Oke, baiklah...mari mulai menulis...selalu saja ada alasan untuk menunda menulis blog ini, entah dari urusan pekerjaan, urusan rumah tangga atau kecenderungan urusan egoisme pribadi alias malas untuk menulis. Terbukti tulisan ini tertunda sudah cukup lama, sejak masa-masa musim mudik lebaran Idul Fitri tahun 2018.
Baik, jadi sebelumnya tak pernah kepikiran memang aku dan keluarga mudik pulang ke Jogja (baca Girinyono) dari Tangerang Selatan menggunakan moda transportasi kendaraan roda empat pribadi atau mobil. Sebelumny mungkin aku udah pernah cerita kalau mobil yang alhamdulillahh kami miliki adalah Daihatsu Ceria. Mobil mungil nan lucu nan irit nan ceria dah pokoknya. Sebelumnya juga, karena istriku bertugas di Jambi, dan pada awalnya mobil ini kami beli untuk moda transportasi aku dan keluargaku entah pada saat week end atau pas mengantar istriku bekerja dan mengantar anakku (Aidan waktu itu) ke Daycare yang lokasinya berdekatan dengan kantor istriku. So, semenjak istriku dan anak-anakku tinggal di Jambi, walhasil mobil ini tidak pernah atau jarang dipakai, bahkan untuk dipanasi saja bisa hitungan sebulan sekali. Sampai akhirnya beberapa part pun musti diganti sebelum digunakan kembali seperti accu, rem, ban, oli, dan wiper.
Lalu bagaimana waktu itu aku bisa kepikiran bawa mobil mini (baca Ceria aja ya, pengen sih punya Mini yang beneran Mini keluaran Morris, tapi gak mungkin juga dijadikan mobil tempur) untuk mudik? Yah...pertimbangan mudik dari Jambi langsung ke Jogja (pertimbangan waktu tempuh sekitar 5 jam (transit di Bandara Soekarno Hatta, dan belum termasuk perjalanan darat dari Bandara Adi Sutjipto ke Girinyono), atau pulang dulu ke rumah di Tangerang Selatan, lalu mudik santai alias pelan pelan dari Tangerang Selatan ke Girinyono. Mudik santai karena pada awalnya kami kepikiran nanti kalau di tengah jalan kami kecapekan nanti bisa singgah dulu di hotel terdekat. Juga pernah dipertimbangkan untuk sewa mobil yang lebih proper (lebih besar ukurannya dan yang sudah terbukti mampu dan sanggup untuk menempuh jarak ratusan kilometer).
Dengan modal nanya ke beberapa teman di klub Ceria Club Indonesia dan temen kantor maka akhirnya diputuskan untuk mudik menggunakan Daihatsu Ceria. Sama-sama keluar modal (kalau bawa Ceria maka ada biaya untuk perbaikan dahulu, kalau sewa mobil maka perlu biaya sewa yang kebetulan saat itu besaran nilainya sama). Nah, persiapan untuk mudik menggunakan Daihatsu Ceria ini adalah pertama kali membeli accu, karena memang sebenarnya sudah memasuki usia ganti nya (4 tahun dan sudah ngedrop daya listriknya), seputaran rem (karena lama gak dipakai pas mau dipakai ternyata master dan drum jebol sehingga wajib ganti), ban (keempat-empatnya karena juga sudah memasuki usia ganti, padahal secara kembangnya masih tebel), service AC, lalu oli dan rem normal untuk mobil yang akan menempuh perjalanan jauh. Yah, setelah dihitung-hitung total biaya yang dihabiskan sekitar Rp5 juta.
Oke, persiapan sudah sip...mobil Daihatsu Ceria insyaAlloh sudah siap meluncur. Setelah melakukan packing-packing (waktu itu kami bawa satu koper masukin ke bagasi, kemudian bangku belakang kami tumpukin bantal di sela antara jok belakang dengan jok depan biar nanti di belakang bisa selonjoran lalu beberapa makanan sebagai bekal di perjalanan nanti. Oh, iya waktu itu pertama kali juga aku isi kartu Mandiri e-money paling besar, Rp750.000 sebagai jaga-jaga untuk bayar tol pergi pulang. So, kami berencana berangkat pada pagi hari (mmm...g pagi-pagi amat sih, tau ndiri musti sarapan dulu, mandi anak-anak dulu, dan lain sebagainya deh, dan alhamdulillah kami bisa berangkat jam 07.30). Kami sengaja berangkat pagi agar dapat menikmati pemandangan di sepanjang jalan, meksipun waktu itu arus mudik kami berharap agar tidak terjadi kemacetan yang luar biasa (namanya harapan pasti yang bagus bagus dong) dan agar tidak mengantuk di jalan (karena pengalaman sebelumnya kami pernah mudik menggunakan carter atau sewa mobil di malam hari, beneran ngantuk bener rasanya).
Lalu kami pun berangkat....perjalanan dari rumah pun dimulai...semua lancar sampai tiba pada kilometer 230 di Tol Cipali, tiba tiba mesin mobil Daihatsu Ceria mbrebet di RPM 3000an di posisi gigi 4 dan 5. Wah, ada apa ini, cek kondisi temperatur aman-aman saja....udah kilometer segini, nanggung kalau balik...so kami pun berjalan pelan pelan di bahu jalan dengan menyalakan lampu hazard dengan RPM 2000 di gigi 2 untuk menuju rest area terdekat. Setelah sampai di rest area terdekat, kemudian kami berhenti sejenak untuk menenangkan diri, lalu buka kap mesin, lalu mchat di grup WA Ceria Club Indonesia, lalu menunaikan sholat Dhuhur sekaligus jamak takdim Ashar. Balasan dari grup WA Ceria Club Indonesia itu adalah coba cek filter bensin (ini part yang sama sekali tidak diganti atau tidak diservice pada saat service persiapan mudik kemarin). Oke, tak cek,,,dipukul pukul dikit, lalu buka filter udara lalu gas-gas dan ditutup buka pakai tangan. Sepertinya tidak ada masalah dengan pasokan bensinnya. Trus keinget, sehari sebelum mudik, aku isi Premium di SPBU Pertamina, langsung curiga di sini deh, karena biasanya memang aku isi nya pakai Shell Super atau Pertamax. Oke deh, setelah berembug dengan istri tercinta (alhamdulillah anak-anak good banget, karena g rewel sama sekali di perjalanan, dan alhamdulillah juga AC nya juga terasa dingin) so kami pun melanjutkan perjalanan. Pertama kami pun berjalan pelan-pelan dengan mempertahankan posisi RPM 2000 di gigi 4, yah kira-kira dapat kecepatan minimum untuk di jalan tol deh, sampai akhirnya aku beranikan masuk di gigi 5 dan injek di RPM 4000-5000, dan alhamdulillah lancar tidak mbrebet lagi sampai di tujuan.
Selama perjalanan mudik ini, aku heran dan takjub kalau aku sendiri bisa menyetir non stop tanpa istirahat dari Tangerang Selatan sampai ke Girinyono, ya sesekali cuma berhenti untuk isi bensin dan menunaikan sholat. Oh, iya ding, pas sampai di daerah Kebumen sekitar jam 22.30 itu badan udah ngasih warning untuk istirahat, dan alhamdulillah pula waktu itu anak-anak sama istri juga sedang tertidur. Oh iya, formasi duduk kami adalah aku di bangku depan bagian kanan (ya iyalah, namanya juga sopir) lalu anak pertama (Aidan) di kursi depan bagian kiri, lalu istri (namanya udah tahu kan, hihihi) dan anak kedua (Ahza) di bangku belakang. Akhirnya aku pun memutuskan untuk memejamkan mata sejenak di salah satu pom bensin di daerah Kebumen. Kira-kira setengah jam tidur, lalu mak jenggirat (woh..) aku harus melanjutkan perjalanan ini, nasib istri dan anak-anakku berada di tanggung jawabku saat ini. Lalu setelah bilang ke istriku untuk lanjut perjalanan, akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan.
So akhirnya pada pukul 01.30 kami tiba di tujuan yaitu di Girinyono, Sendangsari, Pengasih, Kuloonprogo, Yogyakarta. Sebagai tambahan informasi, total bahan bakar yang aku beli adalah Rp300.000 (pertamax) jarak tempuh berkisar 560km, waktu tempuh (berangkat pukul 07.30 s.d 01.30) sekitar 18 jam dengan kecepatan rata-rata 60-80 km/jam.
So, inilah ceritaku mudik santai bersama Daihatsu Ceria, mana ceritamu??hihihi kayak pernah denger istilah ini
2 comments:
Aloo oomm, salam sloger
Aloo oomm, salam bloger
Post a Comment