Friday, 28 July 2017

Blue Light

Masih nyambung sama tulisan yang kemarin, kelahiran anakku yang kedua. Biasa, salah satu kondisi was was pasca anak lahir adalah kondisi bilirubin. Iya itu wajar, karena semua bayi saat didalam kandungan pencernaannya menggunakan enzim eh apa lah namanya, yang kemudian enzim atau apalah namanya itu tidak akan berfungsi atau harus dikurangi jumlahnya ketika nanti bayi melakukan proses pencernaan di luar kandungan. Nah enzim itulah yang nantinya harus dibuang atau dipecah lalu dikeluarkan melalui keringat, pipis atau pup bayi. Pada saat proses pemecahan inilah organ hati berusaha keras. Ketika enzim tersebut gagal atau kurang berhasil untuk dikeluarkan maka akan timbul warna kuning pada kulit dan mata. Nah, kalau orang jaman dulu, bayi pada awal awal kelahirannya dijemur di pagi hari kan, sebenarnya analogi nya adalah untuk memicu keringat dari si bayi sehingga proses pengeluaran enzim melalui keringat berhasil. Selain itu juga diusahakan untuk mimik yang banyak agar memperlancar proses pengeluaran melalui urine dan faeses. Meskipun ada beberapa dokter yang menolak analogi menjemur bayi dengan alasan suhu yang dingin atau malah terpapar radiasi sinar ultraviolet.

Tapi kebanyakan kondisi rumah sakit di kota menyediakan ruang perawatan untuk bayi dengan suhu yang rendah, nah kalau kayak gini gimana bisa berkeringat si dedek bayi nya. Malah sempat suudzon aku, jangan jangan ini by design..hahahaha...demi pemasukan rumah sakit...

Nah, kejadian sama si Ahza....karena paket melahirkan (3 hari 2 malam) sudah habis...karena istri melahirkan di hari kedua sehingga mau g mau di hari kedua (real perawatan) kami musti pulang, sebenarnya sih extra sehari juga g apa apa, tapi karena kondisi istriku sudah diijinkan pulang oleh dr obgyn nya dan bosen sama suasana rumah sakit(adakah orang yang mau berlama lama di rumah sakit, semewah apapun rumah sakitnya aku kira g ada yang mau) so kami pulang. Nah, karena memang kondisi bayi belum memungkinkan untuk dilakukan cek bilirubin (efektif untuk cek bilirubin adalah hari ketiga kelahiran) maka bayi pun pulang tanpa cek bilirubin dan diberikan catatan untuk keesokam harinya kembali ke rumah sakit untuk cek bilirubin. Sebenarnya sih emang ada sedikit kuning tapi waktu itu aku pikir masih wajar, sama kayak jaman Aidan dulu.

Nah pas kembali keesokan harinya kami cek lab, dan yang bikin g tega itu adalah ketika darah Ahza diambil sebanyak 7 tabung mikro di coblos pakai jarum, ya meskipun katanya untuk bayi itu syaraf nya belum sempurna merasakan sakit tapi ya orangtua mana yang tega liat anaknya berdarah darah. Nah, hasil lab nya baru ketauan 3 jam setelahnya, nah pas waktu itu hasilnya masih dibawah 12 (ambang batas nya katanya segini), lalu istriku lapor ke dokter anaknya...oh oke...trus diingatkan lagi keesokannya untuk imunisasi (mengingat kepulangan awal sehingga ada vaksin yang belum bisa langsung diberikan).

Nah pas imunisasi ini g tau lampu ruangan dokter itu terbuat dari jenis apa, Ahza nampak kuning banget, di perut, di dadah, bahkan di pipi dan hidung, sedikit kuning juga di mata. Akhirnya dokter menyarankan untuk cek lab lagi. Oh No...si Ahza bakal dicoblos coblos lagi....
Akhirnya kami cek lab lagi, dan karena waktu itu udah malam sehingga hasil lab nya kami ambil keesokan harinya. Dan jeng jeng ....hasilnya sudah 11,9 mepet banget...dan akhirnya disarankan sama dokter untuk disinar...btw tapi alhamdulillah ASI istriku banyak dan si Ahza doyan nenen nya sehingga kondisi tubuhnya juha bagus untuk mendorong si bilirubin keluar melalui pipis nya.

Akhirnya si Ahza check in lagi di ruang sinar. Blue Light Room....huhuhu....Ahza di sinar biru....dimasukkan semacam inkubator gitu trus disinar (emang benar warnanya biru) di bagian atasnya dan mata si Ahza diberikan tutup mata agar tidak terpapar sinar biru itu. Ya karena ASI istriku banyak sama suster disarankan untuk memerah ASI trus dibawakan ke rumah sakit agar si Ahza tidak dehidrasi mengingat panasnya sinar biru itu. Oke baiklah..akhirnya kami bagi tugas, istriku milk producer (ini bukan olokan lho, tapi amanah yang berkah yang diberikan Alloh kepada makhluk yang namanya ibu) dan aku sebagai messenger alias kurir. Malam gelap, pagi buta aku ngirim ke rumah sakit. Sekali perah alhamdulillah bisa bawa 2-3 botol ASI. Dan kata susternya Ahza mimiknya kenceng, dan itu jadi hal positif dalam rangka mengurangi bilirubi itu sehingga bisa dikeluarkan melalui urine nya.

Aku tanya ke susternya, emang biasanya berapa hari sih di sinar itu, jawabannya ya tergantung sama bayi nya dan bilirubinnya, tapi kalau dengan kondisi Ahza insyaAlloh dua hari cukup pak. Ah melegakan, jadi g usah lama lama si Ahza nginep di rumah sakit. Dan benar alhamdulillah di hari kedua biliribun Ahza sudah dibawah batas aman so boleh pulang.

Oh iya, Ahza di sinar di RS Premiere Bintaro juga ya....estimasi biayanya sekitar Rp1,6 juta permalam...best point di sini adalah para perawatnya yang luar biasa helpfull, ramah, dan g neko neko, bahkan mereka sering memberikan saran saran untuk.meringankan beban orang tua bayi nya, sedikit berbeda sama dokternya...hihihihi....so terima kasih ya ibu ibu perawat di ruang NICU RS Premiere Bintaro. Semoga kalian senantiasa diberikan keberkahan dalam menjalani tugas dan pekerjaannya. Aaaaaaamiiiin....

Akhirnya dengan diantarkan suster (yang medok sekali logatnya) kami di lepas di pintu lobi rumah sakit. Terima kasih bu suster, Ahza...welcome home...CSB F1