Tuesday, 29 December 2020

Komunitas Orang Indonesia di Melbourne

Disclaimer di awal deh.

Tulisan ini dibuat atas dasar pengalaman pribadi penulis, apa yang penulis ketahui, apa yang penulis alami dan rasakan sendiri, bukan bersumber dari katanya-katanya. Jadi misalkan ada yang tidak tepat atau tidak pas barangkali itu di luar kejadian yang dialami oleh penulis.

Sebelum tulisan ini di buat, dirancang (entah kapan mikirnya dan entah kapan baru bisa nulis) aku sudah meminta ijin kepada sang jangkar Mbah Wawan Indigo dan Pak Lurah Mukhlis yang menjabat saat itu, bahwa aku ingin mencoba menulis sesuatu tentang komunitas orang Indonesia di Melbourne. Sebenarnya komunitas orang Indonesia di Melbourne bukan hanya Indomelb Community saja, tapi kembali lagi yang penulis alami adalah menjadi salah satu warga di Indomelb Community.

Sama seperti yang aku ceritakan sebelumnya, tatkala hendak, akan, memasuki Melbourne dalam rangka mendampingi istri yang melanjutkan studi di Universitas Melbourne, atas dasar referensi dari teman di Indonesia, sebut saja Bilal Anwari, aku kemudian mencoba mengajukan permohonan untuk bergabung di grup Facebook Indomelb, pada saat itu jabatan lurah masih di pegang oleh Pak Unaidi. Setelah diterima dalam forum tersebut, langsung segudang pertanyaan aku luncurkan, mungkin pada saat itu bisa dalam sehari aku bertanya hingga lima kali. Mulai dari tata cara pengurusan dokumen administrasi, pekerjaan, akomodasi, yah seputar bagaimana bertahan hidup di negara orang, khususnya Melbourne. 

Galau melanda, gundah gulana menerpa hingga ini lah pada nantinya melekat dalam image ku, tagar cah was was.

Jawaban demi jawaban aku dapatkan dari forum itu, baik jawaban yang lugas, terang benderang, maupun samar-samar disertai candaan. Tapi pada akhirnya, aku mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang aku lontarkan.

Sebenarnya ingin sekali mencoba mengudar sejarah berdirinya Indomelb, namun saking oon nya aku, pelupa dan galau tiada tara, tak terlaksana pula keinginan itu. Padahal sebelumnya sang jangkar telah memberikan silsilah lurah Indomelb sejak pertama kali berdiri hingga saat ini. 

Indomelb Community sendiri merupakan salah satu perkumpulan atau paguyuban orang Indonesia yang sedang berada di Melbourne. Keanggotaannya pun sangat beragam, mulai dari mahasiswa, spouse, permanent resident, citizen, atau beberapa orang yang memanfaatkan forum sebagai sarana mencari nafkah. 

Ah...aseemmmm...kenapa otakku buntu, tak lama nulis jadi gak tau mau nulis apa...

Pada awalnya, forum Indomelb Community terjalin dalam sebuah milis, kalau tidak salah melalui Yahoo saat itu. Kemudian seiiring perkembangan jaman, per sosial media an, akhirnya Indomelb Community merambah ke aplikasi Facebook. Tidak main-main, atensi orang-orang yang ingin bergabung di Inbdomelb hingga saat ini sangat tinggi. Pada saat tulisan ini dibuat , jumlah anggota Indomelb Community di Facebook hampir mencapai 10.000, bahkan itupun berdasarkan informasi dari para moderator grup tersebut, banyak permintaan anggota yang ditolak, tentu saja dengan alasan dan aturan tertentu. Keberadaan komunitas Indomelb ini sangat membantu, baik bagi orang yang akan melanjutkan studi di Melbourne, mencari pekerjaan, akomodasi, dan bahkan kuliner khas Indonesia di Melbourne. Semua sangat mudah ditemukan di komunitas ini. Pokoknya sangat membantu deh.

Beberapa kegiatan sosial yang dilaksanakan baik secara mandiri maupun bersama-sama pun sangat beraneka ragam, baik dalam hal memberikan bantuan kepada orang Indonesia yang sedang mengalami kesulitan finansial, memerlukan bantuan hukum, akomodasi baik permanen maupun temporer, olahraga dan kesenian budaya, dan masih banyak lagi. Indomelb Community juga senantiasa menjalin kerjasama yang baik dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne. Sehingga keberadaan Indomelb memberikan dampak yang positif bagi para warganya baik dalam hal silaturahmi antar warga bahkan hingga urusan administrasi yang berhubungan dengan negara Republik Indonesia. Indomelb Community juga sering mendukung beberapa program yang dilaksanakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia seperti upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, silaturahmi dalam bidang keagamaan, turnamen olahraga, prosedur administrasi yang wajib dilakukan warga negara Republik Indonesia yang berada di Melbourne (prosedur datang dan pulang) dan lain sebagainya.

Meskipun konon katanya tiada gading yang tak klethak (eh maksudnya tak retak) tentu saja dalam suatu hubungan sosial selalu ada gesekan, goncangan, tumpang tindih kepentingan, offside kalau kata sang jangkar, tapi semua itu dirasakan sebagai bumbu-bumbu kehidupan saja, asalkan masih dalam batas kewajaran tertentu, ya remeseleh.

Sebelum terjadinya wabah Covid 19, sebenarnya Indomelb Community ini sering mengadakan kegiatan temu warga yang dilakukan di beberapa tempat yang tersebar di wilayah Melbourne. Setahu aku yang pernah dilakukan adalah di wilayah Brunswick, Coburg, dan Clayton. Dalam kegiatan temu pertemuan tersebut, para warga Indomelb Community akan saling bertukar informasi, saling silaturahmi, atau sekedar membicarakan tentang kehidupan masing-masing baik dari latar belakang di Indonesia, kehidupan di Melbourne, dan biasanya terdapat acara makan-makan hidangan khas Indonesia seperti, Empek-Empek, Gudeg, Gulai Kikil, Cilok, Jajanan Pasar ala Indonesia, Rendang, Otak-Otak, Tekwan, Ayam Bakar, dan masih banyak lagi. Untuk urusan makanan, tenang saja di Melbourne sangat mudah dijumpai makanan Indonesia dan pastinya sesuai dengan lidah dan citarasa Indonesia. Sepertinya tema tentang makanan Indonesia di Melbourne akan menjadi topik tulisanku selanjutnya.

Namun, sejak adanya pandemi Covid 19, kegiatan temu warga belum dapat dilaksanakan kembali mengingat aturan dari pemerintah Victoria yang membatasi kegiatan sosial bahkan kegiatan peribadatan atau keagamaan yang dilakukan secara bersama-sama dalam satu tempat tertentu sempat ditiadakan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi jumlah penularan virus Covid 19.  

Eh tapi, karena kebetulan aku tinggal di Coburg yang dekat dengan tempat tinggal para dedengkot Indomelb jadi aku dapat berinteraksi dengan mereka-mereka yang sangat berjasa dan berpengaruh di forum Indomelb. Aku mendapatkan banyak pelajaran, pengalaman, pengetahuan dari wejangan-wejangan dan cerita mereka. Petuah demi petuah yang aku dulang dari kisah hidup mereka. Apalah aku yang hanya newbi dibandingkan mereka...


Biasanya para pejabat kelurahan ini berkumpul di tempat makan atau restoran atau kedai, atau apalah yang penting ada menu hidangan pacitan dan makanan berat sekalipun. Kebersamaan khas ala Indonesia yang ngobrol ngalor ngidul sambil menikmati hidangan nan lezat yang dapat diterima lidah Indonesia tentunya. Jarang memang jargon mangan ra mangan asal ngumpul berlaku bagi para pejabat Indomelb, ngumpul?yo madhang..ahahaha..Nah, tempat favorit para pejabat Indomelb ini salah satunya adalah di Rumah Makan Bilal. Hmmm..aku lupa restoran asal mana ini, yang jelas lokasinya terletak di Sydney Road Nomor 860, Brunswick. Menunya sangat bisa diterima oleh lidah Indonesia seperti lamb mandi, chicken mandi, tea tarik, roti, martabak, dan beberapa jenis makanan lainnya. Kudapan atau makanan berat bisa dilibas oleh pejabat Indomelb di sini. Bahkan sampai-sampai sang pemilik resto ini sudah hapal apabila pejabat Indomelb datang. Bukan karpet merah atau pintu emas, melainkan sang owner akan mencoba melayani dengan bahasa Indonesia, dengan sedikit bercanda dan memperbolehkan untuk menikmati makanan dan minuman sampai menjelang tutup. Agenda ngumpul-ngumpul yang tidak rutin karena sibuknya para pejabat Indomelb dalam aktifitas sehari-harinya membuat momen berkumpul biasanya dilakukan apabila ada agenda penting. Beberapa agenda yang pernah aku dengarkan dibahas dalam kumpul kumpul itu seperti, agenda silaturahmi di Warr Park, agenda pihnik ke Great Ocean Road (meskipun batal karena Covid-19), dan program donasi. Semua seru, meskipun di bahas dalam bungkus bercanda, tapi so far semua dijalankan dengan baik.

Yah begitulah komunitas Indomelb sepengetahuanku, orangnya ramah-ramah, berasal dari beberapa latar belakang yang berbeda, beragam suku budaya, tapi satu asal, Indonesia. 





Wednesday, 8 April 2020

Lisensi Mengemudi Victoria

Semenjak tanggal 29 Oktober 2019, Pemerintah Victoria mewajibkan kepada seluruh orang yang mengendarai kendaraan bermotor baik sepeda motor maupun mobil di Victoria untuk memiliki lisensi atau surat mengemudi Victoria apabila tinggal lebih dari 6 bulan. Sebelumnya para pemegang visa temporari bisa saja berlalu lalang bahkan bekerja menggunakan kendaraan dengan lisensi overseas atau dari negara asal asalkan di terjemahkan dalam bahasa Inggris.

Entah alasan keamanan dalam berlalu lintas atau pembatasan eksodus para imigran yang bekerja di Victoria atau alasan penerimaan negara di kala pertumbuhan ekonomi yang sedang sulit, yang jelas dengan penerapan aturan tersebut beberapa pemegang visa temporari yang menggunakan kendaraan baik untuk bekerja atau hanya sebatas untuk mobilisasi sehari-hari agak sedikit kelabakan dengan penerapan kebijakan ini.

Pekerjaanku yang sebagai tukang antar koran menggunakan mobil pun terkenda dampak dari kebijakan ini, karena otomatis semua pengemudi wajib mengurus lisensi ini, sanksi bukan hanya ditegakkan kepada si pengemudi, tapi juga diberikan kepada si pemberi kerja, tentu tahu sendiri kalau denda/sanksi di Victoria ini tidak main-main dari besarannya, bisa bikin auto misqueen.

Nah, kali ini aku akan membagikan pengalamanku dalam membuat surat ijin mengemudi negara bagian Victoria.

Tata cara dan peraturan tentang mengemudi di negara bagian Victoria ini sebenarnya sudah dijelaskan secara gamblangoleh Vicroads sebagai otoritas perlalu lintasan di Victoria. Pun semua diunggah ke dalam website Vicroads di www.vicroads.vic.gov.au. Nah dari web ini kita bisa mengerti bagaimana tata cara mengemudi di Victoria, aturan berkendara dan rambu-rambunya, proses mendapatkan lisensi mengemudi dan lain sebagainya.

Oke baiklah..tahap pertama
Sebagai pemegang lisensi mengemudi Indonesia (SIM A) pertama-tama aku harus membuat janji dulu ke Vicroads untuk mengajukan proses verifikasi (tahapan ini ada beberapa versi ya, ada beberapa officer yang mengatakan bahwa proses verifikasi bisa dilakukan kapan saja sepanjang sebelum dilakukannya tes praktik mengemudi, tapi sekali lagi di sini aku membagikan apa yang aku alami). Proses verifikasi ini bertujuan nantinya untuk mengklasifikasikan lisensi apa yang bisa kita dapatkan, ada beberapa klasifikasi lisensi mengemudi, seperti L, P1, P2, Full License, dan lisensi untuk kendaraan dengan sumbu roda lainnya. Penentuan klasifikasi lisensi tersebut salah satunya ditentukan dari lamanya kita telah memiliki lisensi dari negara asal kita. Apabila kita telah memiliki (mengemudi menggunakan lisensi secara resmi) lebih dari tiga tahun maka kita berhak untuk mendapatkan lisensi penuh atau Full License. Tentu masing-masing klasifikasi ini memiliki implikasinya, seperti mengemudi harus didampingi oleh pemegang full license (untuk pemegang lisensi dengan klasifikasi L) tidak boleh menggunakan bantuan GPS di smartphone yang diletakkan di dashboard (untuk pemegang lisensi dengan klasifikasi P), dan lain sebagainya.

Nah saat proses janji untuk verifikasi ini, bisa dilakukan dengan menghubungi Vicroads melalui telepon, atau datang langsung ke kantor nya (sebenarnya ada opsi untuk janji online, tapi sepertinya saat itu sedang ada perawatan fasilitas sehingga tidak bisa digunakan). Untuk janji temu menggunakan telepon nanti kita akan disambungkan ke operator yang akan menanyakan kepentingan janji temu kita, oh iya tantangan janji temu melalui telepon ini adalah durasi waktu tunggunya, bisa 10 menit, 16 menit, atau bahkan aku pernah 3 x 16 menit...jadi berapa menit tuh..hehehehe...sementara itu waktu aku datang ke kantornya, dari mulai proses awal datang sampai selesai, hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit (tentu saja kondisi ini tergantung dengan antrian di kantornya ya). Nah setelah membuat janji temu, nanti si petugas akan menawarkan kepada kita tanggal dan waktu yang tersedia untuk bertemu untuk melakukan verifikasi SIM Indonesia ku. Kita bisa memilih di sini, tentu sesuai dengan ketersediaan waktu kita. Dokumen yang dibutuhkan untuk verifikasi ini adalahp pasport asli, SIM Indonesia asli, terjemahan SIM dalam bahasa Inggris, bukti alamat kita di Victoria, dan kartu bank. Pada saat proses bikin janji temu ini kita akan dikenakan biaya sebesar AU19, nantinya semua proses ada janji temu nya dan tarifnya juga sama.

Oke, itu proses janji temu untuk verifikasi SIM Indonesia. Pada saatnya tiba, si petugas akan melakukan pengecekan dokumen lisensi mengemudi tersebut dengan mencocokkan dengan paspor, serta melihat tanggal terbit lisensi mengemudi kita untuk menentukan klasifikasi SIM Victoria kita nantinya (ada beberapa kasus yang SIM Indonesianya baru saja diperpanjang, maka perlu menyampaikan dokumen surat pernyataan dan salinan dari SIM yang lama kepada Vicroads dengan legalisasi dari Kedutaan Indonesia). Proses verifikasi ini memakan waktu sekitar 10 menit saja..hehehehe...

Nah setelah selesai dengan proses verifikasi lisensi mengemudi, selanjutnya akan masuk ke tahap tes pertama, yaitu Learner Permit Test. Learner Permit Test atau disingkat saja LPT ini merupakan tes pengetahuan dasar tentang tata cara berkendara dan aturan yang ada di Victoria. Wah..musti belajar lagi dong...tenang semua sudah ada di website Vicroads. Kalau mau baca ada buku panduannya, mmmm...kalau tidak salah sekitar 80 halaman..mblenger kan..hehehehe..nah kalau males baca seperti saya, bisa langsung mengikuti simulasi atau latihan soalnya, juga di website Vicroads nya. Nah, model latihan soal ini, kita akan mendapatkan latihan soal secara online dimana soalnya tersebut merupakan soal yang sesungguhnya yang diambil dari bank data atau bank soal Vicroads. Soal yang keluar pada saat LPT akan sama persis dengan latihan soal tersebut. Meskipun tidak 100% sama ya, biasanya akan ada 3-5 soal baru yang akan keluar, ya namanya bank soal bisa saja diacak waktu LPT nya. Tapi kalau kita sering latihan di web Vicroads, kemungkinan besar kita akan lulus LPT ini. Nilai minimal LPT ini adalah kita berhasil mengerjakan dengan benar 78% dari total keseluruhan soal. Tidak sulit bukan...

Nah, setelah lulus dari LPT, test tahap berikutnya adalah tes HPT (Hazard Perception Test). Tes ini semacam untuk mengukur tingkat kewaspadaan kita di jalan raya. Kalau yang LPT tadi adalah tes tertulis pilihan ganda, HPT ini tesnya menggunakan video. Jadi layar monitor akan menampilkan rekaman perjalanan, seolah-olah kita berada di dalam mobil dengan kondisi jalan yang riil, nah nanti kita akan diminta apa yang musti kita lakukan ketika dalam kondisi tertentu. Misal kita bisa mendahului, berhenti, atau minggir atau memelankan kendaraan dan lain-sebagainya. Nah, ukuran dalam tes ini sebenarnya aku tidak tahu berapa poin minimalnya, ketika mengerjakan tes ini, hasil nya banyak beberapa catatan utamanya adalah aku harus belajar untuk berbagi dan lebih menghargai pengendara lain di jalan raya, tapi intinya lulus.

Tes berikutnya adalah tes praktik mengemudi atau disebut sebagai Driving Test (DT). Nah, DT ini adalah tes penghujung yang paling menentukan lulus atau tidaknya untuk mendapatkan lisensi mengemudi di Victoria. Banyak yang bilang aturan di Victoria dan sikap penilainya sangat strict atau ketat, seperti ban mobil menginjak marka jalan langsung gagal, melampaui batas kecepatan langsung gagal. Ya, mungkin saja benar begitu mungkin saja tidak, yang jelas memang aturan mengemudi di Victoria ini sedikit berbeda dengan di Indonesia, tapi ya tidak semuanya, toh sama-sama mengemudi di sisi kiri jalan kan..hehehehe..so tinggal lebih ketat saja dalam mentaati peraturannya. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan mengendari di Victoria ini maka aku mengambil kelas mengemudi di salah satu instruktur mengemudi di Victoria yang kebetulan juga adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di Victoria. Nah dari mengikuti kelas mengemudi tersebut, aku sekaligus mengerti tips dan trik untuk dapat lulus DT. Hal krusial yang wajib dicatat adalah benar-benar stop di tanda stop, tidak boleh melampaui batas kecepatan yang ditentukan, headcheck (ini perlu dilatih juga, karena di Indonesia tidak mengenal istilah ini, di Indonesia bahkan kita diminta untuk mempercayakan kepada spion tidak boleh tengak tengok). Satu lagi poin penting, minimalisasi gugup saat hari H DT nya, karena kalau gugup buyar semua deh latihan-latihan yang sudah dijalani.

Nah pas di hari H DT, aku juga meminta pendampingan ke instruktur kursus ku serta sewa mobilnya untuk DT. Tapi ingat, instruktur tidak boleh sama sekali membantu pengemudi dalam mengemudikan mobilnya, sekali ketahuan membantu maka lisensi instruktur nya bisa dicabut dan si pengemudi dipastikan gagal mendapatkan lisensi. Sang instruktur duduk di bangku depan sebelah kiri,sementara si penilai/penguji duduk di bagian belakang, di posisi dia bisa melihat tanda kecepatan (speedometer) dengan jelas. Di tahap awal, si penguji akan menanyakan beberapa instrumen penting di mobil, seperti tuas sign, lampu utama, lampu hazard, wiper dan washer, demisher/fogger, rem tangan dan lain sebagainya. Setelah kita menunjukkan instrumen tersebut, maka si penguji akan segera memberikan instruksi untuk mengendarai kendaraan, seperti belok kiri, belok kanan, lurus, pindah lajur, parkir, putar balik, parkir paralel dan lain sebagainya. Mengemudi di kecepatan yang sesuai dengan rambu yang ada di jalan raya, serta memastikan semua aman apabila kita berbelok, pindah lajur, atau menyeberang di persimpangan. Nah, pentingnya headcheck tadi juga dipraktikkan. Secara teori apabila hendak berbelok ke kanan maka urutannya adalah, melihat spion tengah, spion kanan, memberikan tanda lampu sign, headcheck, lalu kalau kondisi aman baru bisa berbelok. Tingkat kewaspadaan dan ketidak gugupan pada saat mengendarai mobil juga akan diperhatikan oleh penguji di sini. DT ini berlangsung sekitar 30-45 menit, dimana 15 menit pertama penguji akan menguji kemampuan dasar kita dalam mengemudi di jalan yang relatif sepi di dalam komplek perumahan. Setelah lulus tahap pertama ini, maka penguji akan meminta untuk mengendarai mobil ke jalan yang lebih ramai. Alhamdulillah dari tahap ini aku lulus....

Setelah dinyatakan lulus, kemudian aku diminta untuk diambil gambar nya (di foto), lalu tanda tangan digital serta menempelkan sidik jari ke mesin sidik jadi. Setelah membayar bea administrasi, lisensi akan dikirim ke alamat rumah dalam waktu paling lambat 5 hari kerja. Dan akhirnya lisensi mengemudi Victoria ku pun jadii..yeaaayyy dengan klasifikasi full license. Total biaya untuk mendapatkan lisensi mengemudi ini pun lengkap tersaji di website Vicroads, mmm...kira kira AU200an plus AU240 untuk kelas mengemudi dan pendampingan saat hari H DT ...






Thursday, 13 February 2020

Membeli Mobil Bekas di Melbourne

Mobil merupakan salah satu moda transportasi yang digunakan oleh masyarakat di Melbourne, selain transportasi umum seperti tram, kereta, atau bus, sepeda, sepeda listrik, scooter, atau sepeda motor dengan kapasitas silinder di atas 500cc. Untuk para masyarakat sementara atau sering disebut temporary resident, mobil merupakan salah satu moda transportasi yang dapat digunakan sebagai faktor penunjang untuk mencari uang serta manfaat lainnya seperti belanja atau berlibur bersama keluarga. Apabila digunakan dengan bijaksana, memiliki atau menggunakan mobil di Melbourne memiliki nilai ekonomis yang lebih daripada menggunakan moda transportasi umum. Bijaksana dalam hal ini adalah pintar-pintar memilih tempat parkir, efisien dalam penggunaan bahan bakar, dan gunakan mobil untuk sarana mencari dollar...hehehe...

Dengan pertimbangan tersebut pula (serta didasari pada tulisanku sebelumnya, dimana mobil merupakan salah satu faktor penting untuk bekerja di sebuah distributor koran) maka akhirnya aku pun membeli mobil bekas. Kenapa bekas, ya jelas pertimbangannya adalah harga, dan toh tidak akan lama tinggal di Melbourne ini. Nah dari harga mobil bekas sendiri, sebenarnya harga jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan harga mobil bekas di Indonesia. Kalau untuk harga mobil baru masih 11-12 lah dengan harga mobil baru di Indonesia. Harga mobil bekas di Melbourne ini, umumnya di wilayah Victoria yang sering menjadi incaran para temporary resident adalah berkisar AU1.500 s.d AU8.000, tergantung kantong nya masing-masing. Aku sendiri waktu itu menganggarkan AU2500 untuk membeli mobil dengan kriteria, mobil harchback, 4 pintu (plus satu pintu bagasi), kilometer di bawah 200.000 km, harga sudah termasuk rego dan RWC (dua hal ini akan aku jelaskan kemudian). 

Setelah menetapkan anggaran tersebut, kemudian pencarian dimulai baik melalui FB Marketplace, Gumtree, atau Carsales.com.au. Media tersebut bisa memudahkan untuk melakukan pencarian mobil dengan filter harga dan spesifikasi tertentu yang kita inginkan.Meskipun pada akhirnya aku menghubungi semacam agen atau makelar mobil yang bekerja di showroom mobil. Tentu saja tetap menggunakan filter spesifikasi yang aku maksudkan tadi.

Nah, kembali ke rego dan rwc...eit..sebelumnya bahas dulu deh otoritas nya. Vicroads. Vic roads merupakan sebuah perusahaan yang dibuat oleh negara Victoria untuk mengurusi perihal perijinan mengemudi dan registrasi kendaraan, serta mengatur tentang regulasi tentang kecelakaan, parkir, dan derek. Vicroads sendiri merupakan bagian dari Departemen Transportasi di negara Victoria. Kalau di Indonesia kan semua-muanya diurus atau ditangani atau dibawah wewenang Kepolisian dan sebagian fungsi dari Kementerian Perhubungan. So, di Melbourne ini urusan semacam denda tilang, karcis parkir itu di bawah wewenang Vicroads, bukan polisi, tapi tetep yang menindak adalah polisi, tapi urusan bayar membayar menjadi tanggung jawab Vicroads. Mungkin hal ini juga membuat polisi lebih profesional ya dalam melakukan penindakan pelangaran lalu lintas serta urusan membuat sim yang di Indonesia bisa dipermudah menjadi profesional kalau di Victoria. Ini mungkin saja lho ya..hehehehe...

Nah, rego itu adalah registrasi kendaraan, mirip mirip lah kalau di Indonesia di sebut dengan STNK atau pajak kendaraan. Rego inilah yang menjadi dasar pendaftaran kendaraan bermotor baik itu sepeda motor atau mobil (roda empat atau lebih). Jadi setiap kendaraan yang beroperasi di Melbourne wajib hukumnya untuk didaftarkan (ya iyalah..kalau gak didaftarkan nanti namanya mobil bodong, hehehehe). So, begitu ya penjelasan Rego. Nah kalau RWC atau kepanjangannya adalah Roadworthiness adalah semacam surat atau sertifikat yang menyatakan bahwa mobil kita layak jalan, kalau di Indonesia mungkin sama dengan uji KIR ya...tapi kalau di Indo kan hanya mobil barang atau mobil transportasi umum yang di uji KIR, nah kalau di Melbourne ini semua mobil bahkan sepeda motor wajib menjalani uji kelayakan.Untuk kendaraan kinyis kinyis yang baru keluar dari dealer pun wajib menjalani uji kelayakan ini, apalagi yang mobil bekas. Untuk mobil bekas sendiri, uji kelayakan ini menjadi salah satu syarat untuk balik nama kendaraan. Tidak perlu balik nama? mmm...mbahaya mas bro dan mbak sist, karena kalau ada pelanggaran atau penyalahgunaan kendaraan, yang akan menanggung adalah si pemilik kendaraan yang terdaftar di Vicroads. Denda pelanggaran di Melbourne ini gak tanggung-tanggung nilainya...bisa bikin amsyong deh pokoknya...Nah, aspek-aspek yang menjadi objek dalam uji kelayakan ini meliputi roda dan ban, steering, suspensi dan sistem pengereman, tempat duduk dan sabuk pengaman, lampu kendaraan dan reflektor, jendela mobil termasuk wiper dan semprotan air, struktur bodi (masih lempeng atau tidak, bukan masalah penyok minor ya), dan hal keamanan lainnya di bodi atau rangka atau mesin kendaraan. So kalau tidak lulus uji kelayakan ini maka mobil sudah pasti tidak bisa dibalik nama. Nah, yang melakukan uji kelayakan ini kalau di Melbourne adalah bengkel-bengkel yang sudah memiliki sertifikat untuk melakukan uji kelayakan (kalau di Indonesia kan yang melakukan uji KIR adalah Dinas Perhubungan). So, sangat direkomendasikan kalau membeli mobil bekas minta include RWC nya kepada si penjual, karena lagi-lagi apabila membeli tanpa RWC kemudian kita melakukan uji kelayakan di bengkel dan dinyatakan tidak lulus dan perlu mengganti atau membeli part yang dirasa tidak aman, bisa bisa amsyong lagi...hehehehe...tapi ingat ya, RWC ini tentang kelayakan jalan, bukan tentang kondisi mesin misal seperti kondisi main engine masih sehat atau enggak, ada oil leaking minor atau tidak, sistem transmisi masih bagus atau tidak, sektor kaki-kaki masih nyaman atau tidak. Sepanjang mobil itu aman digunakan di jalan so RWC pasti lulus. Meskipun pada praktiknya ada saja bengkel yang nakal membuat RWC RWC an, ya semacam cingcay cingcay nan sama si seller nya deh, yang amsyong si pembelinya pastinya, tapi pembeli pun kalau mau lapor bisa saja lapor ke polisi tentang RWC bodong atau palsu. Nah itu tentang Rego dan RWC. Oh iya biaya untuk pembuatan RWC sendiri berkisar antara AU150-AU300 tergantung bengkelnya, ingat ini cuma biaya buat pemeriksaannya ya, kalau ada parts atau onderdil yang perlu diganti bakalan ada biaya tambahan baik dari harga parts nya sendiri ditambah dengan biaya penggantian atau pemasangan, dan ini Melbourne..biaya jasa bisa lebih mahal daripada harga sparepartsnya. Sementara untuk rego sendiri, bisa dipilih dari 3 bulanan, 6 bulanan, atau satu tahun, untuk rego 3 bulanan berkisar AU200 something, sementara apabila ambil yang 6 bulan atau 1 tahun harganya bisa lebih murah jatuhnya. Transfer name atau balik nama bianyanya berkisar di angka AU100an. Nah lumayan juga kan biaya buat administrasi kendaraannya, makanya kalau bisa dapat mobil sudah termasuk Rego dan RWC sudah tentu bisa menekan biaya yang akan dikeluarkan setelah membeli mobil.

Nah, pada akhirnya..aku membeli mobil melalui agen dealer yang dikenalkan oleh temanku. Ini kulakukan karena aku males ribet aja untuk cek kondisi mobilnya (oh iya, beberapa dealer bisa memberikan garansi kendaraan tentu saja dengan extra biaya ya..hehehe), urus Rego dan RWC nya. So aku bilang saja ke agennya kalau aku punya budget AU2500, pengen mobil hatchback 5 pintu, kilometer di bawah 200k, harga sudah termasuk Rego dan RWC. Nah dari spesifikasi yang aku inginkan itu kemudian si agen menawarkan beberapa opsi, waktu itu yang muncul adalah Holden Barina dan Kia Rio. Lalu setelah dikirimi beberapa foto dari masing-masing kendaraan itu akhirnya pilihan jatuh ke mobil Kia Rio tahun 2006...hehehehe...tuh bayangin saja dengan nilai tukar AU1=Rp10.000 (padahal sekarang nilai tukar di bawah 10k) berarti harga Kia Rio tahun 2006 dengan kondisi kilometer sebanyak 135k adalah senilai Rp25jt. Lha..murah to...wong mobil Daihatsu Ceria ku di Indonesia saja harganya Rp35jt..wkwkwkwk...

Setelah proses pembayaran, balik nama selesai, serta Rego 3 bulan dan mobil sudah dipastikan beralih menjadi atas namaku biasa lah, ritual setelah membeli mobil bekas tetap dilakukan, standar aja sih, cuma ganti oli mesin dan oli transmisi...

Setelah mendapatkan mobil baru ini, baru deh kisah perjalanan bekerja sebagai pengantar koran dimulai..hehehehe...bakal jadi cerita selanjutnya nih...keseharian bekerja sebagai pengantar koran di Melbourne. Begitulah pengalamanku membeli bekas di Melbourne, ini bukan semacam petunjuk atau panduan ya, ini hanya berbagi pengalaman saja...



Thursday, 30 January 2020

Pekerjaan di Melbourne

Kali ini aku akan membagikan pengalaman tentang pekerjaan-pekerjaan yang aku lakukan di Melbourne. Sekali lagi ini berdasarkan pengalamanku ya, tentunya ini pekerjaan yang sudah aku alami sendiri dan mungkin (pastinya) masih banyak pekerjaan di Melbourne selain yang aku alami ini.

Oke, setelah mengalami masa depresi jobless selama dua hari..hehehe....akhirnya aku mulai mencari pekerjaan. Media pertama adalah forum Indomelb baik melalui Facebook atau Whatsapp, kemudian koran Moreland Post dan forum Queen Victoria Market serta ngider ngalor ngidul menyusuri jalanan di Melbourne untuk melihat informasi lowongan. Urutan pekerjaan di bawah ini aku susun berdasarkan urutan aku diterima kerjanya, so bukan urutan berdasarkan peringkat atau gajinya ya..hehehehe...

1. Catalogue Delivery
Pekerjaan ini aku dapatkan melalui informasi lowongan di koran Moreland Post, koran yang dimasukkan oleh para kurir nya dua minggu sekali di kotak pos. Setelah membaca di kolom lowongan kerja, ada lowongan kerja sebagai catalogue delivery di Salmat Hub...Segera aku apply lowongan ini melalui email dan setelah mengisi beberapa formulir dan mengirimkan beberapa persyaratan akhirnya aku diterima bekerja sebagai catalogue delivery. Catalogue delivery ini sering juga disebut junk mail delivery, karena banyak orang yang menganggap kalau katalog belanja itu di era paperless hanya akan berakhir di tempat sampah, bahkan belum sama sekali di baca. Jadi catalogue delivery itu tugasnya adalah mengantarkan katalog belanja dari retail atau supermarket atau flier dari suatu organisasi (Woolworths, Coles, BWS, REPCO, Supercheap, BIGW, IGA, Foodworks, dan masih banyak lagi) untuk dikirimkan atau dimasukkan ke dalam kotak pos tiap tiap rumah (tentu kecuali untuk kotak surat yang sudah menempelkan tanda NO JUNK MAIL atau Australian Post ONLY). 

Setelah mendaftar sebagai catalogue dalivery ini, aku diminta untuk mengunduh dan menginstal aplikasi Salmat Hub, kemudian supervisor dari Salmat Hubb akan memberikan area dimana kita akan mengedarkan catalogue tersebut. Biasanya akan dicarikan area terdekat dengan tempat kita tinggal. Pada saat itu aku mendapatkan area pengiriman dengan jumlah alamat sekitar 500 alamat rumah atau sekitar 8 blok. Setelah dikirimi area tersebut dan kita menyetujui, nanti akan ada permintaan kapan kita akan mengirimkan catalogue, apakah sekali seminggu di weekdays atau di weekend atau malah ambil dua dua nya. Waktu pertama aku ambil dua dua nya, ya karena saking semangatnya ketrima kerja..hehehehe...Nah jadi setiap waktu pengiriman (waktu itu jadwal pengirimanku adalah hari selasa-rabu dan sabtu-minggu), sehari sebelumnya dari  Salmat Hub akan mengirikan katalog belanja...saat itu aku menerima sekitar 500 eksemplar per katalog belanja (per retail) dan biasanya jumlah retailnya ada sekitar 6-9 retail..(Coles, Woolsworth, SuperCheap, Repco, Chemist, BigW, Target, KMart dan lain sebagainya) yaaa jadi totalnya ada sekitar 4500 lembar katalog yang harus aku kirimkan ke tiap tiap rumah. Oh iya, jadi pas katalog itu aku terima masih dalam bundel yang terpisah, dan aku musti menyatukan katalog katalog tersebut menjadi satu bundel yang sama. Pengerjaan untuk menyatukan bundel ini memakan waktu kurang lebih 2 sampai 3 jam...dan ya lumayan lah punggung berasa karena duduk bersila dan mengatur katalog katalog tersebut. Nah setelah katalog sudah disatukan tinggal bersiap-siap mengantarkan katalog tersebut ke kotak pos rumah rumah. 

Dengan jumlah yang amat banyak itu, biasanya aku menggunakan troli dorong atau sepeda. Nah pada saat melakukan pengiriman katalog tersebut, akan diminta untuk menghidupkan aplikasi Salmat Hub dan mengaktifkan GPS nya, jadi nanti si aplikasi tersebut akan secara online menandai rumah-rumah mana yang sudah dikirimi katalog tersebut, canggih bukan (meskipun kadang-kadang ada supervisor yang akan melakukan random check dan memastikan apakah katalog tersebut benar-benar diantar). Setelah kita selesai, maka aplikasi peta Salmat Hub tersebut akan dipenuhi dengan dot atau titik titik rumah yang sudah kita kirimi katalog. Lalu di akhir pengiriman kita tinggal klik end maka aplikasi akan menyimpan lalu tinggal tunggu deh waktu pembayaran atau gajian...hehehehe...

Dari pengiriman katalog tersebut rata-rata aku menerima AU75 per periode kirim...ya mungkin g seberapa ya kalau dibandingkan dengan jam kerja yang aku butuhkan mulai dari pengemasan katalog sampai mengirimkan ke rumah. Tapi selain dapat uang, ada keuntungan lain yaitu exercise..karena dari total 8 blok yang aku kirimkan tersebut aku berjalan atau bersepeda sekitar 2 jam, lumayan lah bakar kalori..hehehehe...so itu manfaat lain dari catalogue delivery.

2. Setup Pack Up di Queen Victoria Market 
Nah pekerjaan ini sangat disukai oleh beberapa orang yang sedang tinggal di Melbourne, mmmm...gak tau juga sih suka atau tidak, tapi banyak orang Indonesia yang bekerja di pasar ini sebagai tenaga set up dan pack up atau jaga kios/toko. Meksipun katanya, ini katanya lho...bayarannya di bawah upah minimum yang ditetapkan di Melbourne. Nah, lalu apa sih setup pack up itu...sabar sebentar...nanti aku jelaskan...proses pertamanya aja ya...jadi setelah gegalauan lontang lantung tidak punya kerjaan, akhirnya setelah mendapatkan dorongan semangat dari istri tercinta aku berangkat menuju Queen Victoria Market. 

Gambaran singkat Queen Victoria Market ini adalah salah satu pasar tradisional di Melbourne yang menjajakan mulai makanan basah (sayur, daging, ikan, buah, dan bumbu-bumbu dapur serta makanan lainnya), hingga ke pernak pernik souvenir khas Melbourne (seperti gantungan kunci, boneka, kaos, cinderamata dari kayu dan lain sebagainya), adapula kebutuhan lain seperti asesoris HP, perlenkapan dapur dan lain lain deh...Nah waktu pencarian pekerjaan itu aku masih berpikir kalau para pedagang di pasar akan menempelkan informasi lowongan pekerjaan di tiang atau tembok atau pintu kiosnya, so pada saat hari pertama menginjakkan kaki di pasar itu aku ngider keliling pasar untuk mencari info lowongan pekerjaan yang ditempel. Ternyata nol besar..gak ada iklan lowongan yang ditempel...hehehehe...Setelah beberapa saat hampir putus asa, kemudian aku bertanya di forum komunikasi Vicmarts di aplikasi Whatsapp..menunggu jawaban seperti lagunya Padi akhirnya ada salah satu member (sebut saja mas Zicko) di forum tersebut yang memberitahukan lowongan pekerjaan sebagai tenaga setup pack up di toko aksesoris HP. 

Aku gak peduli pekerjaan apa itu, yang penting dalam pikiranku adalah aku bisa mendapatkan pekerjaan. Lalu  aku dikenalkan dengan pemilik kios aksesoris HP tersebut (sebut saja Isaac). Di situ aku mengutarakan niatku untuk bekerja (tentu saja dengan kondisi waktu yang aku miliki karena menyesuaikan dengan jadwal kuliah istri), dan setelah disepakati aku diminta datang untuk training di hari berikutnya. Alhamdulillah dapat kerja di pasar.

Nah, jadi pekerjaan set up dan pack up itu adalah pekerjaan mempersiapkan barang dagangan atau menyiapkan kios. Jadi di pasar ini lapak atau kios para pedagang akan di rolling sebanyak 3 kali dalam seminggu, katanya sih bertujuan untuk aspek pemerataan, karena ada lokasi strategis dan kurang strategis. So, barang dagangan akan dimasukkan ke dalam box besar sebesar lemari pakaian dengan roda di bawahnya yang terbuat dari alumunium setiap sore harinya (tugas pack up), dan pada keesokan harinya barang dagangan tersebut dikeluarkan dari dalam box tersebut kemudian disiapkan atau ditata untuk kemudian diperjual belikan (tugas set up), nah yang memindahkan box-box tersebut secara reguler adalah petugas pasar, dipindahkan sesuai jadwal dan lokasi lapak yang sudah ditetapkan sebelumnya. (sayang sekali foto-foto aku saat melakukan set up dan pack up sudah terhapus dari memori HP..hiks hiks...), mau toko baju, souvenir, ataupun aksesoris HP.

Nah setelah diterima kerja di toko aksesoris HP tersebut, di hari pertama kerja aku diajarin bagaimana mengatur display dagangan, menghafal letak boks kecil, letak dimana casing atau softcase HP ditaruh berdasarkan jenis atau tipe hp nya (kebanyakan sih aksesoris Apple dan Samsung). Jujur saja, di awal-awal kerja sempat mengalami stres karena aku merasa tidak bisa menghafal letak barang dagangan, di hari ke enam kerja aku bilang sama juraganku kalau di hari ketujuh aku tidak bisa improve, aku akan mengundurkan diri..ya aku merasa tidak enak saja niatnya membantu e malah nambah merepotkan. Tapi si juraganku dan si mas Z malah memberikan motivasi, hal itu biasa terjadi kok di awal-awal kerja, nanti biasanya setelah dua minggu akan hafal dengan sendirinya. Dan benar saja, di hari ketujuh aku menunjukkan tanda tanda membaik, dari yang sebelumnya aku set up membutuhkan waktu selama 3 jam akhirnya bisa aku kerjakan selama 1,5 jam kemudian pack up yang sebelumnya aku membutuhkan waktu selama 2 jam aku bisa kerjakan dalam waktu 45 menit saja. Dari sini pun aku tersadar, suatu pekerjaan itu kalau ditekuni dengan giat dan serius pasti bisa dikerjakan. BISA KARENA BIASA. 

Nah untuk insentif yang aku terima sendiri, di toko Isaac ini adalah AU20 untuk set up dan AU20 untuk pack up, kalau di toko lain ada yang mencapai AU30 per pekerjaan, tapi sesuai kok dengan beban kerjanya...aku pernah membantu back up teman yang sedang ada urusan, untuk membantu set up dan pack up di toko baju yang per pekerjaannya dapat AU25, dan ternyata konsekuensinya pekerjaannya lebih berat, karena display baju menggunakan rak atau gantungan yang terbuat dari besi, dan lagi pula jumlah baju yang banyak ternyata berat juga dan butuh waktu untuk menyusun dalam box alumuniumnya. So meskipun hanya mendapatkan upah AU20 saat itu aku sudah enjoy bekerja di toko Isaac, dan meskipun dia adalah orang yang berasal dari Hongkong, tapi dia orangnya baik sering berbagi cerita sambil bekerja, dan membagikan makanan halal (baca buah pisang..hehehehe). Dan selalu saja, si Jiji (istrinya Isaac, menanyakan sampai kapan aku bisa bekerja disitu, karena menurut dia aku sudah sangat bagus melakukan pekerjaan set up dan pack up di situ, *baca cepat dan tepat). Aku hanya bisa menjawab, satu-satunya alasan aku berhenti bekerja di pasar adalah jadwal kuliah istri...kalau nanti jadwalnya bentrok pasti aku akan mencari pekerjaan lain (dan nanti ternyata ini terjadi, setelah bekerja selama kurang lebih 6 bulan aku berhenti bekerja di pasar karena jadwal kuliah istri lumayan padat dan jam nya bentrok dengan jam set up dan pack up di pasar). Oh iya, waktu untuk set up adalah (yang aku alami ya) pukul 06.00 pagi untuk hari Selasa dan Kamis, pukul 07.00 untuk hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Sedangkan untuk pack up adalah pukul 15.00 untuk hari selasa dan kamis, pukul 15.30 untuk hari jumat, dan pukul 16.00 untuk hari sabtu dan minggu. Semua disesuaikan dengan jadwal buka dan tutup pasar.

3. Uber Eats Foods Delivery
Nah ini pekerjaan ketiga yang aku lakukan. Pekerjaan ini mirip lah sama Go Food atau Grab Food di Indonesia. Sama-sama kurir yang bertugas untuk mengantarkan makanan dari restoran ke pelanggan atau konsumen. Cuma bedanya adalah, kalau di Uber Eats ini alurnya adalah, konsumen memesan menu ke restoran, restoran menerima pesanan dan menyiapkan menu, restoran memesan rider atau kurir pengantar makanan, kurir menerima pesanan, kurir datang ke restoran mengambil makanan, kurir mengantarkan makanan ke konsumen. Jadi perbedaan mendasarnya adalah yang memesan driver nya adalah restorannya, dan si driver pun tidak perlu merogoh koceknya untuk membayar makanan, karena begitu memesan konsumen sudah membayar ke restorannya, so tugas driver hanya murni jasa antar makanan, bukan jasa membelikan dan mengantarkan makanan.
Nah proses untuk mendaftar sebagai driver Uber Eats ini dilakukan secara online. Mengisi formulir dan melampirkan beberapa persyaratannya (termasuk SKCK dari kepolisian setempat yang dilakukan juga secara online). Setelah semua aplikasi di terima oleh pihak Uber Eats, maka mereka akan melakukan verifikasi dan validasi terhadap aplikasi tersebut. Setelah terverifikasi dan tervalidasi, maka calon driver  akan diminta untuk melakukan aktifasi di aplikasi Uber Eats Driver. Oh iya, terdapat beberapa akun driver ya, tergantung moda transportasi yang digunakan, seperti sepeda, sepeda motor, atau mobil. Tentu saja aku memilih moda sepeda sebagai sarana antar makanan tersebut. Setelah akun kita aktif, kemudian dari pihak Uber Eats akan mengirimkan tas Uber Eats nya ke alamat yang kita daftarkan (sebelumnya kita diminta untuk mengirimkan deposit sebesar AU30, yang nantinya bisa kita cairkan kalau kita mengembalikan tas Uber Eats tersebut). 
Di awal mula menjalani sebagai kurir jasa antar makanan, aku menggunakan sepeda manual atau sepeda biasa (sepeda yang sama dengan sepeda yang aku gunakan untuk mengantar katalog), tapi karena lama-lama dirasa capek dan medan jalan yang naik turun akhirnya aku putuskan untuk membeli sepeda listrik...Pada saat itu, area tempat mangkalku atau restoran yang sering aku antar makanannya adalah restoran yang berada si sekitar Lygon Street, Nicholson Street dan Sydney Road. Pekerjaan Uber Eats ini merupakan pekerjaan yang paling fleksibel karena terserah  kapan mau menyalakan aplikasi dan mengantarkan makanan. Pada awal masa menjadi driver/rider, aku selalu online dari jam 10.00 s.d jam 12.00, lalu kembali online lagi dari jam 13.00 sampai 16.00, lalu online berikutnya dari jam 18.00 sampai jam 21.30. Namun, setelah mengetahui jam rame dan jam sepi order Uber Eats, aku hanya online pada pukul 17.30 sampai dengan pukul 22.00 (meskipun jam online nya sedikit tapi ternyata lebih efisien). Dengan pola online ku ini rata-rata penghasilan Uber Eats per jam adalah AU25.

Setelah beberapa waktu mengantarkan makanan menggunakan sepeda listrik, aku akhirnya meng upgrade moda transportasi menjadi mobil. Awalnya aku melakukan ini agar bisa melakukan kombinasi pengiriman makanan sesaat setelah mengirimkan koran pada pagi hari atau saat sedang jalan-jalan sama keluarga, jadi bisa sekaligus gitu..hehehe...Selain itu, pada saat itu orderan makanan melalui sepeda sedang sepi, mmmm...kalau tidak salah waktu itu sedang musim liburan sekolah dan cuaca juga sedang bagus sehingga kebanyakan orang lebih senang pergi ke luar rumah untuk menikmati makanan sambil berbincang dengan teman-temannya di restoran. Selain itu juga, pada saat musim liburan jumlah kurir pengantar makanan akan bertambah, dimana para student akan turun ke jalan untuk bekerja sebagai pengantar makanan.

Eeee...ternyata oh ternyata, setelah pindah ke akun mobil, malah akun sepeda yang ramai...ahahahaha...memang ya peribahasa rumput tetangga selalu lebih hijau itu benar adanya. Hehehe...tapi ya sudah lah, secara sulit kemungkinan untuk downgrade dari akun mobil ke akun sepeda lagi. Yowis, dijalani sebagai niat awal untuk kombinasi dengan jasa pengantaran yang lain.

4. Ngoran (Distributor Koran)
Nah, pekerjaan ini merupakan salah satu pekerjaan favorit dilakukan atau dikerjakan oleh orang Indonesia di Melbourne, khususnya yang sedang menempuh pendidikan di Melbourne. Alasannya sederhana, karena jam kerjanya dilakukan sebelum jam kerja normal (antara pukul 02.00 - 08.00) so tidak mengganggu aktifitas para mahasiswa yang sedang menempuh studi di sini. Seara garis besar, ngoran adalah mendistribusikan koran dari publisher kepada konsumen baik masyarakat rumahan atau perkantoran, serta mendistribusikan kembali ke agen-agen koran atau toko toko kecil yang menjual koran. Proses mendistribusikan koran ini menggunakan kendaraan roda dua atau empat (tapi kebanyakan menggunakan roda empat alias mobil)., karena jumlah koran yang berkisar antara 150 eksemplar sampai hampir 800 eksemplar. 

Sebelum didistribusikan, koran akan dikemas terlebih dahulu atau istilahnya di wrap baik dalam bentuk gulungan (roll) atau flat (flatpack). Nah, di awal karir (widih gaya..pakai istilah karir segala) ngoran karena aku belum memiliki kendaraan (mobil) so aku bekerja sebagai roller (tugasnya adalah mengemas koran menjadi gulungan, dengan menggunakan mesin tentunya. Cerita sehingga aku bisa masuk di distributor koran ini adalah referensi dari rekan ku di Indonesia yang bernama Bilal (thanks mas Bilal). Waktu itu aku diberikan kontak orang Indonesia yang bekerja sebagai manajer di distributor koran di Melbourne. Setelah dikenalkan, kemudian aku menjelaskan kondisiku yang tidak memiliki mobil, tapi juga tidak menutup kemungkinan untuk membeli mobil. Nah, pada saat pertama menginformasikan hal tersebut, pak menejer (panggil saja Mustafa) memberitahukan bahwa untuk posisi lowongan yang tersedia adalah driver, sementara untuk roller dan wrapper sedang tidak ada lowongan, meskipun begitu nanti apabila ada lowongan untuk kedua posisi tersebut akan segera diinformasikan.Oke baiklah....
Nah, setelah menunggu sekian waktu..akhirnya aku dihubungi mas Mustafa kalau ada lowongan sementara sebagai roller koran (karena roller yang sebelumnya sedang pulang sementara ke Indonesia). Alhamdulillah....nah kemudian setelah itu, dimulailah kerjaku di distributor koran (saat itu aku masih bekerja sebagai tenaga set up pack up di pasar). Untuk pekerjaan roll koran ini, pekerjaannya dimulai pada pukul 02.00 sampai sekitar pukul 04.00. Ketika koran datang dari publisher, maka roller akan segera menggulung koran dengan mesin secepat yang bisa dilakukan. Hal ini dilakukan karena koran harus segera didistribusikan kepada para konsumen, selain tuntutan dari pada konsumen, kondisi lalu lintas akan semakin sulit apabila koran terlambat dikirimkan. 

Di awal pekerjaan ngeroll koran ini aku juga merasa stres karena aku merasa lambat sekali, partner roll ku saat itu senior, sudah bekerja bertahun-tahun di distributor koran itu...sebagai perbandingan partner ku bisa menyelesaikan 3 bulk koran, sementara aku baru bisa menyelesaikan 1 bulk koran. Kata mas Mustafa hal itu wajar saja, karena aku masih baru, dan nanti selama ada niat dan kerja keras pasti bisa ngeroll koran dengan cepat. Benar saja, hari ini alhamdulillah aku tergolong cepat menggulung koran, bisa dikatakan aku bisa menyelesaikan 10 bulk koran (1 bulk terdiri dari 100 eksemplar koran dalam waktu 30-45 menit). 

Seiring berjalannya waktu, akhirnya (berkenaan dengan bentrok kuliah istri dengan jadwal kerja di pasar) aku keluar dari pekerjaan pasar dan memutuskan untuk membeli mobil yang kemudian aku gunakan untuk mengantarkan koran hingga saat ini. Pada saat pertama mengantarkan koran tentu saja akan mengalami kebingungan, bagaimana cara melemparkan koran dari dalam mobil dan masuk ke dalam properti rumah konsumen tanpa merusak properti konsumen tersebut seperti kaca, tanaman, kotak surat, pagar, dan lain-lain. Diawal proses ngerun (istilah tukang antar koran) aku harus turun dari mobil
untuk memastikan alamat pelanggan, koran terlempar dengan baik dan benar. Satu per satu...kebayang berapa waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan 150-bisa mencapai 700 koran apabila setiap pelanggan kita harus berhenti, buka pintu, memastikan alamat pelanggan, lalu melempar koran). Yah...bener istilah BISA KARENA BIASA...di awal memang karena belum terbiasa sangat sulit melempar koran dan tepat mengenai sasaran (bukan sasaran kaca ya..hehehehe) tapi lama kelamaan akhirnya terbiasa bisa melempar koran dengan sudut 360 derajat baik ke arah depan, samping kanan, samping kiri,atau belakang. Alamat pelanggan pun lama kelamaan kita akan hapal dengan sendirinya jadi tidak perlu turun untuk memastikan apakah koran dikirim ke alamat yang benar. 

Nah insentif yang diterima dari bekerja ngoran ini alhamdulillah jauh lebih baik dari upah yang aku terima dari pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Dengan rate sebesar AU24/jam dengan jumlah jam kerja sekitar 30 jam seminggu (ini termasuk ngeroll atau ngewrap koran ya). 

Berikut ini adalah cuplikan sepotong adegan aku melempar koran (terima kasih sudah direkam mas cahyo.
 
5. Yello Courier
Yello Courier ini gak beda jauh dengan Uber Eats. Sesama jasa pengantaran berbasis aplikasi. Ada dua model order dalam aplikasi Yello ini. Satu order di sebut booking order satu lagi di sebut roaming order. Dalam booking order, konsumen atau merchant akan merilis jadwal pengiriman di jadwal tertentu sehingga jatuhnya nanti kita akan di book pada jadwal tertentu untuk melakukan pengiriman barang di merchant tertentu. Merchant yang telah bekerja sama dengan Yello adalah ritel terbesar di Melbourne (sebut saja Woolworths), lalu ada BWS, EB Games, Pet n Stock, dan beberapa restoran pizza dan kafe kopi. Untuk Woolworths, BWS, Pet n Stock umumnya menggunakan sistem booking dan roaming sekaligus, sementara untuk restoran akan menggunakan sistem booking. Kalau sistem roaming, mirip dengan aplikasi Uber Eats, jadi ketika ada order pengiriman, restoran akan mengirimkan order kepada para kurir yang berada pada radius atau jangkaun tertentu. Untuk roaming sendiri pun, restoran dapat memberikan rate per jam sesuai kemampuan atau kemauan mereka. Selama menjadi kurir Yello, aku belum pernah mencoba menjadi kurir order booking, karena menurutku menjadi tidak fleksibel. Karena kita akan di hire oleh merchant selama beberapa jam, jadi ada atau tidak ada order selama jam hire tadi, kita harus wajib stand by di lokasi restoran. Sementara untuk roaming, aku bebas untuk memutuskan antar atau tidak antar order pengiriman. Yang sudah aku jalani bersama aplikasi Yello ini adalah mengantarkan order di Woolworths. Seiring adanya pandemi yang membatasi orang untuk berpergian, belanja barang kebutuhan sehari hari secara online menjadi satu pilihan yang menarik bagi masyarakat. 

Tugas dalam proses pengantaran ini adalah, pertama aku akan melakukan atau stand by di aplikasi Yello, ketika ada order muncul maka aku harus dengan segera mengambil order tersebut karena tentu harus bersaing dengan kurir kurir yang lain. Setelah mendapatkan order yang sesuai dengan yang diinginkan (baik dari lokasi merchant, estimasi jarak pengantaran dan estimasi berat atau tidaknya barang bawaan) lalu menjelang waktu pengiriman aku akan mendatangi/menemui petugas di dekat area kasir (biasanya mereka sudah menempatkan pegawai khusus yang menangani pengiriman atau order secara online). Setelah itu, aku akan menyebutkan nomor order di aplikasi, kemudian si pegawai akan mengecek di sistem mereka apakah pesanan sudah siap atau belum. Kalau belum, maka mereka akan meminta aku untuk menunggu, kalau sudah siap mereka akan mengarahkanku ke troli yang sudah terisi dengan barang belanjaan. Kemudian aku akan memasukkan barang-barang tersebut ke dalam bagasi mobil. Oh, iya kadang-kadang dalam satu kali order aku bisa mengantarkan ke lebih dari satu alamat, maksimal tiga alamat. Tentu saja dengan kompensasi biaya tambahan serta jalur yang disesuaikan melalui aplikasi. Rate pengiriman aplikasi Yello ini berada di kisaran $13 per order, apabila dapat dua alamat maka akan menjadi $20 dan $27 untuk tiga alamat. Oleh karena pekerjaan ini berdasarkan aplikasi, ketika mengambil barang, memulai perjalanan pengantaran, hingga tiba di lokasi pengantaran serta selesai melakukan pengantaran, aku akan mengkonfirmasi melalui tombol yang tersedia di aplikasi, dengan adanya tombol ini merchant atau pelanggan dapat mengetahui posisi dan apa yang sedang kita lakukan.  

6. Amazon Flex Courier
Tentu kita sudah awam dengan Amazon bukan, itu lho salah satu leader dalam dunia online marketplace Awalnya Amazon merupakan online marketplace yang fokus pada penjualan buku secara online. Namun, seiring berjalannya waktu akhirnya Amazon menampilkan berbagai produk di halaman web nya. Nah, pada awalnya (ini konon katanya), Amazon tidak memiliki jasa antar sendiri melainkan bekerja sama dengan provider pengiriman yang lain, baik melalui jasa ekspedisi, kurir, maupun pos. Lagi-lagi, entah karena alasan ekonomi demi efisiensi atau bergesernya jaman, akhirnya Amazon mulai memberdayakan masyarakat untuk dapat terlibat dalam pengiriman barang-barang milik Amazon atau yang dijual melalui website Amazon. Oh iya, kisaran upah atau gaji menjadi kurir Amazon ini sebenarnya terhitung cukup lumayan, berada di kisaran $25-$40 per jam, tergantung area pengiriman, jumlah barang yang dikirimkan serta efisiensi waktu dalam mengirimkan barang-barang tersebut.

Aku mendaftar menjadi kurir Amazon ini setelah sebelumnya melakukan pengurusan untuk pembuatan ijin mengemudi di negara bagian Victoria sekaligus asuransi (dokumen ini aku juga gunakan sebagai syarat untuk menjadi kurir Uber Eats via mobil). Tentu saja, informasi lowongan kerja di Amazon ini aku dapatkan dari salah seorang rekan yang lebih dulu berkelana di Melbourne dan bekerja sebelumnya di Amazon. Sebut saja Mas Farchan...hehehehe....setelah sebelumnya ada pengalaman  lucu ala cah was was pada saat penandatangan formulir pendaftaran. Mmmm...ben wae lah tak ungkapkan di sini, namanya juga cerita kehidupan. 

Nah jadi pada saat mengisi formulir pendaftaran, formulir itu wajib ditandatangani oleh saksi yang juga memiliki ijin mengemudi di Victoria. Nah, karena waktu itu aku masih was was tingkat gak ketulungan, akhirnya aku takut dan gak mau tanda tangan di formulir pendaftaran mas Farchan, dengan alasan di kepalaku adalah sewaktu waktu aku bisa dinominate kalau ada pelanggaran lalu lintas, pada saat itu aku gak kepikiran kalau aku bisa saja appeal apabila tetiba ada orang yang nominate pelanggaran lalu lintas ke akun berkendaraku, dan bahkan si pembuat nominate akan dijatuhi hukuman yang lebih berat apabila membuat nominate palsu. Lhadalah..ndilalahnya ketika giliran aku daftar kurir Amazon Flex ini, mas Farchan mau berbaik hati untuk membubuhkan tanda tangan dan nomor ijin mengemudianya di formulir ku,,,hehehehe...matur nuwun yo mas, ternyata di balik ke wah an mu di sosial media yang sering mancing emosi ternyata sejatinya jenengan itu baik (ini ada juga cerita di saat aku nggonduk sama mas Farchan karena beberapa komen yang menurutku sebagai cah melankolis, menusuk hati...trus pas ngobrol ternyata di balik komentar itu sebenarnya mas Farchan ha ha hi hi saja...aseeeemmmm).

Oke. lanjut ya...setelah mengisi aplikasi atau formulir pendaftaran, aku menunggu sekitar dua bulan hingga akhirnya diterima sebagai kurir Amazon Flex. Waktu tunggu ini disebabkan oleh jumlah antrian orang yang mendaftar sebagai kurir Amazon Flex. Setelah diterima, lalu aku mengunduh dan menginstal aplikasi Amazon Flex for Driver, aplikasi ini memang belum tersedia di GPlay Store, melainkan diunduh dan diinstal dari website Amazon sendiri. 

Cara kerja dari Amazon Flex ini dimulai dari proses mencari blok (order di Amazon di sebut blok). Pada umumnya Amazon akan menerbitkan blok blok pada hari jumat sore (untuk model booking, ya hampir mirip dengan Yello) atau akan terbit blok dadakan (mirip roaming nya Yello) pada hari H pengantaran. Nah, pada saat hari jumat sore sekitar pukul 5 sampai 6, Amazon akan merilis banyak blok, lebih dari 50 blok akan rilis di jam tersebut. Tantangan di sini adalah bagaimana mendapatkan blok tersebut dengan sangat cepat karena harus bersaing dengan kurir-kurir yang lainnya. Untuk mendapatkan blok Amazon ini, aku harus melakukan refresh berkali-kali dan ketika muncul aku harus dengan cepat men swipe tombol accept yang tertera aplikasi. Oh iya, Amazon Flex di Victoria ini memiliki beberapa warehouse seperti Melbourne Airport, Mulgrave, Preston, dan Truganina (pada saat awal berdiri terdapat warehouse di daerah Dandenong, namun kemudian warehouse tersebut pindah ke Mulgrave). Tantangan untuk mendapatkan blok tadi sangat sungguh luar biasa, karena pada saat awal-awal banyak kurir yang sama sekali tidak mendapatkan blok. Hingga akhirnya ada saja kurir yang melakukan perbuatan curang dengan menggunakan aplikasi bantuan atau alat bantuan untuk mendapatkan blok tersebut. Pada saat mencari blok pun, aku awalanya sih sempat pilih pilih warehouse yang dekat dengan rumah, namun karena urusan untuk mendapatkan blok ini sangat sulit hingga akhirnya aku tutup mata area warehouse nya, yang penting dapat blok, itu saja. Karena boro-boro bisa milih warehouse, dapet blok saja sudah sangat alhamdulillah. Akhirnya dengan metode waton swipe tersebut aku bisa saja mendapatkan blok untuk satu minggu penuh kecuali sabtu dan minggu. Kalaupun aku tidak dapat mendapatkan blok seminggu penuh, aku masih bisa stand by di hari H sekitar pukul 7 pagi sampai 10 pagi untuk memantau apabila ada kurir yang membatalkan pengiriman.

Setelah mendapatkan blok, aku akan tahu di warehouse mana aku akan mengambil barang atau memulai perjalanan untuk melakukan pengiriman, serta jam pengiriman. Cuma memang, kurir tidak akan tahu kemana lokasi pengiriman sebelum kurir tiba dan melakukan check ini di area warehouse. Setelah sampai di warehouse, pertama aku lapor kepada petugas yang disebut station officer. Pada saat lapor ini, petugas akan menanyakan dan meminta kita untuk menunjukan lisensi mengemudi serta menyebutkan jadwal pengantaran sesuai aplikasi. Oh, iya jangan lupa ya, segera setelah tiba di warehouse, pencet tombol I arrived di aplikasi Amazon Flex. Tujuannya satu, agar si Amazon melalui aplikasi nya tau bahwa si kurir telah tiba di warehouse. Petugas station kemudian akan mengarahkan kurir untuk mengantri di garis antrian, setelah itu aku akan segera menuju tempat check in. Jadi meskipun sudah menyatakan tiba di warehouse, kurir tetap wajib untuk melakukan check ini dengan cara menempelkan barcode yang muncul di handphone setelah menyatakan tiba di warehouse. Barcode tersebut kemudian digunakan untuk memindai kode QR yang tersedia di layar komputer yang sudah disediakan oleh petugas station di warehouse. 

Setelah melakukan pemindaian tersebut, petugas station akan mendorong rak yang berisi paket yang harus dikirimkan (selama aku melakukan pengiriman Amazon ini paket paling sedikit adalah 24 paket, paling banyak 45 paket) terdiri dari surat dan paket karton. Pengiriman paket ini dibagi dalam suburb area, jadi meskipun jumlahnya banyak, alamt pengiriman paket tersebut berada dalam satu wilayah suburb yang sama. Meskipun pernah juga mendapatkan alamat pengiriman di dua suburb yang berbeda, namun tetap saja area pengiriman dua suburb tersebut bersebelahan. Sesaat setelah troli paket tiba di dekat area mobil, maka aku akan dengan segera memasukkan paket tersebut ke dalam mobil. Tentu saja, sebelum memasukkan paket ke dalam mobil aku akan mengcek jumlah paket yang harus aku antarkan hari itu di label yang ditempelkan di troli tersebut. Hal ini dilakukan juga untuk melakukan pengecekan kembali apabila nantinya ditemukan jumlah paket yang di troli tidak sesuai dengan jumlah yang ada di label. Pernah di sini kejadian jumlah paket yang aku masukkan ke dalam mobil berbeda dengan jumlah yang ada di label, baik dari gagal scan (oh iya, pada saat memasukkan paket ke dalam mobil, kurir harus memindai kode QR di setiap paket ke dalam aplikasi Amazon Flex di handphone) atau petugas station yang lalai menulis jumlah paket di label. Meskipun semua bisa di atasi, tapi tetap saja ada waktu yang terbuang. Salah satu trik yang diajarkan oleh Mas Farchan pada saat memasukkan barang di mobil adalah memisahkan paket berdasarkan area pengiriman dan ukuran paket, biasanya amplop di bangku kiri depan, paket ukuran besar di bagasi belakang, sedangkan paket karton kecil medium diletakkan di bangku baris kedua. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pencarian ketika telah tiba di alamat pengiriman.

Setelah urusan memasukkan paket selesai, maka aku akan segera memencet tombol memulai perjalanan di aplikasi. Aplikasi akan menunjukkan rute pengiriman sesuai dengan list yang sudah diinput oleh sistem. Dengan rute pengiriman ini, kurir tidak perlu lagi menyesuaikan atau membuat rute sendiri karena semua sudah diatur sedemikian rupa oleh aplikasi Amazon Flex. 

Berangkaattttt....nah, perjalanan dari warehouse menuju alamat pengiriman ini sebenarnya biasa saja sih, tinggal mengikuti rute sesuai aplikasi. Sepertinya ada radius jarak maksimal pengiriman, kalau tidak salah maksimal 25 km dari warehouse, kalau lebih dari 25 km biasanya akan dialokasikan ke warehouse yang lain.  Pencarian alamat pun selain terbantu dengan aplikasi, penomoran rumah di Melbourne ini sungguh sangatlah rapi sehingga tidak sulit untuk menemukan alamat pengiriman.

Pada saat tiba di alamat pengiriman, setelah paket siap di tangan, mobil sudah terparkir dengan baik dan benar (ingat ya dalam proses kirim mengirim barang tetap harus tertib dalam perparkiran, daripada malah boncos buat bayar denda parkir dan sebagainya..hehehehe..) paket kemudian di pindai kembali (hal ini bertujuan agar tidak terjadi salah kirim atau salah alamat, karena paket yang dipindai harus sama dengan paket yang tertera di aplikasi sesuai dengan alamat rumah dan kode QR nya. 

Dikarenakan pandemi Covid 19, setiap pengantaran paket, kurir tidak wajib untuk bertemu dengan pelanggan untuk meminta tanda tangan. Jadi tinggal taruh di area yang aman atau sesuai dengan permintaan pelanggan, pencet tombol bel rumah untuk menandakan paket sudah tiba, atau memberikan pemberitahuan melalui aplikasi baik melalui pesan atau telepon (untuk pemberitahuan melalui aplikasi ini jarang aku lakukan kecuali memang ada alamat pengiriman yang spesial seperti apartemen, atau alamat yang susah ditemukan) dan jangan lupa foto lalu unggah ke aplikasi Amazon Flex. Selesai sudah deh..hehehe...Oh iya, dari proses awal berangkat dari rumah hingga akhir pengiriman Amazon akan memberikan waktu kepada kita selama 4 jam (meskipun bisa saja minta tambah, namun aku jarang melakukannya karena kemungkinan saja bisa menjadi penilaian dalam proses pengiriman). Alokasi waktu tersebut aku kira benar-benar sudah diperhitungkan oleh Amazon Flex menjadi waktu rata-rata atau terlama dalam proses pengiriman paket. Rata-rata aku membutuhkan 2-3 jam untuk melakukan pengiriman (bisa efisien satu jam kan, jadi serasa kerja 3 jam di bayar 4 jam), meskipun pernah juga hampir saja telat (3,5 jam) karena kondisi jalan yang padat dan parkiran yang susah ditemui di area-area tertentu.

Nah, itulah beberapa pekerjaan yang sudah aku alami dan aku lakukan. Sebenarnya ada beberapa pekerjaan yang lain seperti bongkar muat kontainer, jaga toko temporari di pasar, buang barang ke tempat pembuangan sampah, beberes rumah, pengantaran paket pesanan namun karena sifatnya hanya pekerja pengganti jadi tidak aku tulis di sini. Ada pula pekerjaan yang penah ditawarkan kepadaku namun sampai saat ini belum pernah aku lakukan seperti cleaner, bekerja di pabrik roti, dan kitchen hand, karena alasan fleksibilitas waktu (aku dependant dengan anak dua). 

Thursday, 9 January 2020

Jobless di Melbourne

Dua hari di Melbourne. Kerjaannya cuma glundung glundung di kamar, antar anak jalan jalan di sekitaran rumah, makan, mandi, tidur...udah begitu saja. Bedanya kerasa banget bro, di Indonesia sudah terbiasa rutin bangun pagi, sarapan, kejar-kejaran sama kereta listrik, berdesak-desakan di dalamnya, bergelantungan, empet-empet an, lalu berjibaku masuk ke dalam angkot yang sesekali merasakan debu dan asap kendaraan bermotor lain masuk ke dalam angkot yang penuh dengan 14 orang di luar sopir (6 di kanan belakang, 4 di kiri depan, dua di tengah dekat dengan pintu, dan dua lagi di depan di samping pak kusir yang sedang sibuk bekerja...wkwkwkwk...di samping supir angkot maksudnya. Lalu tiba di kantor, siap siap dengan note tertempel di meja, nyalain komputer lalu buka dokumen dan mengetik, atau rapat, atau mencetak beberapa dokumen untuk kemudian disodorkan ke pimpinan untuk dimintakan tanda tangan. Singkat kata, punya kesibukan bro...dan ada penghasilan tiap bulannya...ehehe...

Nah, di Melbourne ini...aku kan statusnya Cuti di Luar Tanggungan, alias cuti tidak dibayar. Nah, selain tidak punya aktifitas yang rutin (bikin badan bingung dan pegel-pegel) otomatis kantong juga tidak jelas masa depannya...hahahaha...tabungan berkurang, tanggungan tetap ada...beneran bro, kerasa stres, tekanan, bagaimana nanti aku bisa menghidupi keluargaku, membayar biaya sekolah (kebetulan beasiswa istriku tidak menanggung biaya anak sekolah dan biayanya cukup besar bagiku)...kerasa banget lah pokoknya efek gak punya akifitas itu.

Setelah menimbang-nimbang untuk segera mencari pekerjaan, akhirnya aku memutukan untuk membeli alat trapsortasi dulu. Ya...karena dipikir dan dihitung biaya transportasi publik di Melbourne ini tidak terhitung murah, so akhirnya aku putuskan untuk membeli sepeda sebagai sarana transportasi. Untuk urusan jual beli dan informasi barang di Melbourne ini aku mengandalkan beberapa aplikasi online seperti Gumtree, ebay, dan facebook marketplace (rencana sih aku mau buat tulisan sendiri tentang marketplace ini, tapi gak tau nanti...apakah cukup untuk ditulis dalam beberapa paragraf atau malah cuma bisa ditulis dalam beberapa baris di Twitter. 

Oke sepeda pertama beli, aku beli sepeda road bike alias balap dari orang Indonesia. Dan di sini kegegabahanku turut serta, aku asal beli saja tanpa mempertimbangkan ukuran sepeda. Waktu itu aku beli seharga AU150, ukuran sepedanya L. Oke pikirkan, g masalah..ambil lalu gowes. Oh iya, memakai sepeda di Melbourne ini wajib memakai helm, lampu sepeda dan kunci sepeda ya...helm dan lampu ini kalau tidak ada dan ketahuan polisi kita bisa ditilang...beneran kita bisa ditilang meskipun naik sepeda, dan dendanya g main main, kalau di rupiahin jutaan deh nilainya. Lalu untuk kunci sepeda, ternyata angka pencurian sepeda di Melbourne cukup tinggi, bahkan sepeda yang sudah dikunci pun bisa raib. 

Nah, setelah transaksi selesai, aku mulai menggowes (hmmmm...apa sih bahasanya...oh mengayuh), sepedaku pulang. Mmm...cuma berjarak sekitar 3 km dari tempat tinggalku. Karena sudah lama sekali tidak bersepeda, ternyata lumayan berasa juga....betis nyut nyut an, dada panas kehabisan nafas...punggung pegel karena membungkuk (ternyata ini karena memilih sepeda tanpa mempertimbangkan ukuran tinggi badan dan ukuran sepeda). Setelah sampai rumah kemudian aku mulai memfamiliarkan atau membiasakan diri untuk bersepeda di sekitar tempat tinggal. Walhasil, tetep pegel bro punggungnya, hingga akhirnya kusempatkan membaca dan ternyata benar ini karena ukuran sepeda yang tidak sesuai dengan ukuran tinggi badan. 

Nah, setelah ditimbang-timbang lagi akhirnya kuputuskan untuk menjual sepeda ini melalui Gumtree. Dan akhirnya laku di hari yang sama dimana aku mengunggah iklan sepeda itu. Terima kasih Gumtree. Yang beli waktu itu kalau tidak salah ada mahasiswa asal Malaysia yang sedang kuliah di Universitas Melbourne juga. Nah, aku gak punya sepeda lagi doong...mau kemana mana jalan kaki lagi dong...hehehehe....tidak juga sih, setelah sepeda itu laku, kemudian aku mencari iklan sepeda lagi di Gumtree...ooww...owww...lagi-lagi Gumtree. Nah, di pencarian ini aku menemukan sepeda jengki, kalau disini disebut women city bike. Lalu untuk memastikan aku cek ukuran sepedanya. Ukuran S, lalu aku melakukan pencarian apakah ukuran S ini sesuai dengan ukuran tinggi badan 168 cm. Ternyata pas...oke aku segera meluncur ke 2 kilometer dari tempat tinggalku. Yang punya ini sepeda adalah orang Jepang, perempuan, yang bekerja di Melbourne, alasan jual karena kantornya agak jauh dan tidak memungkinkan apabila tetap bersepeda. Harganya waktu itu AU80 termasuk kunci sepeda, dan helm.

Nah, pas transaksi jual beli sepeda ini, aku juga sempat ngobrol sama dia kalau aku lagi dalam posis mencari kerja. Kemudian dia ngasih beberapa tips untuk mencari kerja di Melbourne, bahkan dia juga ngasih nomor kontak salah satu manager di perusahaan pembersih kaca (itu lho bro yang bersihin kaca-kaca kantor gedung tinggi). 

Nah, lalu kembali ke tema Jobless ku tadi, istriku memberikan semangat buat aku, di samping ini baru hari kedua aku di Melbourne, bahkan akupun belum berusaha untuk mencari pekerjaan, gimana enggak jobless...hahahahaha...nah, lalu di sore harinya aku membaca iklan lowongan di koran Moreland Post untuk sebuah Catalogue Delivery Walker, lalu segera deh aku diterima...hehehehe....nah, setelah diterima kerja ini (kerjaan delivery walker ini gak tiap hari ya, seminggu cuma 1-2 kali dan bayarannya pun ibarat kata hanya cukup buat beli burger selama seminggu, aku masih mencoba untuk mencari pekerjaan lain. Menurut sumber informasi yang terpercaya, pekerjaan yang cocok (casual) untuk orang Indonesia di Melbourne adalah :newspapers delivery, setup-packup dan jaga toko di pasar (Queen Victoria Market), cleaner, Uber Eats, kitchen hand, kerja di pabrik roti, dan waiter di restoran (ini aku sangat g pede sama kemampuan bahasaku dan penampilanku...hahaha). Oke dari beberapa list itu aku daftar ngoran, pasar, dan uber eats (meskipun ngoran ini tidak langsung daftar alias masuk waiting list karena salah satu syarat untuk menjadi tukang antar koran adalan memiliki kendaraan roda empat, nanti beberapa pekerjaan ini serius akan aku tulis dalam postingan tersendiri).

Nah, untuk pertama kali aku mencoba mencari pekerjaan di pasar sebagai tenaga setup-packup. Setup packup ini sederhananya adalah kita mempersiapkan toko untuk buka (membuka toko dan menutup toko). Di sini aku tidak daftar untuk jaga toko karena aku di sini kan harus menyesuaikan dengan jadwal kuliah istriku, so siang hari aku akan kebanyakan nemenin anak di rumah nantinya, jadi tidak bisa full bekerja.  Proses mendapatkan pekerjaan di pasar, uber eats dan koran nanti akan aku tulis lebih lanjut.

Oh iya, di masa-masa super galau ini aku juga minta petunjuk kepada tetangaku yang orang Indonesia juga, dia menceritakan banyak hal tentang orang Indonesia yang ada di Melbourne, dan bahkan kata dia masih banyak orang-orang dengan kondisi di bawah aku yang telah atau sedang berjuang di Melbourne. Aku juga bertemu dengan dedengkot komunitas Indonesia di Melbourne, dan dia pun mengatakan hal yang serupa, dan berpesan asalkan aku mau berusaha dengan gigih, pasti dapat pekerjaan di Melbourne. Hal-hal itu cukup membuatku lega ditengah kegalauannya yang naif.