Friday, 18 December 2015

Rute Ku Kini


Setelah Aidan resmi masuk ke Daycare tentu ada beberapa hal yang berubah.  Rutinitas aku dan istriku juga berubah. Dulu moda transportasi yang dapat aku gunakan untuk berangkat ke kantor adalah sepeda motor atau KRL kini berubah menjadi mobil atau KRL. Dulu waktu berangkat yang aku masih bisa puas bermain dengan Aidan di rumah sampai jam 07.30 kini berubah pula.

Tanpa alarm pagi itu aku dan istriku bangun. Alhamdulillah dekat rumah terdapat sebuah mushola yang pasti mengumandangkan adzan. Dan tentu saja ketika adzan berkumandang kamipun otomatis terjaga sambil melongok jam dinding yang terpampang jelas ketika kami membuka mata di tempat tidur.

Jam menunjukkan sekitar jam 04.00 pagi, aku segera bergegas mengambil wudhu untuk kemudian bersiap-siap sholat subuh berjamaah. Istri pun perlahan bergerak menuju kamar mandi. Ya mungkin ritual perempuan kalau bangun tidur menuju kamar mandi..mungkin cuci muka atau yang lain..tentu ambil wudhu pula dan kemudian menunaikan sholat subuh di rumah. Sementara aku sholat subuh di mushola.

Selesai sholat subuh kemudian istriku berjibaku dengan suara cetak cetek kompor gas dan beberapa cucian di wastafel dapur. Sementara aku berjibaku dengan beberapa pakaian Aidan yang telah dicuci di malam sebelumnya. Berbagi peran, istriku masak dan aku melipat baju. Kalau pas gak ada baju yang siap dilipat ya aku sedikit sedikit nyapu lantai.

Kemudian sejak Aidan masuk Daycare, sepertinya jam biologisnya juga menyesuaikan sehingga yang biasanya bangun jam 06.30 bahkan sempat jam 07.30 kini jam 05.00 dia udah terjaga. Entah dengan tangisan atau dengan visual tatapan yang ngantuk ngantuk gitu. Harapannya sih Aidan bangun masakan sang emak udah selesai jadi bisa deh ditinggal-tinggal. 

Selesai ritual itu, aku lalu bergegas untuk mandi kemudian istriku berjibaku kembali dengan Aidan. Gantian setelah aku selesai istriku segera mandi dan aku menyiapkan bekal untuk Aidan dan istriku (memasukkan makanan yang telah dimasak ke dalam wadah plastik). Sementara aku kalau masih sempat aku usahakan untuk bisa sarapan di rumah meskipun dengan ekspresi huh hah huh hah kepanasan nasi yang baru diciduk dari rice cooker.

Setelah semua bekal siap, dan kami sudah rapi...kami di sini kecuali Aidan ya...hihihhi..Aidan paling cuma ganti pampers sama cuci muka aja...mandinya di Daycare...lalu kami bersiap-siap untuk berangkat...Yes peranku sebagai seorang manusia pemegang SIM A pun dijalani...sopir daaabbb....rute yang kami tempuh merupakan salah satu rute yang mau gak mau meskipunn macet harus dilalui yaitu BXC (masuk tol serpong-jakarta via pondok ranji yang disini kadang lancar kadang tersendat pula), lalu tanah kusir (ini juga kadang lancar kadang macet,,,sering macetnya tapi), lalu bungur raya (ramai lancar kalau masih di bawah jam 07.00), lalu lewat gandaria (lewat belakang jadi lancar), lalu lewat panglima polim hingga nembus ke SCBD lalu lewat widya candra...Kemudian parkir mobil di samping BKPM lalu jalan kaki menuju Daycare Aidan...

Nah momen yang luar biasa itu pas ngelepas Aidan ke pengasuhnya...sebut Bu Riska...pasti deh pakai momen nangis bombay... (kayaknya semua anak emang nangis ya kalau pisah sama orang tuanya)..dengang terpaksa dan berat hati kami meninggalkan Aidan (yah mau gimana lagi...kami gak punya pilihan lain yang lebih baik)...Sayup-sayup terkadang kami masih mendengar tangisan Aidan terpisah dari orang tuanya (nangisnya keras soalnya dan berlangsung sekitar 5 menit sampai 10 menit)...dengan memantabkan hati bismillah kami meninggalkan Aidan di Daycare.

Kemudian membuka pintu mobil lalu menuju ke kantor istriku...cuma sebelahan sih,,hihihi jadi gak memakann waktu yang lama cukup di bawah 5 menit...ngedrop istriku di lobi lalu aku parkir di lantai B1....
Di sini istriku sudah mengakhiri perjalanannya di depan mesin absen..sementara aku masih lanjut lagi naik transjakarta dari halte semanggi menuju halte harmoni...di sini ada momen jalan kakinya ya...dari kantor istriku ke halte semanggi dan dari halte harmoni ke kantorku...yah lumayan lah buat olahraga....
a
mmmmm...kalau perjalanan pulang kantornya sih relatif sama intinya...cuma aku gak lewat jalur regular karena dari depan kantor istri aku langsung masuk tol dalam kota lalu lanjut tol jakarta tangerang lalu lanjut ke tol JORR kemudian masuk tol jakarta serpong....

Perjalanan berangkat biasanya memakan waktu antara 1 jam sampai 1 jam 15 menit...sementara kalau pulang memakan waktu antara 1 jam 30 menit sampai 2 jam 30 menit tergantung kondisi kemacetan jalan...
Yah biasa deh sebagai profesi sopir terkadang aku melirik istri dan anakku yang duduk di sebelahku sedang tertidur pulaassss..entah karena ngantuk atau karena kecapekan..wkwkwkwk....

Dan aku pun sendirian menghadapi perjalanan pulang ditemani dengan beberapa suara musik dan penyiara radio di 99.15 FM alias Delta FM...hehehehe...

Ini rutinitas perjalananku....kalau kamu???

Wednesday, 18 November 2015

Aidan Masuk Daycare

Tak terasa masa studi ibuknya Aidan udah usai. Setelah anugerah mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi D4 di salah satu sekolah ikatan dinas yang bertepatan dengan kelahiran anak pertama kami. Kini setelah usia Aidan menginjak 2 tahun lebih 3 bulan, akhirnya masa-masa bermanja-manja sama ibuk di rumah akan berkurang.

Ketika nanti ibuk masuk kerja. Kamipun sudah berembug tentang temapt penitipan Aidan. Dapatlah di dekat kantor ibuk yang dulu. Karena kami masih berharap sangat ibuk ditempatkan kembali di kantor yang dulu. Sehingga kami yakin Aidan sukses di tempat penitipan anak ini. di LIPI tepatnya.

Hari pertama training Aidan di penitipan anak itu kami masih memberikan waktu yang fleksibel kepada Aidan. Kebiasan bangun siang Aidan masih kami berikan toleransi. Kami capcus dari rumah sekitar pukul 10.00. Tentu saja sebelum itu kami masih bermanja-manjaan bersama. Perjalanan dari rumah menuju tempat penitipan anak yang kami tempuh menggunakan KRL tidak terasa hingga akhirnya kami melanjutkan perjalanan dari stasiun palmerah menggunakan taksi menuju gedung LIPI.

Sampai di depan pintu LIPI, kami berharap agar tidak terjadi apa-apa terhadap Aidan. Kami sempat mencemaskan akan terjadi tragedi dimana Aidan akan menangis dan tidak mau lepas dari ibuknya sambil berteriak ibuuuukkkk...ibuuuukkkkk...(mungkin dalam hal ini ayahnya tergolong lebay maksimal #efeknontonsinetron).

Sampai di dalam tempat penitipan anak, kami disambut oleh beberapa pengasuh. Yah..sebelumnya kami memang sudah melakukan observasi di tempat penitipan ini. Jadi wajah aku dan istriku serta anakku tidak asing bagi mereka. Setelah itu, kemudian kami coba letakkan Aidan di alas karpet arena bermain. Si pengasuh langsung menyodori mainan mobil derek warna biru yang kemudian Aidan suka. Pengasuh mengisyaratkan agar kami meninggalkan tempat penitipan anak saat itu juga. Sebelumnya tentu kami sudah pamitan sama Aidan kalau hari itu Aidan akan di tempat penitipan anak.

Tiada tangis..tiada teriakan ibuuuukkk ibuuuukkkk (pengucapan Aidan biasanya aboooookkkkk.....)..tiada pula penolakan. Aidan enjoy..enjoy mainan mobil derek....Alhamdulillah...tidak seperti dugaan kami...

Lalu kami tinggalkan Aidan di tempat penitipan anak tersebut. Karena ini baru masa training, kami menyampaikan kepada penagsuhnya kalau habis ashar nanti Aidan kami jemput. Hingga akhirnya kamipun berputar-putar menghabiskan waktu dari pukul 11.00 sampai pukul 15.00 (agenda putar-putarnya tidak aku ceritakan ya....).

Lalu tibalah saat penjemputan Aidan. Oh iya..sebelumnya kami juga meminta report dari pengasuhnya melalui fasilitas instant messaging tentang aktifitas Aidan. Terlihat dari foto yang dikirimkan Aidan sedang makan, sedang bobok dengan nyenyak. Alhamdulillah...insyaAlloh cocok....lalu pas penjemputan, ternyata benar Aidan enjoy di tempat penitipan anak itu. Bahkan ibukny ditarik tarik tangannya seolah mau nunjukin ibuk ini lho, seharian Aidan mainan ini.... bahkan ketika kami ajak pulang nampak Aidan malas-malasan untuk pulang dengan menyibukkan dengan mainannya.

Hingga akhirnya kami pulang...


Tuesday, 29 September 2015

Bagaimana jika aku tak mampu lagi bersabar padamu

Kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang panjang namun singkat sebenarnya. Perjalanan yang diciptakan oleh sang Pencipta untuk mencari arti dan bekal kehidupan keabadian nantinya. Tak mudah memang, karena dalam perjalanan itu iblis diperkenankan untuk menggoda manusia berjalan tidak pada jalanNya.

Jalan yang lurus, berbelok nan bergelombang akan dijumpai tiap kaum manusia. Dari anak-anak, remaja hingga dewasa.

Masuk ke dalam sebuah bahtera rumah tangga. Iblis terpingkal pingkal tatkala sepasang manusia yang pernah berjanji suci bertengkar. Iblis memang suka dengan pertengkaran, bahkan suka dengan perceraian.

Sabar merupakan sifat manusia yang mencoba memahami bahwa ego bukan merupakan tujuan, bukan merupakan cara. Ego tiada lain hanya gejolak sesaat yang memunafikkan keagungan sang Pencipta.

Sabar pula yang sebenarnya tidak disukai iblis. Iblis akan senantiasa berusaha menggoyahkan tiap hati yang sabar. Tapi bagaimana kalau kita kehilangan rasa sabar itu?
Tentu lagi lagi ego yang akan mendominasi, gejolak sesaat namun akan menyesal sepanjang hayat.
Dalam kehidupan rumah tangga banyak dijumpai percekcokan, pertengkaran, bahkan berujung pada perceraian. Menyatukan dua kepribadian yang berbeda menjadi satu tujuan memang bukan perkara yang mudah. Mesti diciptakan berbeda untuk saling melengkapi namun tak sedikit pula yang berujung pada perpisahan karena perbedaan. Akan berbeda dengan ketika masa masa sebelum pernikahan. Cinta yang dielu elukan akan menjadi penopang kehidupan tiada lagi sesuai harapan. Realita kehidupan rumah tangga yang rumit membuat sepasang manusia yang berada di dalamnya harus senantiasa sabar. Lalu bagaimana ketika sepasang manusia tadi tiada lagi bersabar?
Istri yang senantiasa ingin dimengerti, suami yang selalu ingin dihargai...tanpa saling bersabar coba bayangkan saja bagaimana kebutuhan itu dapat terpenuhi? Kalau sudah tiada bersabar tentu kemudian satu sama lain akan mengklaim yang menjadi hak nya, bukan mengklaim atas kewajibannya.

Lalu ketika kesabaran itu sudah tiada lagi akan muncul pertanyaan,,kalau aku sudah tak dapat bersabar lagi, apa yang akan kamu lakukan?

Karena aku masih punya seabrek agenda menjalani kehidupan ini,,yang bahkan menurutku kesabaran ku kepadamu hanya menghambat perjalananku...menunda rencana rencana ku.
Tapi apa yang bisa kamu lakukan ketika aku sudah tidak bersabar lagi padamu?
Tentang mengerti dan menghargai dengan kesabaran.

Aku penat, aku capek, aku sedang mengalami krisis kesabaran. Iblis sedang diujung palu keputusan. Bersiap bersorak ketika kesabaranku telah dititik habis. Aku mencoba mempertahankan semua dengan kesabaran yang tersisa.


Tapi bagaimana kalau sabarku itu benar benar habis?apa yang akan kamu lakukan?

Tuesday, 15 September 2015

Liburan ke Floating Market Lembang

Dududududu....telat posting lagi..maklum sibuk urusan kantor rumah de es be jadi ide untuk menumpahkan kata kata jadi tertunda. Padahal tulisan kali ini agak sederhana...meski kesannya luar biasa.

Oke langsung saja...jadi ceritanya suatu ketika (malah mbelibet lagi) aku dapat surat tugas untuk melakukan perjalanan dinas ke Bandung dalam rangka pelatihan olah data gitu di salah satu perguruan tinggi negeri. Hari pelatihan itu kebetulan wikde menjelang wiken yaitu hari rabu sampai hari Jumat...kemudian kayaknya seru tu kalau sekalian ajak istri dan anak untuk liburan ke Bandung. Ya mumpung istri masih tugas belajar dan agak senggang waktunya saat itu (hihihi...soalnya pas tulisan ini dibuat istri lagi sibuk sibuknya mberesik skripsinya).

Kembali ke cerita..akhirnya disepakati kami sekeluarga liburan ke Bandung...browsing browsing ttg Bandung sebenarnya bingung juga sih...wisata keluarga ke Bandung itu kemana..soalnya kan predikat Bandung itu kan surganya FO..lha kami mah belum ada kapasitas untuk borong pakaian nun jauh disana. Akhirnya disepakati bahwa kami akan meluncur ke floating markef yang terletak di lembang... Pertimbangan kami memilih tempat itu adalah si little bos alias Aidan suka banget sama kereta dan kebetulan di Floating Market tadi ada miniatur kereta.

Setelah berencana tadi, e tiba tiba dapat instruksi untuk bikin ST perjalanan dinas lagi hari sabtu sampai senin di Bandung pula..dalam rangkanya adalah pembahasan perbaikan peraturan gitu deh...
Walhasil kami akan 6 hari berada di Bandung. Hmmmm...moga g bosan...berbekal pengalaman sebelum sebelumny akhirnya kami berencana menginap di beberapa tempat...saat aku berdinas kami menginap di hotel seputarab Cihampelas (pertimbangan istri dan anak bisa jejalan ke ciwalk selama aku sedang mengikuti pelatihan). Lalu dengan seksama aku melakukan pemesanan kamar di Hotel Fave Cihampelas...bla bla bla...untuk di lembang dan dinas keduanya aku sengaja belum memesan hotel..mau sistem go show aja...

Tiba saatnya perjalanan menuju Bandung di hari Rabu...berhubung kami akan berada di Bandung selama 6 hari maka bawaan kami pun seperti pas kami mau mudik ke Wates aja..banyak meeeennn....bagasi kecil si ceria mungil penuh bahkan harus "mblibek" ke bangku baris dua..
Perjalanan menuju Bandung kami start dari rumah jam 09.00 (harapannya dapat tiba tempat pelatihan pada pukul 13.00).

Tapi apa dinyana..perjalanan tol lingkar luar sampai tol cipularang hingga purbauleunyi lancar tiada apa...mobil masih dapat kecepatan rata rata 90km/jam...tapi begitu menjelang pintu keluar pasteur..byuuuuhhh...mogok alias macettt...bayangpun saja kami berada di 2 km sebelum pintu keluar sampai gerbang tol membutuhkan waktu sekitar 2 jam...
Selidik punya selidik ternyata ada demonstrasi BPJS di tengah kota sehingga dibutuhkan pengalihan arus si lampu merah pasteur..walhasil kami harus berputar hingga kami tiba di hotel Fave pada pukul 15.00... Gokil kan meeen n dari Jakarta ke Bandung membutuhkan waktu sampai 6 jam....
Menata barang urus check in dan istirahat sebentar di hotel akhirnya aku berpamitan untuk meluncur ke tempat pelatihan...aku masuk di sesi 3....
Persitiwa yang ada hubungan ama pekerjaan aku skip aja ya...hehehehe...

Jadi selama aku tinggal kerja istri dan anakku pun aktifitasnya dua, ngendon di hotel atau main ke ciwalk...Hingga tiba saatnya hari sabtu kami check out dari hotel fave untuk meluncur ke lembang...sempat ragu dapet penginapan di lembang karena hari itu adalah wiken dan kami tidak melakukan booking penginapan. Sempat sih nanya sama salah satu penginapan namun ternyata untuk pemesanan go show tidak dapat melakukan reservasi via telepon artinya harus langsung ke penginapannya.

Oke baiklah...dengan berbekal niat baik untuk menyenangkan istri dan anak akhirnya pelan pelan kami menyusuri jalan menuju lembang...
Oh iya sebenarnya ada momen dimana kami pergi ke transmall Bandung...rumah makan misbar...namun aku rasa hal itu kurang menarik untuk digali..hehehe main ke mall sama makan..biasa aja...

Oke kembali ke perjalanan ke lembang...jalanan yang agak macet menanjak dan udara segar menemani perjalanan kami...terlihat pula beberapa pembangunan hotel di kiri kanan jalan...
Hingga akhirnya kami tiba di penginapan Pesona Bambu... Ngemeng ngemeng ama resepsionis di lobby hotel ditunjukkan beberapa kamar hingga akhirnya deal di kamar nomor 2A.
Penginapan ini menurutku lebih baik daripada hotel budget di daerah cihampelas. Dengan konsep rumah harga 600 ribu kami sudah dapat penginapan dengan kamar dan ruang tamu yang terpisah. Kamar dengan 4 Bed... Sebenarnya ada yang lebih murah lagi dengan poolview seharga 400 ribu...namun sayang semuanya sudah habis terpesan.

Kesan pertama masuk penginapan ini...gila nyaman banget...sempat nanya sih...ini g pakai AC ya pak...ternyata oh ternyata...kalau malam udara ini uademnya giling banget...mau mandi aja mesti mengumpulkan keberanian..oh iya kebetulan pemanas di kamar kami mati..jadi benar benar kami harus berjuang untuk melawan dinginnya air lembang. Mmmm...untuk bos kecil Aidan kami masak air pakai heater trus dituangkan di wastafel lalu pelan pelan deh diguyur pakai tempat makan hadiah dari oreo..hehehehe...



Tuesday, 25 August 2015

Punggawa di Atas Cinta Sang Bidadari

Siang itu Tody pergi berbelanja dengan istrinya di salah satu pusat perbelanjaan di kota Jakarta. Sebuah rutinitas memang bagi Tody dan istrinya untuk memenuhi kebutuhan seminggu dalam waktu satu hari. Tak perlu dress code yang muluk muluk atau mewah. Tinggal di hunian dengan konsep one stop living menjadikan mereka bisa saja berbelanja hanya bercelana kolor dan kaos singlet. Yaahh..meski itu tidak pernah dilakukan tapi sebagai gambaran bagaimana mudahnya dan dekatnya hunian mereka ke tempat makan atau berbelanja.

Tapi hari itu, sebelum Tody berangkat belanja smartphonenya menunjukkan tanda pesan masuk. Dari rekan rekan bergaulnya, temen nongkrong waktu muda, bahkan ada teman yang sudah lama tidak jumpa. Tapi rupanya Tody lupa akan hal itu, seperti biasa saja Tody dan istri pergi berbelanja dengan penampilan ala kadarnya. Tapi memang beda sih, ala kadar Tody dengan istrinya. Tody yang merupakan laki laki dengan tipe metroseksual hanya berbalut kaos belel dan celana pendek serta sandal jepit pun sudah dapat membuat mata terbelalak...hahaha tampaknya ini sedikit berlebihan. Tapi lain lagi dengan sang istri, tanpa make up sebagai hiasan sangatlah membuat kontras penampilannya. Bahkan (maaf) dia nampak seperti pembantu Tody.

Alkisah...wah lebay nya berkelanjutan...Tody dan istri sibuk berbelanja kebutuhan sehari hari. Mulai dari sayur mayur, lauk pauk, sampai tetek bengek peralatan cuci mandi. Selesai berbelanja, seperti biasa Tody menyerahkan kewenangan pembayaran kepada bendahara umun. Begitu seringnya Tody menyebut istrinya. Sementara Tody sibuk memainkan smartphonenya di kursi tunggu yang kebetulan letaknya pas di depan sebuah kafe yang memang nyaman buat sekedar kongkow menghabiskan kopi segelas dengan asyiknya fasilitas wifi.
Tiba tiba Tody melihat sekelebat bayangan yang sepertinya dia kenal, beberapa onggok manusia yang tengah bercengkerama di meja kafe. Secara otomatis kaki dan pandangan mata Tody beranjak menuju kafe itu.
"woy...cukkk...yo opo seh kampret koen kabeh kumpul gak ngomong ngomong" seloroh Tody sambil menggaplok topi salah satu temennya.
"hahahahaha..makane duwe hape larang larang iku ditileki nek ono pesen..." Timpal temen Tody.
Sambil menggeser geser layar smartphone nya si Tody tersenyum..."oalah iyo cuk..sapurane yo..hehehehe".

Kemudian mereka bergumul bercengkerama canda sambil bercerita tentang masa lalu, masa kini dan esok. Biasa lah pertanyaan gimana kabar, sekarang dimana, sibuk apa bla bla bla. Sampai Tody lupa bahwa hari itu dia itu pergi sama istrinya.
"woiiii..sorry telat mau iki tuku udud disik nang supermarket ngarep iku" tiba tiba temen Tody bertambah lagi sambil menepok telapak tangan teman teman.
Obrolan kembali pada acara gimana kabar bla bla bla....
"eh iyo cuk, aku mau weruh cewek sing kayake ndisik nate eruh tapi saiki kok rada beda yo, biyen iku arek e resik, rapi, tapi iki mau kok rada kucel ngono yo cuk".

Lalu semua pada penasaran siapa gerangan, lalu si temen Tody akhirnya menunjuk seorang perempuan yang tengah menoleh kiri dan kanan seolah mencari sesuatu yang hilang. Tody pun tau siapa perempuan yang dimaksud temennya tadi...
"oalah cuuukkj iku kan si Ratih kanca dewe biyen jaman SMP...iku saiki dadi bojoku cukkkj...." Tody dengan semangat menjelaskan.
"sik tak celukne...hihihihi"...
Kemudian Tody bergegas memanggil istrinya yang sedang berdiri di depan mesin kasir lengkap dengan troli belanjaaan.
"iihhh...mas Tody kemana sih, orang ditinggal bayar aja udah ilang kemana" gerutu istri Tody.
"duh..maaf ya, eh sini deh ayah kenalin ama temen temen mas"seraya Tody mengajak istrinya untuk menemui teman temannya.
"dugh mas..malu aku penampilanku kayak gini masuk kafe gitu g enak ah..tar diketawain temen temen mu" loroh istri Tody menolak ajakannya.
Tapi tanpa sedikit mempedulikannya Tody tetap membawa istrinya untuk diperkenalkan dengan teman temannya...
"hehehehe..ini lho cuk Ratih temen kita waktu SMP yang dulu jadi bintang sekolah...sekarang jadi istriku..hebat to...."pamer Tody.

Dasar orang Surabayaan, dengan lugas temen Tody bilang..."hebat sih hebat Tod..tapi mbok ya perhatian gitu lho...penampilan mantan bintang sekolah kok sekarang kayak gini, opo ndak kamu rawat to istrimu itu, tadi kamu pamer kerjaanmu, gajimu, gaya hidupmu....ealah Tod, itu lho pendamping hidupmu mbok diperhatikan...pantes ae aku mau pangling..."

Jlebbbbbbbbbbbbb.... Tody pun termenung bahkan lama waktunya untuk dia tersadar. Bagaimana ia melupakan sosok yang ia banggakan dulu telah mendapatkan seorang bintang Sekolah. Seorang rupawati yang entah kenapa mau menjalani hidup dengannya. Betapa ia telah mengoyak bunga yang dulu tampak semerbak. Mencampakkan seolah merusak dalam pot bunga nan megah. Tanpa melukis keindahan di sela sela kelopaknya.


Sejak rasa jlebbb itu pula kini Tody senantiasa menjaga dan merawat istrinya. Bukan hanya penampilan luar nan palsu. Tapi kini Tody sadar, dia tidak harus hanya bangga telah meraih bunga impian dan pujaan setiap laki-laki. Tapi dia harus menjaga agar bunga itu tetap harum mewangi. Bukan untuk dinikmati kumbang lain, tapi untuk menunjukkan bahwa Tody memang layak untuk menjadi punggawa di atas cinta sang bidadari.

Wednesday, 29 July 2015

Tentang Makan Siang

Sederhana barangkali judul tulisan kali ini. Mmmm..tapi menurutku sebenarnya lebih dari biasa. Aku sosok laki-laki yang sudah memiliki istri bahkan anak. Suka akan bekal makan siang yang dibuatkan istriku. Di tengah kesibukannya merawat anak dan aku, ditengah kesibukan menjadi home manager, yang meliputi segala luar dan dalam rumah, ditengah kesibukannya menjalani pekerjaan yang kebetulan saat ini sedang menempuh tugas belajar.

Aku suka bekal makanan yang dibuatkan istriku.

Dimasukkan dalam kotak plastik nasi dan lauknya, kemudian sayur dimasukkan dalam plastik tersendiri agar tidak tumpah saat aku masukkan dalam tas. Menu makanannya sih sederhana tapi rasanya luar biasa. Bukan sekedar rasa asin dari garam, rasa gurih dari bawang, maupun rasa pedas dari sambal yang dibawakan. Namun disitu aku merasakan rasa ketulusan dan kerelaan yang luar biasa.

Aku juga suka bekal makananku, meskipun rapat dikantor menjanjikan makanan modern restoran. Meski ada snack kantor berkardus kardus jumlahnya, bahkan meskipun dengan beberapa menu kantin kantor yang hanya butuh sekitar 10 langkah untuk meraihnya. Namun bekal makan siang itu selalu menjadi yang nomor satu untuk aku nikmati.

Terima kasih istriku, entah kata apa yang musti aku rangkai untuk memuji dan menghargai atas yang kamu persembahkan untuk suamimu ini. Untuk sosok laki-laki yang terkadang lemah. Aku hanya bisa mendoakan semoga keluarga kita senantiasa dibarokahi oleh Alloh SWT. Diberikan kelancaran dalam menggapai mahligai kehidupan. Anak kita (yang sekrang baru satu) senantiasa diberikan kelancaran dalam menjalani dunia ini tentu untuk bekal akherat juga.

Entah sampai kapan pula suamimu ini akan terus merepotkanmu. Senantiasa merengek manja meminta persembahanmu.

Hanya sekedar untuk meminta dibuatkan bekal makan siang darimu...

Sayang ku untuk istriku...

Friday, 24 July 2015

Suami Atau Orang Tua

Menjadi seorang suami adalah suatu gerbang baru menyatukan dua kehidupan keluarga. Dua menjadi satu bahkan banyak menjadi satu. Keluarga baru itu sendiri, keluarga laki-laki, dan keluarga perempuan lengkap dengan seluruh silsilahnya. Bukan perkara yang sederhana memang. Terlepas dari ego masing-masing semua harus rela dan bahagia menjadi sebuah hubungan kekerabatan yang satu.

Ketika seorang laki-laki meminta kepada orang tuanya untuk dilamarkan dengan seorang perempuan, akan terbesit dalam pemikiran bahwa anggota keluarga akan bertambah, tidak hanya satu melainkan berentetan individu di sana. Mau tidak mau, suka tidak suka itu adalah konsekuensinya. Ada lagi yang beranggapan bahw a dengan pernikahan itu maka tanggung jawab mendidik dan menaungi kehidupan dunia sebagai bekal akherat nanti berpindah. Dari orang tua ke seorang suami. Tatkala akad diikrarkan maka setampuk tanggung jawab beralih secara sendirinya. Amal kebaikan dan dosa turut serta dalam hingar bingar kemegahan resepsi pernikahan. Semua mengalir begitu saja menjadi tanggung jawab seorang manusia yang bernama suami.

Bagaimana kemudian nanti seorang suami melanjutkan mendidik istri yang sekian tahun sudah dididik oleh orang tua menjadi pribadi yang luar biasa. Amal dan dosanya. Tidak hanya itu saja, seorang suami masih juga memikul tanggung jawab atas keluarga orang tuanya bahkan keluarga sang istrinya. Tetap menjaga tali ukhuwah islamiah diantaranya. Bukan sekedar membina sebuah keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah seperti yang menjadi jargon ucapan ketika dua pasang manusia menikah. Ada tanggung jawab yang luar biasa disana.

Tatkala istri harus berpisah secara kewajiban dari orang tuanya. Kewajiban patuh kepada suami yang lebih utama daripada patuh kepada orang tuanya. Tentuny itu juga tidak menafikkan kewajiban untuk senantiasa berbakti kepada orang tua. Namun, dengan pikulan tanggung jawab yang luar biasa di pundak seorang suami menjadikan keutamaan baginya untuk dipatuhi oleh sang istri.

Untuk hal ini sudah beberapa literatur yang aku baca, sebagian besar memang menyatakan bahwa lebih utama patuh atau taat kepada suami dibandingkan kepada orang tua (tentu saja bukan dalam hal yang bertentangan dengan perintah Alloh). Ada penggambaran sahabat nabi yang hendak pergi berperang dan melarang untuk keluar rumah, bahkan pada saat orang tua istri sakit hingga meninggal Nabi Muhammad berpesan agar senantiasa menjaga amanah suami tersebut. Luar biasa bukan?.
Meski ada beberapa artikel yang menyatakan hal sebaliknya, yaitu mengutamakan bakti kepada orang tua daripada suami. Namun, aku kemudian menarik kesimpulan dari beberapa hal tersebut. Kepatuhan istri kepada suami tak lain timbul karena tanggung jawab suami kepada istri baik di dunia maupun di akhirat. Setampuk beban dan tugas untuk melanjutkan pendidikan istri yang dahulunya dibebankan kepada orang tua. Masih ingat bukan dengan istilah "wanita itu bak tulang rusuk yang bengkok, terlalu keras mendidik dia akan patah, terlalu lemah maka ia tetap akan bengkok". Luar biasa bukan?

Lalu kepada siapa sebenarnya istri harus utama untuk patuh?suami atau orang tua. Dalam hal ini istri juga harus mengerti tentang beratnya tanggung jawab suami paska diterima nikah dan kawinnya atas dirinya. Kepatuhan seorang istri yang tetap berada dalam koridor jalan Alloh, jalinan tali silaturahmi antara seorang anak dengan kedua orang tua. Semua berada pada bagaimana memilah antara suami dan orang tua. Keutamaan mentaati suami dalam menjalankan kehidupan keluarga demi keutuhan rumah surga, tentu saja tidak mengabaikan orang tua.

Lalu bagaimana apabila terdapat pertentangan antara suami dengan orang tua?
Menjadi utama memang untuk lebih taat kepada suami, dan dalam hal ini istri juga harus mengerti apa landasan dari kedua belah pihak..sisi manfaat dan madhorotnya. Sesuai tidak dengan jalan Alloh. Suami juga tidak bisa begitu saja merasa bahwa dia adalah seorang penguasa atas seorang istri tanpa berlandaskan pada ajaran agama. Dia memang memiliki kuasa terhadap istri tapi tentu saja tidak mengarahkan kepada jalan yang menjauhi Alloh.

Lalu suami atau orang tua?selama sikap atau perintah seorang suami berlandaskan pada nilai-nilai yang diperintahkan oleh Alloh maka mutlak suami adalah keutamaan taat, sedangkan apabila ketaatan pada suami atas perkara yang tidak dilandaskan pada perintah Alloh maka hal itu menjadi hal yang bisa dikesampingkan istri. Tapi ingat juga, baik suami maupun istri hendak menyampaikan pendapat dalam sebuah peristiwa yang lembut dan harmonis. Bisa saja melalui perdebatan sengit, tapi wajib dihindarkan dari mencela atau memojokkan. Lagi-lagi semua harus dilandaskan pada perintah Alloh.

Bukan cita-cita bukan? rumah tangga menjadi retak bahkan bubar gara-gara perbedaan pendapat dan masing-masing saling keras kepala mempertahankan pendapatnya. Oleh karena itu istri musti mengerti tanggung jawab yang dipikul oleh seorang suami, dan seorang suami juga tidak bisa melupakan bakti anak terhadap orang tuanya. Ada kutipan dari ayat Al Quran bahwa Alloh akan memberikan jodoh kepada orang baik dari golongan orang yang baik, demikian pula sebaliknya. Jadi ketika suami atau istri mendapatkan pasangan yang "menurutnya kurang baik" maka dia juga harus intropeksi diri seberapa baik dirinya. 

Saturday, 13 June 2015

Dinas Luar Dilema

Apa yang terbesit dari judul tulisan ini?pekerjaan?jalan-jalan?uang tambahan?. Yes...tiga hal tersebut memang ada dalam dunia dinas luar. Meskipun demikian terdapat hal lain yang memiliki hubungan erat dengan kata dinas luar.  Family Time atau waktu keluarga.

Dulu saat aku masih membujang dinas luar merupakan hal yang sangat luar biasa, di samping tiga hal yang sudah aku sebutkan di atas ada poin lain yang aku dapatkan tatkala itu. Keliling Indonesia, mendapatkan pengalaman-pengalaman baru ditambah pula tambahan pendapatan yang jumlahnya tentu berlipat dari pendapatan pokok. Berbagai hal menarik juga aku dapatkan tatkala mengunjungi daerah-daera pelosok. Kultur kehidupan, perekonomian, sosial, pariwisata termasuk kulinernya. Bahkan aku juga masih mendapatkan fasilitas poin penerbangan dari maskapai yang aku gunakan. Poin tersebut kemudian dapat aku tukar dengan beberapa merchandise atau bahkan aku tukar dengan penerbangan gratis. Sangat menarik bukan? Aku bisa bercerita kepada diriku sendiri, orang tua dan orang yang lain tentang perjalanan-perjalananku. Alhamdulillah hampir 60% wilayah Indonesia sudah pernah aku kunjungi. Bahkan aku juga pernah mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi negeri matahari terbit dan negeri ginseng. Suatu hal yang tak pernah aku bayangkan dapat terjadi padaku. Ya memang sih aku jaman kecil pernah memimpikan dapat pergi ke negara yang pernah menjajah Indonesia dan menerapkan politik tanam paksa. Tapi juga tidak kepikiran juga bagaimana mewujudkan mimpi itu, eh ternyata semua terwujud karena dinas luar.

Tapi kini, dinas luar menjadi tidak menarik lagi ketika aku sudah berkeluarga, istri yang cantik (komplit sama hobi marahnya) dan anak yang lucu (komplit dengan ngeyel dan hobi nangisnya). Berada di samping mereka menjadi hal yang paling luar biasa, apalagi dibandingkan dengan dinas luar.

Namun, ada pula dilema di sana. Masih ingat bukan beberapa hal yang berkaitan dengan dinas luar yang sudah aku sebutkan di atas tadi?Ya..salah satunya adalah penghasilan tambahan. Sangat menjadi amat dilematis. Di satu sisi aku ingin memberikan quality time untuk keluargaku, di satu sisi (aku melihat) semua memerlukan yang namanya biaya. Ya..barangkali aku berpikir agak kolot, tapi tidak dapat dipungkiri bukan jaman sekarang apa-apa pakai uang. Apalagi hidup di kota Jakarta (meskii aku tinggal di wilayah Tangerang Selatan, tapi aku kira gaya hidup disini tidak jauh berbeda).

Dengan metode kalkulasi sederhana saja, penghasilan pokok yang aku dapatkan sangat "PAS" untuk kehidupan sehari-hari di Jakarta dan Tangerang Selatan. Itupun untuk mencapai kata pas aku masih berhutang kepada beberapa teman.

Sudah kelihatan belum dilemanya?

Sederhananya, dinas luar itu memberikan tambahan penghasilan untukku namun dengan dinas luar itu juga memiliki hubungan negatif dengan family time, tentu saja waktu aku bercengkerama dengan keluarga menjadi berkurang.

Tidak mudah bukan?
Meskipun ada beberapa orang yang bisa enjoy aja menjalani kehidupan keluarga plus dinas luar. Namun bagiku, hal ini merupakan sesuatu yang sulit untuk dipilih, bahkan dapat dikatakan aku tak bisa memilih salah satu karena aku menk ganggap kedua hal ini sangat berhubungan erat. Kalau boleh memilih keduanya, pasti aku akan memilih keduanya...family time plus dinas luar..

Keluarga yang luar biasa tentu membutuhkan kehangatan di dalamnya, yang dapat diukur dari intensitas waktu keluarga yang dimiliki.

Hmhhhhhh....
Atau memang harus begini ya??dilema dan selalu menjadi dilema...membutuhkan keberanian memang untuk memilih salah satu, dan masing-masing pilihan tentu memiliki konsekuensi tersendiri.

Terbayang memang sih, dengan penghasilan pokok plus dinas luar ini apabila disatukan "jumlah nominalnya" menjadi murni penghasilan pokok aku rasa aku gak mondar-mandir di bandara soekarno hatta. Sudah cukup pendapatan pokokku untuk keluarga sekaligus memperoleh the best family time. Tapi ya itu barangkali masih mimpi, lagi-lagi mimpi...


Wednesday, 22 April 2015

aku tiada rasa hebat

Aku sampai pada titik ini
Titik berbaris rapi menjulang menatap mimpi
Ruas yang beriak namun tiada berbalik
Berkabut awan hasut merayu

Setitik cahaya redup seolah membayang
Membesut hati berbayang impian
Redup kembali seolah tiada pernah tayang

Dulu sekali
Kegalauan dan kehampaan
Memberikan percik api bersemayam

Kelabu pilu menjadi obor cita

Kini

Abu abu semakin meredupkan merah
Merah membara soelah tiada asa
Redup membisu redam hati gelora

Aku tiada

Rasa hebat

Aku tiada

Rasa hebat

Aku tiada

Rasa hebat