nah, akhirnya kali ini kesempatan buat nulis testimoni asisten rumah tangga kami yang pertama kali kami dapatkan sendiri. Tau kan beberapa lama lalu tulisan tentang kehadiran anak kami yang kedua. Tentunya hal itu juga berdampak ke kehidupan kami mengingat aku dan istriku sama sama bekerja. Aidan yang saat itu Daycare pun mau tidak mau musti pensiun dari Daycare yahud di LIPI. Kami memutuskan dengan usia Aidan yang bertambah Aidan mau gak mau memang harus move on menjadi anak rumahan yang nantinya akan rutin rumah sekolah rumah sekolah. Selain pertimbangan itu, faktor biaya juga mempengaruhi pilihan kami untuk akhirnya menggunakan jasa asisten rumah tangga. Ya ada juga sih faktor g tega kalau nantinya anak kami yang kedua yang masih bayi banget musti terpapat kemacetan ibukota...hehehe...capeknya bro..kasihan...
Akhirnya diputuskan lah bahwa kami akan menggunakan jasa asisten rumah tangga. Bertanya kesana kesini, dari yang penyalur biasa ke penyalur yayasan. Ada beberapa plus minus dari perbandingan dua jasa penyediaan tenaga kerja tersebut. Dari mulai harga, sisi profesionalitas, attitude, dan lain sebagainya. Dalam hal ini kami menekankan pentingnya attitude untuk asisten rumah tangga. Karena beberapa informasi di media sosial menggambarkan kekejaman sosok dari asisten rumah tangga dari mulai perilaku kriminal pencurian sampai ke penganiayaan. Ngobrol sana sini sama temen yang menggunakan jasa penyalur tenaga kerja malah bikin galau karena ternyata ujungnya semua kembali ke attitude individunya, penyalur baik itu resmi atau tidak resmi tidak dapat memberikan garansi 100% terhadap perilaku sang asisten rumah tangga.
Gila kan, selain susahnya mendapatkan asisten rumah tangga ternyata masih ada kendala lagi dari attitude si pengasuhnya. Tetapi kami tidak lantas gegabah dengan istilah yang penting dapat dulu. Dan kebetulan aku punya jiwa yang agak prejudice ketika melihat seseorang, bahkan ketika pertama kali melihat fotonya pun aku sudah bisa menduga duga. Dari beberapa penyalur yang menyodorkan tenaga asisen rumah tangga kami selalu minta fotonya. Dan hampir 100% kami menolak kandidat asisten rumah tangga tersebut. Hahahahaha...sudah kayak macam audisi aja kami ini. Kami tetep yakin bahwa bila tiba saatnya nanti Alloh akan memberikan yang terbaik untuk kami.
Hingga satu waktu, kami mendapatkan rekomendasi dari temen di kampung (Terima kasih ya mas Vuad Arnis Nugroho) beberapa penyalur di daerah Magelang dan sekitarnya yang pernah digunakan oleh Mas Vuad tadi. Dari penyalur yang mas Vuad rekomendasikan akhirnya nyantol satu. Penyalurnya namananya Pak Tur, dari daerah di Kabupaten Magelang. Dan luar biasanya, Pak Tur ini tidak mematok tarif untuk usahanya mencarikan tenaga asisten rumah tangga. Seiklhasnya saja, luar biasa bukan. Dari beberapa komunikasi akhirnya kami diberikan informasi ada tenaga yang mau bekerja. Awalnya ada dua tenaga yang dibundling mau bekerja di tempat kami, tapi karena rumah kami kamarnya kecil akhirnya kami menyampaikan kalau kami butuh satu tenaga saja. Dan akhirnya kami mendapatkan sosok asisten rumah tangga yang ternyata TOP.
Dari awal penampakan foto yang dikirimkan Pak Tur kepada kami, kami sudah yakin ini orang baik, dengan wajah yang lugu dan beberapa testimoni yang disampaikan Pak Tur akhirnya dengan bacaan basmallah kami hire Mbak Yani sebagai anggota keluarga kami. Oh iya, setiap kami hendak menggunakan jasa tenaga asisten rumah tangga kami selalu menekankan bahwa hubungan kami dengan asisten rumah tangga bukan layaknya majikan dengan bawahan, melainkan kami anggap sebagai saudara sendiri.
Akhirnya Mbak Yani pun berangkat dari Magelang ke rumah kami di daerah Tangerang Selatan menggunakan travel yang drop off door to door, sehingga tidak ada cerita kesasar mencari rumah atau kami kerepotan menjemput di terminal atau di stasiun.
Kami masih ingat ketika pertama kali Mbak Yani menginjakkan kaki di rumah kami, dari mulai uncluk uncluk masuk kamar hingga akhirnya malu malu saat bercakap cakap dengan kami. Sopan banget orangnya, gud point saat pertama jumpa. Meskipun kami juga sebelumnya telah memasang cctv sebagai jaga jaga, ini saran dari tetangga juga. Dan dalam hal pekerjaan rumah Mbak Yani ini ternyata tidak pilih pilih semua dijabanin, kecuali untuk masak karena lidahku sudah biasa dimanjakan sama masakan istri...hehehehe so untuk memasak tetep istri. Ya meskipun Mbak Yani bantu bantu juga, awalnya si cuma ngliatin istriku masak, lalu mulai nanya nanya apa yang bisa dibantu dari iris bumbu, nguleg sampai rajang rajang bahan masakannya. Pokoknya rumah kami yang biasanya berantakan jadi luar biasa rapi deh berkat Mbak Yani, bahkan sampai rumput di depan rumah dia cabutin dengan telaten. Ini sampai istriku terkesan banget deh, sampai kami bilang kalau Mbak Yani is the best House Assistant We Ever Met.
Terima kasih ya Mbak Yani. Dan ternyata di balik keluguan Mbak Yani, dia sudah lama malang melintang bekerja bersama orang di perantauan (mulai dari Jambi, Tangerang, Jogja dan Sleman)
Tapi sayang sungguh sayang, ke Te O Pe an Mbak Yani tadi harus kami akhiri karena istri pindah tugas ke Jambi. Kami harus merelakan Mbak Yani untuk tidak bekerja lagi bersama kami. Bahkan saking nyesegnya aku sendiri pernah jengkel sama Mbak Yani karena dia g mau ikut kami ke Jambi meskipun sudah kami sampaikan insentif lebih yang bisa kami berikan. Tapi keputusan untuk tidak ikut ke Jambi karena memang amanah dari suaminya, ya kami mau gimana lagi. Suaminya yang lebih berkuasa atas Mbak Yani.
Dan akhirnya kami memutuskan untuk merelakan Mbak Yani untuk pulang ke kampung halamannya di Magelang sana. Hiks hiks hiks....sudah sudah Alloh tau yang terbaik untuk hamba Nya.
Inilah akhir cerita dari testimoni kami untuk Mbak Yani, kami selalu mendoakan semoga segala urusan Mbak Yani dan keluarga selalu dimudahkan dan diridhoi Alloh SWT. Terima kasih Mbak Yani. Mohon maaf pula kalau selama tinggal bersama kami banyak hal yang kurang berkenan di hati Mbak Yani.