
Seperti biasanya, saat malam menjelang perut ini terasa lapar. Padahal sebentar lagi mata ini kan terpejam. Ealah ada -ada aja nih perut tiba-tiba minta diisi, padahal sore tadi sudah makan malam.
Sesaat setelah membasuh badan dengan air mandi, berwudhu kemudian menunaikan sholat isya' perlahan tapi pasti aku mengarahkan langkah ke tukang nasi goreng langgananku di sudut salah satu gang Petojo Enclek. Di Jakarta memang banyak tukang nasi goreng bila malam menjelang.Pesaingnya?adalah tukang sate... Namun, sebenarnya kalau dicermati nasi goreng di jakarta adalah nasi goreng kecap, karena coklat di nasi goreng adalah warna dari kecap yang dibubuhkan. Tak berasa nasi yang digoreng. Yah...kebanyakan memang seperti itu, tapi aku menemukan (paling tidak)penjual nasi goreng yang mencoklatkan nasinya benar-benar karena digoreng. Meski tentu saja tidak seenak nasi goreng di jogja maupun nasi goreng kebumen yang terkenal dengan aroma arangnya.
Menu khas nasi goreng di jakarta adalah:nasi goreng, mie goreng, mie rebus, kwiteau goreng, kwiteau rebus, dan magelangan. Semua itu adalah menu standar yang dihidangkan oleh para pencari nafkah di bidang kuliner ini. Kalau dilihat di gerobaknya, pasti komposisinya adalah telur ayam, daging ayam dan jeroan, mie, nasi,kwiteau,sawi,kubis, kerupuk, bumbu racikan dan wadah air minum.
Sedikit ngobrol dengan bapak tukang nasi goreng. Sedikit kisah yang dia ceritakan, dia berasal dari salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki ciri khas bahasa ngapak. Memiliki delapan anak, 7 diantaranya berada di jakarta sementara yang paling bungsu masih duduk di kelas SMP. Istri di tinggal di rumah, untuk mengurusi pekarangan yang ada di kampung halaman, katanya.
Sudah lama rupanya bapak ini berjualan di jakarta, sejak tahun 80an. Lagi-lagi itu berdasar penuturannya. Dari hasil berjualan itu, semua anaknya bisa sekolah dan pada akhirnya bisa mencari nafkah sendiri. Di jakarta.
Sedikit bercerita tentang beberapa kisah yang pernah dialami bapak tersebut. Aku sambil menikmati nasi goreng yang matang bukan karena kecap. Pelan-pelan, bapak itu bercerita. Perlahan pula aku mengerti. Hidup itu memang tak mudah, namun juga tidak sulit jika kita mau berusaha, karena Alloh telah menciptakan semua lengkap beserta uba rampenya
Begitulah sekelumit kisah dari bapak penjual nasi goreng yang berada di kawasan Petojo Enclek, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat.
(sudah lama tak nulis, jadi amburadul gini...hehehehe)
No comments:
Post a Comment