Liputan6.com, Jakarta: Kabar wafatnya mantan Presiden Soeharto di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, Ahad (27/1), sontak merebut perhatian berbagai kalangan di dalam maupun luar negeri. Siang hingga kemarin malam para pelayat mengalir menuju rumah duka di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka terdiri dari para pejabat, tokoh, mantan pejabat, hingga warga. Memang, ucapan belasungkawa secara langsung maupun karangan bunga silih berganti berdatangan. Pemerintah pun menginstruksikan pengibaran bendera Merah Putih setengah tiang selama tujuh hari hingga 2 Februari mendatang.
Meninggalnya presiden kedua RI itu setelah menjalani perawatan selama 24 hari itu pun ditanggapi berbagai kalangan masyarakat. Termasuk komentar dari sejumlah mantan menteri dan politisi. Mereka umumnya menyatakan turut belasungkawa atas meninggalnya mantan pemimpin negeri ini. Di antara bekas pejabat yang menyatakan dukacita mendalam adalah mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier. Keduanya adalah pejabat pada era Orde Baru.
Tak hanya mantan pejabat. Banyak politikus partai yang melayat dan memberikan ucapan dukacita mendalam secara langsung kepada keluarga Cendana. Pramono Anung, misalnya. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan datang bersama Puan Maharani--anak Megawati--atas perintah Megawati Sukarnoputri yang berhalangan lantaran sedang berada di luar negeri.
Adapun politisi Partai Golongan Karya Theo L. Sambuaga yang juga melayat ke Cendana meminta supaya pemerintah menutup kasus Pak Harto. Sementara Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mewakili warga Ibu Kota mengucapkan belasungkawa. Fauzi mengaku banyak mendapat bimbingan dari Soeharto.
Sebagai orang yang pernah memimpin bangsa ini selama 32 tahun, wafatnya Pak Harto--demikian ia kerap disapa--mendapat beragam tanggapan dari sebagian warga Jakarta. Ada yang menilai sosok penguasa era Orde Baru memiliki banyak masalah. Ada pula yang memandang saat Soeharto berkuasa kehidupan perekonomian lebih baik dibanding sekarang. Alasannya, saat ini harga berbagai kebutuhan pokok justru melambung.
Sementara sejumlah mahasiswa mengakui Bapak Pembangunan itu memang berjasa dalam pembangunan ekonomi negara. Hanya saja, mereka mereka menilai ada sejumlah keburukan saat Soeharto berkuasa. Sedangkan di mata sejumlah karyawan swasta maupun pegawai negeri, kepemimpinan Jenderal Besar TNI itu sangat baik. Salah satunya dapat memberikan kepastian kepada bawahannya.
Sosok Pak Harto memang tak dapat dipisahkan begitu saja dari kehidupan dan ingatan setiap orang, terlebih saat dikaitkan dengan 32 tahun masa kepemimpinannya. Wafatnya Soeharto juga diiringi peringatan tujuh hari berkabung nasional. Di Jakarta, sejak kemarin hingga pagi ini, pengibaran bendera setengah tiang pun dilakukan di beberapa tempat. Seperti di sekitar Jalan Cendana dan perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)
No comments:
Post a Comment