Tuesday, 30 October 2007


Makna Kematian
Syekh Siti Jenar
Dikutip dari buku karya Achmad Chodjim

Beberapa konsep penting dalam ajaran Syekh Siti Jenar:
1. Dunia ini alam kematian
Hidup sejati tak tersentuh kematian. Hidup yang sebenarnya itu tanpa raga. Justru adanya raga ini menimbulkan banyak peneysatan, godaan, iblis dan setan. Orang hidup sekarang ini hanya menyiapkan diri untuk memasuki kehidupan yang sebenarnya. Dalam sebuah Hadits disebutkan “manusia hidup ini di bumi ini sesungguhnya tidur dan bangun ketika matinya”.
Z Alam yang kita tempati sekarang ini adalah alam kubur.
Dalam bahasa arab berasal dari kata “qa-bara” adalah memendam, menyembunyikan. Dunia sekarang ini masih berupa alam kubur, karena banyak hal yang disembunyikan oleh manusia. Kemudian dalam surat Al-Zumar 30 dinyatakan “sesungguhnya engkau itu mayit dan mereka pun mayit”. 5 kata kubur dalam Quran; 22:7, 35:22, 60:13, 100:9 dan 82:4
Z Hidup di dunia ini bersandangkan badan yang bersifat bangkai.
Born to die. Hidup sekarang ini ada dalam fase tidur. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik kematian. Curiga, prasangka, ragu-ragu dan cemas membuktikan bahwa orang hidup di dunia ini diliputi ketidak tahuan. Orang jawa menggambarkan konsep kehidupan itu dengan baik pada Candi Borobudur. Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat. Ini jelas konsep 10 dunianya agama Budha. Tetapi 10 dunia tadi dibuat menjadi 4 tingkat kehidupan. Tangga yang paling bawah adalah “kamadhatu”. Pada tahap ini “zat hidup” manusia ingin hidup berwujud di dunia ini. Tahap berikutnya adalah “rupadhatu”. Zat hidup telah menemukan keberadaannya di muka bumi ini. Ia mengekspresikan dirinya dalam pergaulan hidup. Dunia ekstoris!Di dunia ini manusia berbuat, beramal dan bertindak untuk meraih tingkat hidup yang lebih tinggi tetapi alam ini diliputi kegelapan. Karena itu pada alam ini manusia dituntut untuk mepes hawa nepsu. Ada lima lorong rupadhatu; kama(kesenangan seksual), bandha(kesenangan terhadap harta), kwasa(keinginan berkuasa), puja(sifat manusia ingin dipuji) dan anteng(tahap awal manusia untuk bisa menguasai dirinya). Jika mampu menguasai diri maka kita bisa menemukan jalan kehidupan selanjutnya yaitu “arupadhatu”. Alam tanpa wujud.kita memang masih hidup di dunia ini tetapi kita telah ada di alam tanpa angan-angan, alam tanpa nilai, alam apa adanya. Manusia berkarya tanpa pamrih. Manusia berusaha melepaskan dirinya dari 3 jeratan; keinginan lahiriah yang lahir dari tuntutan jasmani, keinginan yang lahir dari pikiran yang bersifat abstrak dan keinginan rohani yang lahir dari sebuah obsesi. Semua angan-angan tentang ketuhanan harus dikerangkeng. Tuhan yang ditemui adalah Tuhan yang bebas dari rupa dan angan-angan. Karena itu manusia dalam tahap ini berusaha nglakoni, menjalani hidup heneng(diam, usaha untuk tidak menimbulkan riak kehidupan), hening(kemudian pikirannya menjadi jernih) dan mantheng(khusyuk dalam hidupnya). Jika dapat membebaskan dari angan-angan dan menapaki kehidupan nyata maka dia berhak memasuki “nirupadhatu”. Di alam ini manusia akan menemui kelanggengan. Ia masuk dalam alam “sunyaruri”. Alam ketiadaan!
Z Bila sudah hidup manusia tidak menemukan badan lagi.
Hidup sejati adalah hidup yang tidak bersandangkan badan, raga. Raga jasmani justru membatasi gerak. Badan fisik menutupi pandangan. Sehingga manusia tidak bisa melihat jalan hidupnya di masa datang. Kita makan untuk menunda kematian karena kita memang berada dalam alam kematian.

No comments: