udah tahu jalannya, pokoknya lewat penjual gorengan belok kiri ya (menirukan saat kami sedang mengarahkan driver gocar, hehehehe)....
Pilih dipilih akhirnya ketemua sama salah satu rumah di Perumahan Villa Kenali Permai. Yah lumayan besar si (apalagi kalau dibandingkan dengan rumah di Cluster Sudimara Bintaro Blok F1, jauh brooo) dengan kamar tiga buah (2 kamar ukuran 3x3, satu kamar ukuran 6x3) ruang tengah dan ruang tamu yang besar, satu kamar mandi dengan bak mandi ukuran besar, dapur yang relatif standar ukurannya serta lantai atas untuk jemuran pakaian. Menariknya di Jambi ini adalah ketersediaan air PAM yang hanya mengalir tatkala matahari sudah tenggelam. Biasanya sih air mulai mengalir pada pukul 20.00, dan tidak ada sumber air cadangan (misalkan air sumur, karena konon katanya kondisi air sumur mengandung minyak, meskipun sudah dilakukan pengeboran hingga mencapai kedalaman 80 meter). Jadinya standar rumah di Jambi, khususnya di Perumahan Villa Kenali Permai pasti memiliki tandon air (kalau di Jakarta sering disebut toren, kalau di Jambi disebut Tedmon). Dan pertama kali ke Jambi ini kaget banget sama air nya, lumpur bro...ini air pam aja kayak gini apalagi air sumurnya, so kami musti pasang filter air ala ala yang ditancapkan di keran kamar mandi, itupun tidak menjamin air dalam bak kamar mandi akan bersih selamanya, paling tidak minimal dua minggu sekali kami musti kuras bak mandinya untuk membuang lumpur yang mendendap di dasar bak kamar mandi.Oh iya satu lagi kisah tentang air ini, karena waktu mengisi air itu hanya bisa dilakukan saat malam hari, maka sudah menjadi cerita umum kalau kami musti mengalami tragedi air melimpah limpah saat pukul 03.00 dini hari, karena kami kan kalau malam tidur so air penuh g ketahuan. Yah begitulah tentang air.
Kemudian cerita lain lagi ketika kami harus mengisi perabotan rumah ini, kan kami dapat rumah ini kondisi kosongan alias bukan full furnished, so kami musti mengisi perabotan rumah. Saat itu yang menjadi prioritas adalah kulkas (untuk keperluan ASI perah dari istriku), kompor plus tabung gas nya, dan kasur. Dengan itung-itungan budget, akhirnya kami (tepatnya istriku) menitipkan sejumlah uang ke pemilik rumah untuk membelikan barang barang tersebut. Setelah tinggal di sana kemudian kami mulai perlahan lahan menambahh kebutuhan perabotan seperti freezer untuk menyimpan ASIP, kemudian satu kasur lagi untuk calon pengasuh Ahza, Televisi, dan layanan internet (maklum mantan orang Jakarta yang tidak terlalu bisa lepas dari koneksi internet, apalagi jaringan sinyal televisi free to airtidak terlalu bagus). Mungkin aku kedepannya aku akan menulis tentang jaringan internet di Jambi dan testimoni atau cerita bagaimana kami mendapatkan pengasuh Ahza (padahal rencanaku untuk menulis tentang pengasuh Ahza sebelumnya belum terlaksana). Oh iya ada satu lagi, karena kami belum memiliki kendaraan pribadi kami mengandalkan aplikasi transportasi online untuk menjangkau ke beberapa tempat di Kota Jambi. Saat itu baru ada Gojek, kalau sekarang sih Grab dan Uber juga udah masuk baik untuk kendaraan roda empat maupun roda dua nya. Tapi karena lama-lama karena dirasakan repot dan berat diongkos akhirnya kami memutuskan untuk membeli kendaraan pribadi (baca motor matic, oh iya bahan tulisan lagi kayaknya ke depan tentang motor ini mengingat istriku udah lama banget gak naik motor, terakhir kalau tidak salah pas waktu SMP) dan lagi lagi berbekal aplikasi jual beli OLX kami melakukan pencarian kendaraan bermotor roda dua matik yang kelengkapan surat surat dan pajaknya beres, apa itu motornya? kayaknya nanti bakal aku tulis lagi deh..hehehehe...
So kali ini sepertinya cukup ulasanku tentang Perunahan Villa Kenali Permai, tempat tinggal sementara keluargaku (smoga saja tahun depan sudah balik ke Cluster Sudimara Bintaro Blok F No. 1, Aaaaaamiiiin), di mana sih tepatnya perumahan itu, hehehehe anakku Aidan aja udah tahu jalannya, pokoknya lewat penjual gorengan belok kiri ya (menirukan saat kami sedang mengarahkan driver gocar, hehehehe)....