Tuesday, 25 August 2015

Punggawa di Atas Cinta Sang Bidadari

Siang itu Tody pergi berbelanja dengan istrinya di salah satu pusat perbelanjaan di kota Jakarta. Sebuah rutinitas memang bagi Tody dan istrinya untuk memenuhi kebutuhan seminggu dalam waktu satu hari. Tak perlu dress code yang muluk muluk atau mewah. Tinggal di hunian dengan konsep one stop living menjadikan mereka bisa saja berbelanja hanya bercelana kolor dan kaos singlet. Yaahh..meski itu tidak pernah dilakukan tapi sebagai gambaran bagaimana mudahnya dan dekatnya hunian mereka ke tempat makan atau berbelanja.

Tapi hari itu, sebelum Tody berangkat belanja smartphonenya menunjukkan tanda pesan masuk. Dari rekan rekan bergaulnya, temen nongkrong waktu muda, bahkan ada teman yang sudah lama tidak jumpa. Tapi rupanya Tody lupa akan hal itu, seperti biasa saja Tody dan istri pergi berbelanja dengan penampilan ala kadarnya. Tapi memang beda sih, ala kadar Tody dengan istrinya. Tody yang merupakan laki laki dengan tipe metroseksual hanya berbalut kaos belel dan celana pendek serta sandal jepit pun sudah dapat membuat mata terbelalak...hahaha tampaknya ini sedikit berlebihan. Tapi lain lagi dengan sang istri, tanpa make up sebagai hiasan sangatlah membuat kontras penampilannya. Bahkan (maaf) dia nampak seperti pembantu Tody.

Alkisah...wah lebay nya berkelanjutan...Tody dan istri sibuk berbelanja kebutuhan sehari hari. Mulai dari sayur mayur, lauk pauk, sampai tetek bengek peralatan cuci mandi. Selesai berbelanja, seperti biasa Tody menyerahkan kewenangan pembayaran kepada bendahara umun. Begitu seringnya Tody menyebut istrinya. Sementara Tody sibuk memainkan smartphonenya di kursi tunggu yang kebetulan letaknya pas di depan sebuah kafe yang memang nyaman buat sekedar kongkow menghabiskan kopi segelas dengan asyiknya fasilitas wifi.
Tiba tiba Tody melihat sekelebat bayangan yang sepertinya dia kenal, beberapa onggok manusia yang tengah bercengkerama di meja kafe. Secara otomatis kaki dan pandangan mata Tody beranjak menuju kafe itu.
"woy...cukkk...yo opo seh kampret koen kabeh kumpul gak ngomong ngomong" seloroh Tody sambil menggaplok topi salah satu temennya.
"hahahahaha..makane duwe hape larang larang iku ditileki nek ono pesen..." Timpal temen Tody.
Sambil menggeser geser layar smartphone nya si Tody tersenyum..."oalah iyo cuk..sapurane yo..hehehehe".

Kemudian mereka bergumul bercengkerama canda sambil bercerita tentang masa lalu, masa kini dan esok. Biasa lah pertanyaan gimana kabar, sekarang dimana, sibuk apa bla bla bla. Sampai Tody lupa bahwa hari itu dia itu pergi sama istrinya.
"woiiii..sorry telat mau iki tuku udud disik nang supermarket ngarep iku" tiba tiba temen Tody bertambah lagi sambil menepok telapak tangan teman teman.
Obrolan kembali pada acara gimana kabar bla bla bla....
"eh iyo cuk, aku mau weruh cewek sing kayake ndisik nate eruh tapi saiki kok rada beda yo, biyen iku arek e resik, rapi, tapi iki mau kok rada kucel ngono yo cuk".

Lalu semua pada penasaran siapa gerangan, lalu si temen Tody akhirnya menunjuk seorang perempuan yang tengah menoleh kiri dan kanan seolah mencari sesuatu yang hilang. Tody pun tau siapa perempuan yang dimaksud temennya tadi...
"oalah cuuukkj iku kan si Ratih kanca dewe biyen jaman SMP...iku saiki dadi bojoku cukkkj...." Tody dengan semangat menjelaskan.
"sik tak celukne...hihihihi"...
Kemudian Tody bergegas memanggil istrinya yang sedang berdiri di depan mesin kasir lengkap dengan troli belanjaaan.
"iihhh...mas Tody kemana sih, orang ditinggal bayar aja udah ilang kemana" gerutu istri Tody.
"duh..maaf ya, eh sini deh ayah kenalin ama temen temen mas"seraya Tody mengajak istrinya untuk menemui teman temannya.
"dugh mas..malu aku penampilanku kayak gini masuk kafe gitu g enak ah..tar diketawain temen temen mu" loroh istri Tody menolak ajakannya.
Tapi tanpa sedikit mempedulikannya Tody tetap membawa istrinya untuk diperkenalkan dengan teman temannya...
"hehehehe..ini lho cuk Ratih temen kita waktu SMP yang dulu jadi bintang sekolah...sekarang jadi istriku..hebat to...."pamer Tody.

Dasar orang Surabayaan, dengan lugas temen Tody bilang..."hebat sih hebat Tod..tapi mbok ya perhatian gitu lho...penampilan mantan bintang sekolah kok sekarang kayak gini, opo ndak kamu rawat to istrimu itu, tadi kamu pamer kerjaanmu, gajimu, gaya hidupmu....ealah Tod, itu lho pendamping hidupmu mbok diperhatikan...pantes ae aku mau pangling..."

Jlebbbbbbbbbbbbb.... Tody pun termenung bahkan lama waktunya untuk dia tersadar. Bagaimana ia melupakan sosok yang ia banggakan dulu telah mendapatkan seorang bintang Sekolah. Seorang rupawati yang entah kenapa mau menjalani hidup dengannya. Betapa ia telah mengoyak bunga yang dulu tampak semerbak. Mencampakkan seolah merusak dalam pot bunga nan megah. Tanpa melukis keindahan di sela sela kelopaknya.


Sejak rasa jlebbb itu pula kini Tody senantiasa menjaga dan merawat istrinya. Bukan hanya penampilan luar nan palsu. Tapi kini Tody sadar, dia tidak harus hanya bangga telah meraih bunga impian dan pujaan setiap laki-laki. Tapi dia harus menjaga agar bunga itu tetap harum mewangi. Bukan untuk dinikmati kumbang lain, tapi untuk menunjukkan bahwa Tody memang layak untuk menjadi punggawa di atas cinta sang bidadari.