Thursday, 9 January 2020

Jobless di Melbourne

Dua hari di Melbourne. Kerjaannya cuma glundung glundung di kamar, antar anak jalan jalan di sekitaran rumah, makan, mandi, tidur...udah begitu saja. Bedanya kerasa banget bro, di Indonesia sudah terbiasa rutin bangun pagi, sarapan, kejar-kejaran sama kereta listrik, berdesak-desakan di dalamnya, bergelantungan, empet-empet an, lalu berjibaku masuk ke dalam angkot yang sesekali merasakan debu dan asap kendaraan bermotor lain masuk ke dalam angkot yang penuh dengan 14 orang di luar sopir (6 di kanan belakang, 4 di kiri depan, dua di tengah dekat dengan pintu, dan dua lagi di depan di samping pak kusir yang sedang sibuk bekerja...wkwkwkwk...di samping supir angkot maksudnya. Lalu tiba di kantor, siap siap dengan note tertempel di meja, nyalain komputer lalu buka dokumen dan mengetik, atau rapat, atau mencetak beberapa dokumen untuk kemudian disodorkan ke pimpinan untuk dimintakan tanda tangan. Singkat kata, punya kesibukan bro...dan ada penghasilan tiap bulannya...ehehe...

Nah, di Melbourne ini...aku kan statusnya Cuti di Luar Tanggungan, alias cuti tidak dibayar. Nah, selain tidak punya aktifitas yang rutin (bikin badan bingung dan pegel-pegel) otomatis kantong juga tidak jelas masa depannya...hahahaha...tabungan berkurang, tanggungan tetap ada...beneran bro, kerasa stres, tekanan, bagaimana nanti aku bisa menghidupi keluargaku, membayar biaya sekolah (kebetulan beasiswa istriku tidak menanggung biaya anak sekolah dan biayanya cukup besar bagiku)...kerasa banget lah pokoknya efek gak punya akifitas itu.

Setelah menimbang-nimbang untuk segera mencari pekerjaan, akhirnya aku memutukan untuk membeli alat trapsortasi dulu. Ya...karena dipikir dan dihitung biaya transportasi publik di Melbourne ini tidak terhitung murah, so akhirnya aku putuskan untuk membeli sepeda sebagai sarana transportasi. Untuk urusan jual beli dan informasi barang di Melbourne ini aku mengandalkan beberapa aplikasi online seperti Gumtree, ebay, dan facebook marketplace (rencana sih aku mau buat tulisan sendiri tentang marketplace ini, tapi gak tau nanti...apakah cukup untuk ditulis dalam beberapa paragraf atau malah cuma bisa ditulis dalam beberapa baris di Twitter. 

Oke sepeda pertama beli, aku beli sepeda road bike alias balap dari orang Indonesia. Dan di sini kegegabahanku turut serta, aku asal beli saja tanpa mempertimbangkan ukuran sepeda. Waktu itu aku beli seharga AU150, ukuran sepedanya L. Oke pikirkan, g masalah..ambil lalu gowes. Oh iya, memakai sepeda di Melbourne ini wajib memakai helm, lampu sepeda dan kunci sepeda ya...helm dan lampu ini kalau tidak ada dan ketahuan polisi kita bisa ditilang...beneran kita bisa ditilang meskipun naik sepeda, dan dendanya g main main, kalau di rupiahin jutaan deh nilainya. Lalu untuk kunci sepeda, ternyata angka pencurian sepeda di Melbourne cukup tinggi, bahkan sepeda yang sudah dikunci pun bisa raib. 

Nah, setelah transaksi selesai, aku mulai menggowes (hmmmm...apa sih bahasanya...oh mengayuh), sepedaku pulang. Mmm...cuma berjarak sekitar 3 km dari tempat tinggalku. Karena sudah lama sekali tidak bersepeda, ternyata lumayan berasa juga....betis nyut nyut an, dada panas kehabisan nafas...punggung pegel karena membungkuk (ternyata ini karena memilih sepeda tanpa mempertimbangkan ukuran tinggi badan dan ukuran sepeda). Setelah sampai rumah kemudian aku mulai memfamiliarkan atau membiasakan diri untuk bersepeda di sekitar tempat tinggal. Walhasil, tetep pegel bro punggungnya, hingga akhirnya kusempatkan membaca dan ternyata benar ini karena ukuran sepeda yang tidak sesuai dengan ukuran tinggi badan. 

Nah, setelah ditimbang-timbang lagi akhirnya kuputuskan untuk menjual sepeda ini melalui Gumtree. Dan akhirnya laku di hari yang sama dimana aku mengunggah iklan sepeda itu. Terima kasih Gumtree. Yang beli waktu itu kalau tidak salah ada mahasiswa asal Malaysia yang sedang kuliah di Universitas Melbourne juga. Nah, aku gak punya sepeda lagi doong...mau kemana mana jalan kaki lagi dong...hehehehe....tidak juga sih, setelah sepeda itu laku, kemudian aku mencari iklan sepeda lagi di Gumtree...ooww...owww...lagi-lagi Gumtree. Nah, di pencarian ini aku menemukan sepeda jengki, kalau disini disebut women city bike. Lalu untuk memastikan aku cek ukuran sepedanya. Ukuran S, lalu aku melakukan pencarian apakah ukuran S ini sesuai dengan ukuran tinggi badan 168 cm. Ternyata pas...oke aku segera meluncur ke 2 kilometer dari tempat tinggalku. Yang punya ini sepeda adalah orang Jepang, perempuan, yang bekerja di Melbourne, alasan jual karena kantornya agak jauh dan tidak memungkinkan apabila tetap bersepeda. Harganya waktu itu AU80 termasuk kunci sepeda, dan helm.

Nah, pas transaksi jual beli sepeda ini, aku juga sempat ngobrol sama dia kalau aku lagi dalam posis mencari kerja. Kemudian dia ngasih beberapa tips untuk mencari kerja di Melbourne, bahkan dia juga ngasih nomor kontak salah satu manager di perusahaan pembersih kaca (itu lho bro yang bersihin kaca-kaca kantor gedung tinggi). 

Nah, lalu kembali ke tema Jobless ku tadi, istriku memberikan semangat buat aku, di samping ini baru hari kedua aku di Melbourne, bahkan akupun belum berusaha untuk mencari pekerjaan, gimana enggak jobless...hahahahaha...nah, lalu di sore harinya aku membaca iklan lowongan di koran Moreland Post untuk sebuah Catalogue Delivery Walker, lalu segera deh aku diterima...hehehehe....nah, setelah diterima kerja ini (kerjaan delivery walker ini gak tiap hari ya, seminggu cuma 1-2 kali dan bayarannya pun ibarat kata hanya cukup buat beli burger selama seminggu, aku masih mencoba untuk mencari pekerjaan lain. Menurut sumber informasi yang terpercaya, pekerjaan yang cocok (casual) untuk orang Indonesia di Melbourne adalah :newspapers delivery, setup-packup dan jaga toko di pasar (Queen Victoria Market), cleaner, Uber Eats, kitchen hand, kerja di pabrik roti, dan waiter di restoran (ini aku sangat g pede sama kemampuan bahasaku dan penampilanku...hahaha). Oke dari beberapa list itu aku daftar ngoran, pasar, dan uber eats (meskipun ngoran ini tidak langsung daftar alias masuk waiting list karena salah satu syarat untuk menjadi tukang antar koran adalan memiliki kendaraan roda empat, nanti beberapa pekerjaan ini serius akan aku tulis dalam postingan tersendiri).

Nah, untuk pertama kali aku mencoba mencari pekerjaan di pasar sebagai tenaga setup-packup. Setup packup ini sederhananya adalah kita mempersiapkan toko untuk buka (membuka toko dan menutup toko). Di sini aku tidak daftar untuk jaga toko karena aku di sini kan harus menyesuaikan dengan jadwal kuliah istriku, so siang hari aku akan kebanyakan nemenin anak di rumah nantinya, jadi tidak bisa full bekerja.  Proses mendapatkan pekerjaan di pasar, uber eats dan koran nanti akan aku tulis lebih lanjut.

Oh iya, di masa-masa super galau ini aku juga minta petunjuk kepada tetangaku yang orang Indonesia juga, dia menceritakan banyak hal tentang orang Indonesia yang ada di Melbourne, dan bahkan kata dia masih banyak orang-orang dengan kondisi di bawah aku yang telah atau sedang berjuang di Melbourne. Aku juga bertemu dengan dedengkot komunitas Indonesia di Melbourne, dan dia pun mengatakan hal yang serupa, dan berpesan asalkan aku mau berusaha dengan gigih, pasti dapat pekerjaan di Melbourne. Hal-hal itu cukup membuatku lega ditengah kegalauannya yang naif.
  

1 comment:

Verry Iskandar said...

Pertamax... Comment. Ayo terus bercerita dan menulis serta terus semangat cari kerja dan kegiatan. Sukses terus ya mas.