Tulisan ini dibuat bukan untuk tujuan review ya, atau membanding-bandingkan dengan maskapai penerbangan yang lain. Seperti biasa, tulisan ini hanya mewakili pengalaman yang aku alami. Dan selalu saja, tiap mau nulis itu mau aku awali dengan, duuuuhhh dah lama gak nulis...dan emang betul sih, lama g nulis. Materi tulisan ini pun sebenarnya sudah terjadi pada bulan Februari 2019. Yaaahhh...semoga saja inspirasinya tidak hilang dan momennya tidak kelupaan.
Oke, melanjutkan cerita perjalanan keluarga kami ke Melbourne, Australia. Setelah beberapa persiapan yang dilakukan di Indonesia kemarin, akhirnya tiba lah kami memang harus berangkat ke Melbourne. Waktu berlalu cepat memang, hingga tak terasa kami pun harus berangkat ke Australia. Pada saat jari ini mengetik pun, sudah terbesit bahwa tinggal beberapa bulan lagi sudah balik ke Indonesia. hehehe...
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan kami dalam memilih maskapai penerbangan adalah:
Harga
Hehehe...tentu saja faktor ini merupakan faktor terpenting dalam pemilihan maskapai penerbangan untuk terbang dari Indonesia ke Melbourne, Australia. Hal ini dikarenakan tentu saja karena kondisi finansial kami yang cukup (Alloh yang maha mencukupkan), kemudian biaya yang ditanggun oleh negara, dalam hal ini kantor istriku adalah tiket untuk penerbangan istriku saja, so untuk tiket penerbangan ku dan anak-anakku ditanggung sendiri.
Penerbangan langsung atau transit
Sebenarnya faktor ini juga dipengaruhi oleh harga, karena biasanya yang penerbangan langsung itu lebih mahal daripada yang transit. Selain itu, kami juga mempertimbangkan kondisi kesehatan atau tingkat kelelahan dari anak-anak, meskipun mereka telah memiliki pengalaman menaiki mobil dalam jangka waktu yang lama saat mudik lebaran, tapi kami pikir hal ini akan berbeda mengingat kalau dalam perjalanan darat, kami bisa saja berhenti untuk melepaskan penat atau bosan, lha kalau naik pesawat? mau parkir di awan dulu terus selfi selfi sama bidadari atau dewa dewa gitu...hahaha. Penerbangan langsung dari Jakarta-Melbourne itu sebenarnya ada maskapai Garuda Indonesia, namun jadwal penerbangan pesawat ini tidak ada setiap hari, meskipun sebenarnya untuk harga masih masuk dalam toleransi biaya dalam anggaran yang kami buat. Lalu kemudian akhirnya diputuskan untuk menggunakan pesawat yang transit. Ada beberapa pilihan saat itu, transit di Kuala Lumpur, Singapura, Denpasar, atau di Sydney. Dari pilihan transit tersebut, penerbangan yang paling murah adalah penerbangan yang transit di Denpasar menggunakan maskapai Scoot. Maskapai ini adalah maskapai penerbangan Low Cost Carrier yang kemungkinan sering dipakai oleh turis atau wisatawan yang berpergian dengan mode backpacker traveling, selain itu ada pula Malindo Air yang merupakan anggota dari grup Lion Air (udah bergidik duluan kalau denger pesawat grup Lion Air, meskipun maskapai ini jadi langgananku saat istriku dinas di Jambi kemarin)
Oke, dari dua pertimbangan besar tersebut, akhirnya kami memilih terbang bersama Qantas dan transit di Sydney. Estimasi lama penerbangan adalah 5 sampai 7 jam. Jadwal penerbangan antara sore menjelang malam hari, so kami pilih jadwal itu agar anak-anak bisa tidur nyenyak saat terbang.
Setelah jadwal dipilih, maskapai sudah oke, maka tinggalah waktunya untuk membayar...untuk urusan kali ini tugas diserahkan kepada ibu bendahara umum...hihihi....
Hmmmm...ini mah cuma pengalaman proses pemesanan tiket pesawat ya, belum mewakili pengalaman terbang menggunakan Qantas. Oke baiklah...akan dilanjutkan dengan pengalaman terbang menggunakan maskapai Qantas. Serius, tulisan ini aku lanjutkan beberapa minggu setelah paragraf tentang proses pemilihan pesawat ditulis. Jeda waktu membuat jeda pula ide menulis.
Baik, proses terbang bersama Qantas ini dimulai dari berangkat dari rumah...hehehehe....tentu saja, perpisahan dengan keluarga yang tinggal di Indonesia, ada beberapa tetes mata di sana. Lalu perjalanan dari rumah menuju Bandara Soekarno Hatta menggunakan moda transportasi Go-Car, lalu proses check in dan proses imigrasi (alhamdulillah semuanya lancar, seperti biasanyanya aku lebih suka datang lebih awal daripada terburu-buru atau bahkan terlambat), meskipun hasilnya adalah kami terkatung-katung cukup lama di ruang tunggu, makan di restoran bandara yang aku pun juarang sekali melakukannya meskipun sering lalu lalang di bandara ini. Bahkan beli mainan yang harganya lebih mahal daripada toko mainan reguler di luar bandara.Eh iya, sebelum check in di bandara sebenarnya kami sudah memesan tempat duduk secara online, karena waktu itu entah penuh atau di tahan oleh pihak maskapai, kami sebenarnya terpisah oleh selasar pesawat (model Air Bus yang terdapat dua selasar atau dua lorong), jadi dua kursi di tengah bagian pinggir, dan satu kursi di pinggir (dekat jendela, tapi yang bagian dekat lorong). Nah, mungkin karena tau kami adalah sebuah keluarga kecil dimana anak-anakku masih kecil, pas kami check in di bandara, petugasnya baik, mengaturkan tempat duduk kami, dan akhirnya kami bisa bersatu di baris tengah.
Nah, tibalah waktunya boarding...kami masuk ke dalam pesawat secara perlahan...hahahaha...secara normal...apalah bahasanya, seperti pada umumnya lah atau biasa saja, kemudian disambut oleh pramugari yang masih orang Indonesia (biasanya sih memang begini, penerbangan ke luar Indonesia dilayani oleh mayoritas pramugari dari Indonesia), kemudian sesaat setelah boarding kami diberikan snack, yang aku sempat deg deg an kalau kalau anakku gak mau makan, hihihi...tapi untungnya mau sih. model roti gitu sama kacang-kacangan (kalau kacang-kacangan tentu anakku g makan ya...hehehehe). Lalu kemudian kami menikmati fasilitas hiburan yang disediakan di pesawat, dan ajaibnya di penerbangan ini kami mendapatkan fasilitas free wifi, so tetep bisa browsing, searching, social media dan berkomunikasi dengan orang di bawah sana. Kami sempat deg-deg an sebenarnya, bagaimana nanti kalau si bungsu rewel, kalau yang gede sih sepertinya sudah lulus dalam hal perjalanan jauh.Tapi, ya alhamdulillahnya gak rewel rewel amat, ya cuma agak kikuk atau bingung waktu momen menjelang tidur karena harus tidur dalam posisi yang tidak biasanya.
Beberapa saat setelah terbang, tibalah waktu makan. Dan, memang biasanya untuk penerbangan keluar Indonesia, maskapai masih menyediakan makanan Indonesia, sebut saja nasi..yah, sebagai orang yang punya lidah Indonesia kami pun memesan nasi sebagai menu makan malam kami...lauknya apa ya waktu itu (kan kan kan sampai lupa akhirnya materi yang mau ditulis). Tapi ya pokoknya alhamdulillah proses makan malam itu lancar. Setelah prosesi makan selesai, dan lampu pesawat mulai diredupkan, akhirnya sesi tidur pun dimulai...dan seperti biasanya alhamdulillah anak-anak gak rewel. Si kecil bobok nya masih minta jatah pada emaknya, sementara si sulung tidur sendiri di kursi sambil menikmati fasilitas hiburan di pesawat yang dilengkapi dengan headphone menempel di telinga.
Bosan?jenuh?lama banget penerbangannnya? \biasa saja ah menurutku hihihi...5-7 jam perjalanan, sementara kami pernah terjebak dalam mobil imut nan kecil selama hampir 24 jam di perjalanan arus balik lebaran...hehehe...So far begitulah pengalaman kami terbang menggunakan Qantas. Karena diawal sudah dijelaskan kalau tulisan hanya sekedar berbagi pengalaman dan tidak bermaksud untuk mereview pesawat tersebut, maka tak ada kata rekomendasi atau tidak rekomendasi untuk pesawat ini...yang terpenting adalah alhamdulillah perjalanan kami lancar...
Proses tiba di Australia nya (Sydney dan Melbourne) akan ditulis kemudian...hehehe....
Setelah jadwal dipilih, maskapai sudah oke, maka tinggalah waktunya untuk membayar...untuk urusan kali ini tugas diserahkan kepada ibu bendahara umum...hihihi....
Hmmmm...ini mah cuma pengalaman proses pemesanan tiket pesawat ya, belum mewakili pengalaman terbang menggunakan Qantas. Oke baiklah...akan dilanjutkan dengan pengalaman terbang menggunakan maskapai Qantas. Serius, tulisan ini aku lanjutkan beberapa minggu setelah paragraf tentang proses pemilihan pesawat ditulis. Jeda waktu membuat jeda pula ide menulis.
Baik, proses terbang bersama Qantas ini dimulai dari berangkat dari rumah...hehehehe....tentu saja, perpisahan dengan keluarga yang tinggal di Indonesia, ada beberapa tetes mata di sana. Lalu perjalanan dari rumah menuju Bandara Soekarno Hatta menggunakan moda transportasi Go-Car, lalu proses check in dan proses imigrasi (alhamdulillah semuanya lancar, seperti biasanyanya aku lebih suka datang lebih awal daripada terburu-buru atau bahkan terlambat), meskipun hasilnya adalah kami terkatung-katung cukup lama di ruang tunggu, makan di restoran bandara yang aku pun juarang sekali melakukannya meskipun sering lalu lalang di bandara ini. Bahkan beli mainan yang harganya lebih mahal daripada toko mainan reguler di luar bandara.Eh iya, sebelum check in di bandara sebenarnya kami sudah memesan tempat duduk secara online, karena waktu itu entah penuh atau di tahan oleh pihak maskapai, kami sebenarnya terpisah oleh selasar pesawat (model Air Bus yang terdapat dua selasar atau dua lorong), jadi dua kursi di tengah bagian pinggir, dan satu kursi di pinggir (dekat jendela, tapi yang bagian dekat lorong). Nah, mungkin karena tau kami adalah sebuah keluarga kecil dimana anak-anakku masih kecil, pas kami check in di bandara, petugasnya baik, mengaturkan tempat duduk kami, dan akhirnya kami bisa bersatu di baris tengah.
![]() |
Suasana di dalam Pesawat Qantas |
Beberapa saat setelah terbang, tibalah waktu makan. Dan, memang biasanya untuk penerbangan keluar Indonesia, maskapai masih menyediakan makanan Indonesia, sebut saja nasi..yah, sebagai orang yang punya lidah Indonesia kami pun memesan nasi sebagai menu makan malam kami...lauknya apa ya waktu itu (kan kan kan sampai lupa akhirnya materi yang mau ditulis). Tapi ya pokoknya alhamdulillah proses makan malam itu lancar. Setelah prosesi makan selesai, dan lampu pesawat mulai diredupkan, akhirnya sesi tidur pun dimulai...dan seperti biasanya alhamdulillah anak-anak gak rewel. Si kecil bobok nya masih minta jatah pada emaknya, sementara si sulung tidur sendiri di kursi sambil menikmati fasilitas hiburan di pesawat yang dilengkapi dengan headphone menempel di telinga.
Bosan?jenuh?lama banget penerbangannnya? \biasa saja ah menurutku hihihi...5-7 jam perjalanan, sementara kami pernah terjebak dalam mobil imut nan kecil selama hampir 24 jam di perjalanan arus balik lebaran...hehehe...So far begitulah pengalaman kami terbang menggunakan Qantas. Karena diawal sudah dijelaskan kalau tulisan hanya sekedar berbagi pengalaman dan tidak bermaksud untuk mereview pesawat tersebut, maka tak ada kata rekomendasi atau tidak rekomendasi untuk pesawat ini...yang terpenting adalah alhamdulillah perjalanan kami lancar...
Proses tiba di Australia nya (Sydney dan Melbourne) akan ditulis kemudian...hehehe....