Wednesday, 31 October 2007

Serat Nitisutri

Kartining tyas yen wus tekan tekeng jati
Pan wus sirna reregeding angga
Ruwat sagung mamalane
Kadi sarira ayu
Kang mangkana yeka menawi
Trus prapteng jero jaba
Babarane jumbuh
Ning wening tan kawoworan
Ing satemah pan wus keni den wastani
Syuh sirna manungsanya
(Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar Makna Kematian, SERAMBI, 2002)

Pribadi

Kodrat merupakan kuasa pribadi
Tiada yang mirip atau menyamai
Kuasanya tanpa piranti
Dari tanrupa menjadi warna-warni
Lahir batin satu sebab sawiji
Iradar berarti
Karsa tanpa runding
Ilmu berarti mengetahui tanpa kenyataan
Yang bebas dari indera
Melebihi lepasnya peluru

Adanya kehidupan itu karena pribadi
Ditetapkan oleh pribadi
Ditetapkan oleh kehendak nyata
Hidup tanpa sukma
Tiada merasakan sakit atau lelah
Suka duka pun musnah
Berdiri sendiri menurut karsanya
Hidup sesuai kehendaknya
Syekh Siti Jenar terang pandangannya
Melebihi manusia sesamanya
(Pupuh III (Dandanggula):31-32)
(Achmad Chodjim)

PENOLAKAN SYARIAT

Sadat salat pasa tan apti
Seje jakat kaji mring Mekah
Iku wus palson kabeh
Nora kena ginugu
Sadayeku durjaning bumi
Ngapusi liyan titah
Sinung swarga besok
Wong bodho anut aliya
Tur nyatane pada bae durung uning
Seje ingsun Lemahabang

Yeka ingkang den anggep Hyang Widi
Seh Lemahbang darmasuteng karsa
Sumarah ing Hyang dhawuhe
Tekad jabriyah kagulung
Kadariyah wimbaning lahir
Madhep mantep tur panggah
Kuwat ing pangangkah
Kukuh kasmala nirmala
Ngantepi urip prapteng layu yakin
Tan mangeran budi cipta
(Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar Makna Kematian, SERAMBI, 2002)

Habiskah Kata Terucap?

Saat engkau membisikkan siratan makna
Terngiang terbesit rasa yang membekas
Mencoba utarakan semuanya
Namun semuanya tak segera jelas

Sembunyi dalam bilik kesendirianku
Bahagia dalam peluk sepiku
Melayang dalam anganku

Akankah semua terucap?
Saat lidah ini mulai mengecap
Meski raga telah tergeletak
Saat jantung tak lagi berdetak

Apakah semua telah berakhir
Ketika semuanya telah berhenti berpikir
Ketika bibir ini tak lagi bersua
Dengan rentetan kata tanpa makna

Tuesday, 30 October 2007


Makna Kematian
Syekh Siti Jenar
Dikutip dari buku karya Achmad Chodjim

Beberapa konsep penting dalam ajaran Syekh Siti Jenar:
1. Dunia ini alam kematian
Hidup sejati tak tersentuh kematian. Hidup yang sebenarnya itu tanpa raga. Justru adanya raga ini menimbulkan banyak peneysatan, godaan, iblis dan setan. Orang hidup sekarang ini hanya menyiapkan diri untuk memasuki kehidupan yang sebenarnya. Dalam sebuah Hadits disebutkan “manusia hidup ini di bumi ini sesungguhnya tidur dan bangun ketika matinya”.
Z Alam yang kita tempati sekarang ini adalah alam kubur.
Dalam bahasa arab berasal dari kata “qa-bara” adalah memendam, menyembunyikan. Dunia sekarang ini masih berupa alam kubur, karena banyak hal yang disembunyikan oleh manusia. Kemudian dalam surat Al-Zumar 30 dinyatakan “sesungguhnya engkau itu mayit dan mereka pun mayit”. 5 kata kubur dalam Quran; 22:7, 35:22, 60:13, 100:9 dan 82:4
Z Hidup di dunia ini bersandangkan badan yang bersifat bangkai.
Born to die. Hidup sekarang ini ada dalam fase tidur. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik kematian. Curiga, prasangka, ragu-ragu dan cemas membuktikan bahwa orang hidup di dunia ini diliputi ketidak tahuan. Orang jawa menggambarkan konsep kehidupan itu dengan baik pada Candi Borobudur. Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat. Ini jelas konsep 10 dunianya agama Budha. Tetapi 10 dunia tadi dibuat menjadi 4 tingkat kehidupan. Tangga yang paling bawah adalah “kamadhatu”. Pada tahap ini “zat hidup” manusia ingin hidup berwujud di dunia ini. Tahap berikutnya adalah “rupadhatu”. Zat hidup telah menemukan keberadaannya di muka bumi ini. Ia mengekspresikan dirinya dalam pergaulan hidup. Dunia ekstoris!Di dunia ini manusia berbuat, beramal dan bertindak untuk meraih tingkat hidup yang lebih tinggi tetapi alam ini diliputi kegelapan. Karena itu pada alam ini manusia dituntut untuk mepes hawa nepsu. Ada lima lorong rupadhatu; kama(kesenangan seksual), bandha(kesenangan terhadap harta), kwasa(keinginan berkuasa), puja(sifat manusia ingin dipuji) dan anteng(tahap awal manusia untuk bisa menguasai dirinya). Jika mampu menguasai diri maka kita bisa menemukan jalan kehidupan selanjutnya yaitu “arupadhatu”. Alam tanpa wujud.kita memang masih hidup di dunia ini tetapi kita telah ada di alam tanpa angan-angan, alam tanpa nilai, alam apa adanya. Manusia berkarya tanpa pamrih. Manusia berusaha melepaskan dirinya dari 3 jeratan; keinginan lahiriah yang lahir dari tuntutan jasmani, keinginan yang lahir dari pikiran yang bersifat abstrak dan keinginan rohani yang lahir dari sebuah obsesi. Semua angan-angan tentang ketuhanan harus dikerangkeng. Tuhan yang ditemui adalah Tuhan yang bebas dari rupa dan angan-angan. Karena itu manusia dalam tahap ini berusaha nglakoni, menjalani hidup heneng(diam, usaha untuk tidak menimbulkan riak kehidupan), hening(kemudian pikirannya menjadi jernih) dan mantheng(khusyuk dalam hidupnya). Jika dapat membebaskan dari angan-angan dan menapaki kehidupan nyata maka dia berhak memasuki “nirupadhatu”. Di alam ini manusia akan menemui kelanggengan. Ia masuk dalam alam “sunyaruri”. Alam ketiadaan!
Z Bila sudah hidup manusia tidak menemukan badan lagi.
Hidup sejati adalah hidup yang tidak bersandangkan badan, raga. Raga jasmani justru membatasi gerak. Badan fisik menutupi pandangan. Sehingga manusia tidak bisa melihat jalan hidupnya di masa datang. Kita makan untuk menunda kematian karena kita memang berada dalam alam kematian.

PAGI TEPIAN MALAM

Saat jam 00.00 berdentang
Saat hujan berhenti meneteskan geloranya
Saat angin mulai menusuk hangatnya darah

Merekah dalam sebuah kelopak mata
Bingkisan-bingkisan Illahi
Menatap jauh dalam relung kegelapan
Menatapku dengan perasaan bangga
Tersenyum membakar semangatku

Bergegas bersyukur pada-Nya
Atas segala limpahan-Nya
Atas segala karunia yang diberikan-Nya
Yang mendayu seiring jejak langkahku..
Alhamdulillah...

Saat malam bertepikan pagi. . .

Akhirnya Gue lulus

Sejak dari bulan September gue menanti sidang skripsi ini, tertunda. Yah..tertunda karena jumlah mahasiswa yang mengikuti ujian tidak memenuhi QUOTA. Akhirnya diundur menjadi bulan Oktober, bagiku..yah,sempat sih merasa jengkel, tapi gue sadar semua yang terjadi adalah yang terbaik buat gue yang telah dipilih oleh-Nya.
Akhirnya, Senin 29 Oktober 2007 jam 10.45. “Andhika Willy Wardana”, keluar dari mulut pengawas pelaksanaan ujian pendadaran. Hmm, ini adalah waktu gue buat hempaskan apa yang telah lama gue baca. Tapi anehnya, gue benar2 tak merasakan gugup sedikitpun, aneh padahal biasanya bila gue bicara di depan orang yang memiliki wawasan lebih luas. Ya, emang sih bulan September kemaren bertepatan dengan bulan Puasa/ Ramadhan gue coba isi hati gue dengan beberapa ayat-ayat Illahi, beberapa pandangan tentang hidup dari berbagai kalangan kiai ataupun alim ulama. Dan pada akhirnya gue sendiri sadar tak ada yang perlu ditakutin selain Allah SWT. Kenapa kita harus gugup dalam menghadapi manusia, kenapa kita justru tidak gugup ketika menghadap Sang Khalik?? Nah, dari kata-kata itu gue menjadi percaya diri, hari-hari gue sambut dengan senyuman manis kepada sesama, dan gue berusaha mengamalkan salah satu surat dalam Al’Quran yang berisi tentang menjadikan sekarang lebih baek dari kemaren dan besok lebih baek dari sekarang. Itulah yang gue lagi kobarkan dalam diri gue. Dan Alhamdulillah, gue punya sahabat yang ngedukung gue, yang bangunin gue tatkala para manusia terlelap dalam dinginnya malam, yang ingatkan gue ketika pagi hari semilir udara pagi menghantarkan manusia pada kesibukan masing-masing.
Dengan beberapa bekal tersebut (tentunya bekal belajar juga donk!!) gue jalani ujian pendadaran gue bak layaknya seorang marketing yang sedang menawarkan strategi kepada sebuah perusahaan agar memperoleh peningkatan penjualan. Dengan muka yang cerah gue hiasi dengan beberapa senyuman gue jawab apa yang para dosen penguji tanyakan. Yah, meski ada sebagian pertanyaan yang emang kagak bisa gue jawab, tapi No body Perfect, so it’s okay if I made a mistake. Dan apa yang terjadi adalah kehendakNya. Setengah jam berlalu, akhirnya para dosen mempersilakan gue untuk menunggu pengumuman hasil ujian gue. Dan Alhamdulillah jam 12.30 WIB, gue dapet tuh pengumuman yang menyebutkan kalo gue lulus..yah meski dapet nilai B tapi gue sadar nilai B itu setimpal dengan apa yang gue lakuin selama ini, setimpal dengan usaha gue selama ini, dalam menempuh kuliah selama 4 th. Alhamdulillah..

Friday, 19 October 2007

bukan aku

Kau kernyitkan dahi
Saat kau lihat diriku dengan segala kekuranganku
Kau lebarkan senyum
Melihatku tertegun bingung
Kau genangkan nasehat
Saat ku bergelimang dalam pekat
Namun itu bukan aku
Yang mengadahkan rasa
Yang tenggelam dalam kecewa
Yang terlalu berharap akan datangnya cinta
Yang terlalu tinggi bermimpi
Itu bukan aku
Saat ku tertegun melihatmu
Saat ku bahagia melihat senyummu
Saat ku bersedih ketika kau harus pergi dariku
Saat ku kecewa dengan segala keputusanmu
Saat ku terbakar api semangatmu
Saat ku sejuk mendengar nasehatmu
Itu bukan aku

Saturday, 13 October 2007

TETANGGAKU, SAHABAT YANG KUSAYANGI
Ia kembali membuatku jengkel
Ia kembali membuat bete
Namun ia meneduhkan hatiku
Dengan gelimangan nasehat
Meski pedih terdengar namun sedu dan benar
Tetanggaku, sahabat yang kusayangi

Iri terpikat diri ini
Melihat berbagai kelebihannya
Membakar semangat dalam diri ini
Meski aku sadar semua adalah karuniaNya
Yah..sudah tentu aku senantiasa bersyukur
Dengan keadaanku yang seperti ini memiliki
Tetanggaku, sahabat yang kusayangi

Terpercik cinta dalam hati ini
Namun, semua kupupus
Demi tetanggaku, sahabat yang kusayangi

Yah..hanya perasaan sayanglah yang aku biarkan
Menapaki hati ini yang telah lama terpendam
Dalam patah hati yang mendalam

Tetanggaku, sahabat yang kusayangi
Terimakasih telah kau bangkitkan diri ini
Yang sekian lama kubiarkan membekukan hatiku
Aku sayang kamu…