Detik demi detik waktu pun berlalu
Tak terasa matahari terbenam di ufuk barat
Seharian peluh yang tadinya basah
Kini telah mengering
Sinar mata yang kosong
Masih menanti bayangan tegap hadir di tengah daun pintu yang membuka sejak tadi pagi
Sejak melepas pergi sang buah hati
Ibu menunggu di ambang pintu
Menunggu tak sekedar menunggu
Berharap dan senantiasa berdoa
Sederhana saja
Anakku baik-baik saja
Sang ibu pun kemudian teringat
Tatkala dulu
Anaknya merengek minta dibelikan mainan
Menangis dibelikan jajan pasar
Bahkan berpesan dari lima hari sebelum hari pasar wage tiba
"Bu, aku pesen kue lapis, sate puyuh,geblek,cenil,tiplek, sengek,dan permen jahe ya bu"
Kata-kata itu membuat ibu tersenyum dan meneteskan air mata
Betapa sekarang anaknya telah dewasa
Tak lagi merengek padanya selain doa
Ibu juga teringat saat ibu musti merelakan makan siang jatah rapat
Meski saat itu ibu pun sebenarnya lapar
Namun nasi kotak berisi ayam dan mie bihun senantiasa menjadi sambut tawa sang anak-anaknya
Direlakan untuk tidak dimakan
Dibawa pulang untuk melihat tebusan
Tebusan tawa suka sang anaknya
Kini sang anak tlah dewasa
Membawa makan apapun bisa
Sadar dari lamunan
Sang ibu melihat sosok tegap muncul dari kejauhan
Hitam karena bayangan
Lambat laun
Sinar lampu yang sedari tadi tergantung di kepala ibu
Menerangi dan memperjelas siapa yang datang
Sang anak
Raut bahagia mendera
Ibu yang sabar menunggu
No comments:
Post a Comment