Pagi itu suasana hening di rumah keluarga Bobi. Bukan hari kerja dimana Bobi dan istrinya bekerja. Bukan hari liburan saat semua keluarga sedang pergi meninggalkan rumahnya. Dan bukan pula karena anggota keluarga belum bangun dari tidurnya.
Semua hening, tapi ada, terpaku membisu di ruang makan keluarga. Hanya terdengar hembusan nafas yang sangat samar. Sebelumnya memang terdengar suara sendok dan piring beradu. Tapi semua menjadi hening saat sang juru kunci rumah tangga menyampaikan gagasan atau memulai pembicaraan di pagi yang sebenarnya indah dan cerah itu.
"Aku ingin bekerja ayah"
Kalimat itu lah yang membuat suasana menjadi hening. Bukan hening yang mencekam. Tapi kalimat itu jelas jelas membutuhkan rentetan kalimat bahkan ceramah selanjutnya. Atau paling tidak membutuhkan sebuah jawaban atau penjelasan. Nah, nafas yang samar tadi menunjukkan geliat otak yang sedang berpikir. Otak yang membutuhkan asupan oksigen dari paru paru.
"Kenapa ibu ingin bekerja?"
Kalimat itulah yang berikutnya menggema di ruang makan. Jawaban yang runtut pun mulai meluncur sangat lancar sekali dari penggagas obrolan pagi itu. Membantu ekonomi keluarga, mengurangi beban suami, eksistensi diri, penghargaan terhadap orang tua yang telah menyekolahkan dan menggantungkan asa.
Kembali suasana menjadi hening. Bobi sebenarnya tahu jawaban apa yang benar atas penjelasan itu, tapi benar belum tentu baik bukan?. Musti mencari strategi agar jawaban yang benar itu bisa diterima dengan baik. Sudah banyak didengar di telinga Bobi, baik dari ilmu manajemen keluarga maupun dari ilmu agama, bagaimana pendapat tentang istri yang bekerja. Mulai dari degradasi harkat laki laki sebagai seorang suami yang mutlak merupakan tulang punggung keluarga, stigma sosial, terbengkalainya kewajiban dan hak anggota keluarga. Tapi di sisi lain Bobi juga mengerti, penghasilannya memang pas, tapi sebenarnya pas untuk kebutuhan keluarganya (ingat bukan tentang Alloh maha mencukupi, rizki manusia berusaha dan berdoa, hasilnya serahkan kepada Alloh SWT), Bobi juga mengerti pendidikan tinggi yang telah ditempuh istrinya memberikan peluang yang besar bagi istrinya untuk menunjukkan kepada dunia siapa dirinya (baca eksistensi), mengurangi beban suami? (wait, keluarga bukan beban, melainkan tanggung jawab yang menjadikan kewajiban suami untuk mencari nafkah untuk keluarga, so baca "keluarga itu bukan beban suami, melainkan tanggung jawab suami").
Tapi Bobi mengerti juga, jawaban jawaban tadi dapat memicu pertengkarang yang justru membawa musibah bagi keluarganya. Bagi suasana sarapan pagi itu.
"hmmmhhh...baiklah, Ibu boleh bekerja dengan syarat, pekerjaan Ibu tidak menggangu kewajiban ayah mencari nafkah untuk keluarga yang merupakan tanggung jawab ayah, pekerjaan Ibu tidak mengganggu kewajiban Ibu untuk mengatur rumah tangga keluarga, mendidik anak anak, dan menjadi tempat ayah untuk melepas lelah, membagi pengalaman hidup memberikan semangat untuk ayah dalam mengemban amanah dalam keluarga ini, oh iya, satu lagi pekerjaan Ibu tidak boleh mengganggu hak anak anak untuk dapat bermain bahagia bersama ibunya, hak anak untuk mendapatkan makanan lezat khas ibunya, serta pelukan hangat dari ibunya saat mereka mencurahkan segala pengalaman hari hari nya, pelukan hangat dari ibunya saat mereka mencoba menunpahkan air mata".
1 comment:
kayake emang butuh cuti biar bisa update blog
Post a Comment